home news

UMI Makassar Implementasikan Program Kampus Berdampak di Medan Bencana

Rabu, 17 Desember 2025 - 22:53 WIB
Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar kembali melanjutkan aksi kemanusiaannya di wilayah terdampak bencana dengan mendistribusikan bantuan obat-obatan dan perlengkapan medis ke Posko Puskesmas.
Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar kembali melanjutkan aksi kemanusiaannya di wilayah terdampak bencana dengan mendistribusikan bantuan obat-obatan dan perlengkapan medis ke Posko Puskesmas Kajuruan Muda dan Rumah Sakit Umum (RSU) Aceh Tamiang, Rabu (17/12/2025).

Kegiatan ini merupakan implementasi nyata program Kampus Berdampak Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yang menegaskan peran perguruan tinggi untuk hadir dan memberi manfaat langsung bagi masyarakat.

Penyaluran bantuan ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari asesmen kebutuhan lapangan yang sebelumnya dilakukan Tim Relawan Kemanusiaan UMI sejak hari-hari awal pascabencana. Bantuan yang disalurkan meliputi obat-obatan esensial dan perlengkapan medis, guna memperkuat kapasitas layanan kesehatan bagi masyarakat penyintas bencana serta mendukung keberlangsungan pelayanan di fasilitas kesehatan setempat.

Bantuan diserahkan secara langsung oleh Tim Relawan Universitas Muslim Indonesia Makassar kepada petugas kesehatan Posko Puskesmas Kajuruan Muda dan manajemen RSU Aceh Tamiang. Proses penyerahan berlangsung tertib dan penuh kebersamaan, mencerminkan sinergi antara perguruan tinggi, tenaga kesehatan daerah, dan pemerintah setempat dalam menjawab tantangan kemanusiaan secara kolaboratif.

Koordinator Lapangan Tim Relawan Kemanusiaan UMI Makassar, dr Berry, menegaskan bahwa kehadiran UMI di Aceh Tamiang merupakan wujud konkret peran perguruan tinggi berdampak sebagaimana diarahkan oleh kebijakan nasional.

“Apa yang kami lakukan di Aceh Tamiang adalah implementasi langsung dari semangat Kampus Berdampak. UMI hadir bukan sekadar membawa bantuan, tetapi membawa sistem, keberlanjutan, dan keberpihakan pada masyarakat penyintas,” ujar dr Berry.

“Kami menempuh jarak sekitar 2.500 kilometer dari Makassar, Sulawesi Selatan, untuk memastikan layanan kesehatan tetap berjalan dan memberi dampak nyata bagi masyarakat,” jelasnya.
Baca Selanjutnya
Bagikan artikel ini:
Berita Lainnya
berita lainnya