Siswa di Maros Terpaksa Gunakan Gondola Seberangi Sungai untuk Pergi Sekolah
Najmi S Limonu
Rabu, 27 Agustus 2025 - 18:12 WIB
Siswa di Dusun Makmur, Desa Bontomanurung, Kecamatan Tompobulu, harus menggunakan gondola untuk menyeberangi sungai menuju sekolah mereka. Foto: Istimewa
Siswa di Dusun Makmur, Desa Bontomanurung, Kecamatan Tompobulu, harus menggunakan gondola untuk menyeberangi sungai menuju sekolah mereka.
Gondola sepanjang 400 meter ini sudah digunakan lebih dari dua tahun terakhir.Fasilitas tersebut dibangun oleh pemilik tanah karena tidak adanya jembatan permanen yang menghubungkan Desa Bontomanurung, dan Desa Bontomatinggi Kabupaten Maros.
Salah satu siswa kelas 3 SD, Farel, mengatakan, setiap hari ia bersama teman-temannya harus bergantian menarik gondola secara manual agar bisa sampai di seberang.
“Biasanya kami berangkat jam 06.30 dan sampai sekolah sekitar jam 08.30. Kalau air sungai naik, saya sering tidak ke sekolah karena takut menyeberang,” katanya, saat ditemui usai pulang sekolah, Rabu,(27/8/2025).
Hal serupa diungkapkan Misra, murid lainnya. Dia menuturkan gondola menjadi satu-satunya akses yang bisa digunakan menuju sekolah. "Mau tidak mau lewat sini, karena tidak ada jalur lain," katanya.
Sekretaris Desa Bontomanurung, Yustandi, menjelaskan, gondola ini bukan hanya digunakan oleh anak sekolah, tetapi juga warga untuk membawa hasil bumi mereka.
"Kalau air surut, masyarakat biasanya membuat jembatan kayu dan susunan batu agar bisa dilewati roda dua. Tapi kalau air naik, arus bisa sampai 6–7 meter dan sangat deras," jelasnya.
Gondola sepanjang 400 meter ini sudah digunakan lebih dari dua tahun terakhir.Fasilitas tersebut dibangun oleh pemilik tanah karena tidak adanya jembatan permanen yang menghubungkan Desa Bontomanurung, dan Desa Bontomatinggi Kabupaten Maros.
Salah satu siswa kelas 3 SD, Farel, mengatakan, setiap hari ia bersama teman-temannya harus bergantian menarik gondola secara manual agar bisa sampai di seberang.
“Biasanya kami berangkat jam 06.30 dan sampai sekolah sekitar jam 08.30. Kalau air sungai naik, saya sering tidak ke sekolah karena takut menyeberang,” katanya, saat ditemui usai pulang sekolah, Rabu,(27/8/2025).
Hal serupa diungkapkan Misra, murid lainnya. Dia menuturkan gondola menjadi satu-satunya akses yang bisa digunakan menuju sekolah. "Mau tidak mau lewat sini, karena tidak ada jalur lain," katanya.
Sekretaris Desa Bontomanurung, Yustandi, menjelaskan, gondola ini bukan hanya digunakan oleh anak sekolah, tetapi juga warga untuk membawa hasil bumi mereka.
"Kalau air surut, masyarakat biasanya membuat jembatan kayu dan susunan batu agar bisa dilewati roda dua. Tapi kalau air naik, arus bisa sampai 6–7 meter dan sangat deras," jelasnya.