Seruan Taubat Nasional Menggema di Tengah Rangkaian Bencana Ekologis
Luqman Zainuddin
Selasa, 02 Desember 2025 - 12:03 WIB
Ketua Umum IKA Pondok Pesantren Ibadurrahman YLPI Tegallega Sukabumi Jawa Barat, Toto Izul Fatah. Foto: Istimewa
Rangkaian bencana ekologis yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan daerah lainnya belakangan ini harus makin membuka hati kita tentang pentingnya kesadaran eskatologis dan teleologis lewat taubat nasional, bukan hanya teologis lewat doa nasional.
Demikian disampaikan Ketua Umum IKA Pondok Pesantren Ibadurrahman YLPI Tegallega Sukabumi Jawa Barat, Toto Izul Fatah kepada awak media di Jakarta, Selasa (2/12/2025).
“Saatnya amuk alam yang terjadi belakangan ini direspon dengan taubat nasional, bukan hanya doa nasional,” katanya.
Menurut Toto yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA itu, pemahaman terhadap alam harus mulai diubah dari yang sebelumnya sangat teologis, hanya berupa kesadaran adanya Tuhan sebagai pencipta, menjadi sangat teleologis, yaitu kesadaran tentang apa tujuan Tuhan menciptakan alam ini.
Dengan begitu, kata Toto, seorang hamba tidak hanya berhenti pada pengakuan bahwa Tuhan itu ada, tapi juga paham apa tujuan Tuhan menciptakan semuanya. Dari situlah kemudian akan muncul kesadaran eskatologis, bahwa semua itu akan berujung pada pertangungjawaban seluruh ciptaan Tuhan kelak kepada Tuhannya.
Untuk itulah, lanjut Toto, taubat nasional menjadi relevan dan kontesktual sebagai bagian dari pertanggungjawaban tadi kepada Tuhan. Yaitu, sebuah sikap jujur mengakui atas segala kelalaian, keteledoran, kesengajaan dan kesalahan kita dalam memperlakukan alam.
“Di sinilah pentingnya kita melakukan evaluasi total atas segala kelalaian, ketelodoran dan kesalahan tadi dengan semangat memperbaiki dan tidak mengulangi nya lagi. Itulah hakikat sesungguhnya dari taubat,” jelasnya.
Demikian disampaikan Ketua Umum IKA Pondok Pesantren Ibadurrahman YLPI Tegallega Sukabumi Jawa Barat, Toto Izul Fatah kepada awak media di Jakarta, Selasa (2/12/2025).
“Saatnya amuk alam yang terjadi belakangan ini direspon dengan taubat nasional, bukan hanya doa nasional,” katanya.
Menurut Toto yang juga Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA itu, pemahaman terhadap alam harus mulai diubah dari yang sebelumnya sangat teologis, hanya berupa kesadaran adanya Tuhan sebagai pencipta, menjadi sangat teleologis, yaitu kesadaran tentang apa tujuan Tuhan menciptakan alam ini.
Dengan begitu, kata Toto, seorang hamba tidak hanya berhenti pada pengakuan bahwa Tuhan itu ada, tapi juga paham apa tujuan Tuhan menciptakan semuanya. Dari situlah kemudian akan muncul kesadaran eskatologis, bahwa semua itu akan berujung pada pertangungjawaban seluruh ciptaan Tuhan kelak kepada Tuhannya.
Untuk itulah, lanjut Toto, taubat nasional menjadi relevan dan kontesktual sebagai bagian dari pertanggungjawaban tadi kepada Tuhan. Yaitu, sebuah sikap jujur mengakui atas segala kelalaian, keteledoran, kesengajaan dan kesalahan kita dalam memperlakukan alam.
“Di sinilah pentingnya kita melakukan evaluasi total atas segala kelalaian, ketelodoran dan kesalahan tadi dengan semangat memperbaiki dan tidak mengulangi nya lagi. Itulah hakikat sesungguhnya dari taubat,” jelasnya.