Listrik PLN Bantu Petani Sulsel Tingkatkan Produksi Tiga Kali Lipat
Tri Yari Kurniawan
Minggu, 19 Januari 2025 - 14:56 WIB
PT PLN (Persero) melalui program Electrifying Agriculture terbukti meningkatkan produksi pertanian hingga tiga kali lipat di Desa Kampili, Kelurahan Parangbanoa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Ketua Kelompok Tani Makmur Desa Kampili, Syahruddin, mengungkapkan bahwa selain meningkatkan intensitas panen, biaya operasional juga berkurang hingga 85% setelah menggunakan listrik.
Syahruddin menjelaskan bahwa listrik dengan daya terpasang 66 kiloVolt Ampere (kVA) kini menjadi sumber energi untuk mengoperasikan pompa listrik yang mengairi sawah seluas 200 hektar di tiga desa tersebut. "Sebelumnya, masyarakat hanya dapat memanen sekali setahun. Setelah menggunakan pompa listrik, kami bisa memaksimalkan panen hingga tiga kali dalam setahun," ujar Syahruddin.
Ia menambahkan bahwa sebelum menggunakan listrik, petani menghabiskan total Rp 360 juta untuk membeli gas LPG dalam satu siklus panen. Namun, dengan menggunakan listrik PLN, biaya yang dikeluarkan hanya Rp 51 juta per panen. "Artinya, penghematan biaya operasional untuk mesin pompa air mencapai Rp 309 juta atau 85,8% per panen," tutur Syahruddin.
Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Widiastuti, yang mengunjungi Desa Kampili, menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk PLN, dalam mendukung ketahanan pangan pemerintah.
"Peranan PLN sangat penting dalam memastikan listrik hadir untuk para petani dan memberikan dampak positif pada keekonomian mereka," kata Widiastuti.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Budiono, juga menegaskan komitmen PLN untuk mendukung sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan.
"PLN hadir untuk mendorong pendapatan dan produktivitas petani melalui program Electrifying Agriculture. Penghematan dan peningkatan produktivitas yang dirasakan pelaku usaha sudah terbukti, dan kami mengajak lebih banyak pengusaha di sektor pertanian untuk memanfaatkan listrik," pungkas Budiono.
Syahruddin menjelaskan bahwa listrik dengan daya terpasang 66 kiloVolt Ampere (kVA) kini menjadi sumber energi untuk mengoperasikan pompa listrik yang mengairi sawah seluas 200 hektar di tiga desa tersebut. "Sebelumnya, masyarakat hanya dapat memanen sekali setahun. Setelah menggunakan pompa listrik, kami bisa memaksimalkan panen hingga tiga kali dalam setahun," ujar Syahruddin.
Ia menambahkan bahwa sebelum menggunakan listrik, petani menghabiskan total Rp 360 juta untuk membeli gas LPG dalam satu siklus panen. Namun, dengan menggunakan listrik PLN, biaya yang dikeluarkan hanya Rp 51 juta per panen. "Artinya, penghematan biaya operasional untuk mesin pompa air mencapai Rp 309 juta atau 85,8% per panen," tutur Syahruddin.
Deputi Bidang Koordinasi Usaha Pangan dan Pertanian di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Widiastuti, yang mengunjungi Desa Kampili, menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk PLN, dalam mendukung ketahanan pangan pemerintah.
"Peranan PLN sangat penting dalam memastikan listrik hadir untuk para petani dan memberikan dampak positif pada keekonomian mereka," kata Widiastuti.
General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Budiono, juga menegaskan komitmen PLN untuk mendukung sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan perikanan.
"PLN hadir untuk mendorong pendapatan dan produktivitas petani melalui program Electrifying Agriculture. Penghematan dan peningkatan produktivitas yang dirasakan pelaku usaha sudah terbukti, dan kami mengajak lebih banyak pengusaha di sektor pertanian untuk memanfaatkan listrik," pungkas Budiono.