home news

Menjaga Towuti: Biodiversitas sebagai Penopang Kehidupan

Kamis, 28 Agustus 2025 - 19:29 WIB
Ketua Puslitbang Natural Heritage & Biodiversity LPPM Universitas Hasanuddin, Prof Siti Halimah Larekeng. Foto/IST
Oleh: Prof Siti Halimah Larekeng

Ketua Puslitbang Natural Heritage & Biodiversity LPPM Universitas Hasanuddin

Sebagai akademisi yang meneliti biodiversitas selama puluhan tahun, saya memandang setiap insiden lingkungan bukan hanya sebagai peristiwa teknis, melainkan juga sebagai pengingat betapa rapuh sekaligus berharganya ekosistem yang menopang kehidupan kita. Kebocoran pipa minyak di kawasan Towuti, Luwu Timur, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana aktivitas manusia harus senantiasa ditimbang terhadap keseimbangan alam.

Dalam kasus ini, langkah cepat PT Vale Indonesia bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Natural Heritage & Biodiversity Universitas Hasanuddin adalah hal yang patut diapresiasi. Tim kami segera diturunkan ke lokasi, membawa mandat bukan hanya untuk mengukur kerusakan, tetapi juga untuk memahami dinamika ekologis secara komprehensif.

Sejak 2019, kami telah melakukan long-term biodiversity monitoring di kawasan hutan Towuti—baik di area alami maupun konsesi tambang. Basis data ini menjadi kunci: memungkinkan kami membandingkan kondisi flora, fauna, dan bahkan mikroorganisme sebelum dan sesudah insiden. Dengan demikian, analisis dampak dapat dilakukan berbasis bukti, bukan sekadar persepsi.

Biodiversitas ibarat denyut nadi bagi ekosistem. Kehadiran spesies pionir yang tumbuh di lahan bekas tambang, hingga keberlangsungan flora endemik Sulawesi, memberi sinyal tentang tingkat resiliensi alam. Namun, setiap kontaminasi—sekecil apapun—berpotensi mengganggu rantai ekologis ini.

Oleh karena itu, survei awal kami akan fokus pada beberapa indikator:
Baca Selanjutnya
Bagikan artikel ini:
Berita Lainnya
berita lainnya