Limbah Program MBG Diolah Jadi Pakan Bebek Petelur - Dukung Budidaya Maggot
Tim SINDOmakassar
Jum'at, 08 Agustus 2025 - 16:50 WIB
AFT Hasanuddin menginisiasi pengelolaan limbah dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) menjadi pakan ternak bebek petelur hingga mendukung budidaya maggot. Foto/Istimewa
PT Pertamina Patra Niaga kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung keberlanjutan dan ketahanan pangan lokal. Melalui Aviation Fuel Terminal (AFT) Hasanuddin, perusahaan menggagas inovasi pengelolaan limbah makanan yang berdampak langsung pada masyarakat. Limbah dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) diolah menjadi pakan ternak bebek petelur hingga mendukung budidaya maggot.
Pertamina mewujudkan program itu dengan bekerjasama dengan Badan Gizi Nasional (BGN). Inisiatif ini merupakan bagian dari pengembangan ekonomi sirkular berbasis komunitas yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat.
Limbah organik dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) kini tidak lagi menjadi limbah buangan yang mencemari lingkungan. Tiga SPPG telah bekerja sama dalam program ini: SPPG Mandai Bontoa 1, Mandai Bontoa 2, dan Biringkanaya Bakung 1.
Setiap harinya, sekitar 100 hingga 150 kilogram limbah dapur dipilah, ditimbang, dan diangkut secara profesional oleh tim BUMDes Baji Mangngai ke peternakan bebek milik Kelompok Laleng Kassie di Dusun Tamarunang, Desa Baji Mangngai, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros.
Kelompok peternak ini telah bermitra dengan Pertamina Patra Niaga sejak 2021 dan mendapat pendampingan berkelanjutan melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Mereka kini menjadi contoh sukses pemanfaatan limbah organik untuk menunjang usaha peternakan secara berkelanjutan.
“Hal ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk mendukung program Makan Siang Bergizi Gratis, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional. Melalui inisiatif ini, kami menghadirkan solusi berkelanjutan yang tidak hanya mengurangi limbah organik, tetapi juga mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasional kami,” ungkap Andreas Yanuar Arinawan, Aviation Fuel Terminal Manager Hasanuddin.
Sejak program ini dimulai, Kelompok Laleng Kassie secara konsisten memproduksi ratusan butir telur bebek segar setiap minggu. Tak hanya memproduksi telur konsumsi, mereka juga melakukan diversifikasi produk dengan membuat telur asin berkualitas tinggi. Produk ini memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan daya simpan yang lebih lama, sehingga mampu meningkatkan pendapatan kelompok secara signifikan.
Pertamina mewujudkan program itu dengan bekerjasama dengan Badan Gizi Nasional (BGN). Inisiatif ini merupakan bagian dari pengembangan ekonomi sirkular berbasis komunitas yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat.
Limbah organik dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) kini tidak lagi menjadi limbah buangan yang mencemari lingkungan. Tiga SPPG telah bekerja sama dalam program ini: SPPG Mandai Bontoa 1, Mandai Bontoa 2, dan Biringkanaya Bakung 1.
Setiap harinya, sekitar 100 hingga 150 kilogram limbah dapur dipilah, ditimbang, dan diangkut secara profesional oleh tim BUMDes Baji Mangngai ke peternakan bebek milik Kelompok Laleng Kassie di Dusun Tamarunang, Desa Baji Mangngai, Kecamatan Mandai, Kabupaten Maros.
Kelompok peternak ini telah bermitra dengan Pertamina Patra Niaga sejak 2021 dan mendapat pendampingan berkelanjutan melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Mereka kini menjadi contoh sukses pemanfaatan limbah organik untuk menunjang usaha peternakan secara berkelanjutan.
“Hal ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk mendukung program Makan Siang Bergizi Gratis, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional. Melalui inisiatif ini, kami menghadirkan solusi berkelanjutan yang tidak hanya mengurangi limbah organik, tetapi juga mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar wilayah operasional kami,” ungkap Andreas Yanuar Arinawan, Aviation Fuel Terminal Manager Hasanuddin.
Sejak program ini dimulai, Kelompok Laleng Kassie secara konsisten memproduksi ratusan butir telur bebek segar setiap minggu. Tak hanya memproduksi telur konsumsi, mereka juga melakukan diversifikasi produk dengan membuat telur asin berkualitas tinggi. Produk ini memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan daya simpan yang lebih lama, sehingga mampu meningkatkan pendapatan kelompok secara signifikan.