Intervensi Nutrisi Tepat Turunkan Risiko Penyakit Infeksi & Hemat Biaya
Tri Yari Kurniawan
Senin, 24 November 2025 - 18:48 WIB
Associate Professor Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Muh. Akbar Bahar. Foto/Istimewa
Masalah gizi dan penyakit infeksi masih menjadi beban ganda di Indonesia karena keduanya saling memperburuk satu sama lain. Data UNICEF dan Kementerian Kesehatan (2024) mencatat satu dari lima anak Indonesia mengalami stunting, sementara lebih dari 30% anak di bawah lima tahun pernah menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau diare dalam satu tahun terakhir.
Laporan Global Nutrition Report 2024 juga memperkirakan Indonesia kehilangan hingga 2–3% Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun akibat rendahnya produktivitas dan tingginya biaya medis terkait malnutrisi. Kombinasi kekurangan gizi dan infeksi berulang menciptakan lingkaran masalah yang menghambat tumbuh kembang anak serta meningkatkan beban biaya pengobatan keluarga dan negara.
Namun, studi terbaru dari Indonesia yang dipresentasikan di International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) 2025 di Glasgow, Skotlandia, membawa kabar baik.
Penelitian yang dipimpin oleh Associate Professor Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Muh. Akbar Bahar, menunjukkan bahwa pemberian intervensi nutrisi medis berupa Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) selama tiga bulan kepada anak-anak undernutrisi—stunting, underweight, dan wasting—berpotensi menurunkan hampir setengah dari biaya pengobatan penyakit infeksi seperti pneumonia, tuberkulosis (TB), dan diare.
Produk PKMK yang digunakan merupakan produk yang sudah terbukti secara klinis di Indonesia dan terpublikasi di jurnal internasional, sehingga hasil analisis ekonominya memiliki dasar yang kuat.
“Masalah gizi seharusnya tidak lagi dipandang sebagai isu kesehatan semata, melainkan sebagai persoalan ekonomi nasional yang memengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia kita. Anak-anak yang kekurangan gizi cenderung lebih sering sakit, membutuhkan waktu pemulihan lebih lama, dan membebani biaya pengobatan yang tidak kecil bagi keluarga maupun negara. Dengan intervensi nutrisi PKMK yang tepat, kita tidak hanya memperbaiki status gizi anak, tetapi juga memutus siklus penyakit infeksi berulang yang selama ini menjadi akar dari rendahnya kualitas hidup generasi muda Indonesia,” jelas Muh. Akbar Bahar.
Analisis tersebut diperkuat oleh penelitian klinis yang dilakukan oleh seorang Dokter Anak Konsulen Nutrisi dan Penyakit Metabolik terhadap 80 anak berusia 12–60 bulan dengan kondisi undernutrisi di RS Husada Utama, Surabaya, pada Oktober 2021–Juli 2022. Produk PKMK terbukti mendorong pemulihan pertumbuhan secara signifikan.
Laporan Global Nutrition Report 2024 juga memperkirakan Indonesia kehilangan hingga 2–3% Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun akibat rendahnya produktivitas dan tingginya biaya medis terkait malnutrisi. Kombinasi kekurangan gizi dan infeksi berulang menciptakan lingkaran masalah yang menghambat tumbuh kembang anak serta meningkatkan beban biaya pengobatan keluarga dan negara.
Namun, studi terbaru dari Indonesia yang dipresentasikan di International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) 2025 di Glasgow, Skotlandia, membawa kabar baik.
Penelitian yang dipimpin oleh Associate Professor Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Muh. Akbar Bahar, menunjukkan bahwa pemberian intervensi nutrisi medis berupa Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) selama tiga bulan kepada anak-anak undernutrisi—stunting, underweight, dan wasting—berpotensi menurunkan hampir setengah dari biaya pengobatan penyakit infeksi seperti pneumonia, tuberkulosis (TB), dan diare.
Produk PKMK yang digunakan merupakan produk yang sudah terbukti secara klinis di Indonesia dan terpublikasi di jurnal internasional, sehingga hasil analisis ekonominya memiliki dasar yang kuat.
“Masalah gizi seharusnya tidak lagi dipandang sebagai isu kesehatan semata, melainkan sebagai persoalan ekonomi nasional yang memengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia kita. Anak-anak yang kekurangan gizi cenderung lebih sering sakit, membutuhkan waktu pemulihan lebih lama, dan membebani biaya pengobatan yang tidak kecil bagi keluarga maupun negara. Dengan intervensi nutrisi PKMK yang tepat, kita tidak hanya memperbaiki status gizi anak, tetapi juga memutus siklus penyakit infeksi berulang yang selama ini menjadi akar dari rendahnya kualitas hidup generasi muda Indonesia,” jelas Muh. Akbar Bahar.
Analisis tersebut diperkuat oleh penelitian klinis yang dilakukan oleh seorang Dokter Anak Konsulen Nutrisi dan Penyakit Metabolik terhadap 80 anak berusia 12–60 bulan dengan kondisi undernutrisi di RS Husada Utama, Surabaya, pada Oktober 2021–Juli 2022. Produk PKMK terbukti mendorong pemulihan pertumbuhan secara signifikan.