Prof Habibah Resmi Jadi Guru Besar Unhas, Fokus Cegah Kebutaan Akibat Retinopati Diabetik
Tim SINDOmakassar
Selasa, 18 Februari 2025 - 14:00 WIB
Universitas Hasanuddin (Unhas) resmi mengukuhkan Prof Habibah S. Muhiddin sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas dalam bidang Vitreoretina. Foto/Istimewa
Universitas Hasanuddin (Unhas) resmi mengukuhkan Prof Habibah S. Muhiddin sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Unhas dalam bidang Vitreoretina. Penghargaan ini diberikan atas kontribusinya dalam pengembangan ilmu retina dan upaya pencegahan kebutaan akibat Retinopati Diabetik (RD), yang menjadi tantangan besar kesehatan di Indonesia.
Pengukuhan berlangsung dalam Rapat Paripurna Senat Terbuka Luar Biasa di Ruang Senat Unhas, Selasa (18/2/2025). Hadir langsung dalam acara itu Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Habibah mengangkat isu 'Upaya Pencegahan Kebutaan Akibat Diabetik Retinopati dalam Menghadapi Bonus Demografi'. Ia menekankan pentingnya upaya preventif dan kolaborasi lintas sektor untuk mencegah kebutaan, khususnya pada generasi usia produktif yang menjadi penentu masa depan bangsa.
Saat ini, Prof Habibah merupakan Direktur Utama PT Orbita Medika Indonesia (RS Mata dan Klinik Utama Mata JEC Orbita @ Makassar), anggota PERDAMI Pusat dan PERDAMI Sulawesi Selatan (Sulsel), serta pengajar sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unhas.
Pengukuhan ini menambah deretan dokter spesialis mata dari JEC Eye Hospitals and Clinics yang menjadi guru besar di perguruan tinggi terkemuka Indonesia.
Masih dalam pidato pengukuhannya, Prof Habibah menyampaikan, bonus demografi yang diprediksi terjadi di Indonesia pada periode 2020–2030 merupakan peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas tenaga kerja. Namun, potensi ini dapat terhambat jika kualitas kesehatan tidak terjaga.
"Lebih-lebih kesehatan mata, mengingat organ ini sangat vital untuk bekerja dan beraktivitas sehari-hari. Indra penglihatan mampu menangkap 80 persen informasi, dengan sisanya melalui indra pendengaran dan perasa. Salah satu ancaman utama pada kesehatan mata adalah tingginya prevalensi Retinopati Diabetik (RD) sebagai komplikasi serius diabetes melitus yang dapat menyebabkan kebutaan pada usia produktif," kata dia.
Pengukuhan berlangsung dalam Rapat Paripurna Senat Terbuka Luar Biasa di Ruang Senat Unhas, Selasa (18/2/2025). Hadir langsung dalam acara itu Rektor Unhas, Prof Jamaluddin Jompa.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof Habibah mengangkat isu 'Upaya Pencegahan Kebutaan Akibat Diabetik Retinopati dalam Menghadapi Bonus Demografi'. Ia menekankan pentingnya upaya preventif dan kolaborasi lintas sektor untuk mencegah kebutaan, khususnya pada generasi usia produktif yang menjadi penentu masa depan bangsa.
Saat ini, Prof Habibah merupakan Direktur Utama PT Orbita Medika Indonesia (RS Mata dan Klinik Utama Mata JEC Orbita @ Makassar), anggota PERDAMI Pusat dan PERDAMI Sulawesi Selatan (Sulsel), serta pengajar sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unhas.
Pengukuhan ini menambah deretan dokter spesialis mata dari JEC Eye Hospitals and Clinics yang menjadi guru besar di perguruan tinggi terkemuka Indonesia.
Masih dalam pidato pengukuhannya, Prof Habibah menyampaikan, bonus demografi yang diprediksi terjadi di Indonesia pada periode 2020–2030 merupakan peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas tenaga kerja. Namun, potensi ini dapat terhambat jika kualitas kesehatan tidak terjaga.
"Lebih-lebih kesehatan mata, mengingat organ ini sangat vital untuk bekerja dan beraktivitas sehari-hari. Indra penglihatan mampu menangkap 80 persen informasi, dengan sisanya melalui indra pendengaran dan perasa. Salah satu ancaman utama pada kesehatan mata adalah tingginya prevalensi Retinopati Diabetik (RD) sebagai komplikasi serius diabetes melitus yang dapat menyebabkan kebutaan pada usia produktif," kata dia.