Pemprov Akan Tingkatkan Laboratorium untuk Kembangkan Benih Hortikultura
Tim SINDOmakassar
Senin, 16 Oktober 2023 - 13:51 WIB
Pemerintah Provinsi Sulsel akan meningkatkan laboratorium UPT Balai Benih Hortikultura milik pemprov yang berada di Kabupaten Gowa. Peningkatan ini untuk mendukung program budi daya pisang di Sulsel.
Hal itu dikatakan langsung oleh Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin saat meninjau pengembangan bibit di UPT Balai Benih Hortikultura, Sabtu 14 Oktober.
Bahtiar menyebut, untuk memproduksi bibit dalam jumlah massal tidak dapat dikembangkan secara manual, sehingga memerlukan metode kultur jaringan untuk tumbuhan. Hanya saja, kata dia, perhatian pemerintah untuk tanaman holtikultura kurang, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Hal ini terkait dengan kebiasaan masyarakat setempat yang lebih memilih untuk menanam padi dan jagung.
"Karena ini terkait kebiasaan masyarakat setempat. Seperti masyarakat di sini lebih suka tanam padi, jagung. Jadi baru merasa bertani kalau tanam padi atau jagung. Ternyata potensi kita tidak hanya padi jagung, lahan kita tidak semuanya bisa ditanami padi dan jagung, justru bisa ditanami tanaman hortikultura," ujarnya.
Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri ini mengatakan, negara-negara maju di bidang pertanian saat ini justru menjadikan tanaman hortikultura sebagai komoditas andalan. Untuk menyaingi, perlu adanya pengembangan laboratorium yang layak dan sesuai dengan standar dunia.
"Tanaman hortikultura bibit-bibit yang bagusnya berasal dari kita. Bibit-bibit dari kampung itu seperti mangga dan lainnya dikawinkan oleh negara lain, lalu dibuatkan komoditi unggulan lalu diberikan nama tertentu. UPT kita ini bisa menghasilkan indukan bibit, bukan hanya sekedar tempat riset saja. Jadi riset itu harus bisa produktif dan mengahasilkan" pungkasnya.
Hal itu dikatakan langsung oleh Penjabat Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin saat meninjau pengembangan bibit di UPT Balai Benih Hortikultura, Sabtu 14 Oktober.
Bahtiar menyebut, untuk memproduksi bibit dalam jumlah massal tidak dapat dikembangkan secara manual, sehingga memerlukan metode kultur jaringan untuk tumbuhan. Hanya saja, kata dia, perhatian pemerintah untuk tanaman holtikultura kurang, baik di tingkat daerah maupun nasional.
Hal ini terkait dengan kebiasaan masyarakat setempat yang lebih memilih untuk menanam padi dan jagung.
"Karena ini terkait kebiasaan masyarakat setempat. Seperti masyarakat di sini lebih suka tanam padi, jagung. Jadi baru merasa bertani kalau tanam padi atau jagung. Ternyata potensi kita tidak hanya padi jagung, lahan kita tidak semuanya bisa ditanami padi dan jagung, justru bisa ditanami tanaman hortikultura," ujarnya.
Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri ini mengatakan, negara-negara maju di bidang pertanian saat ini justru menjadikan tanaman hortikultura sebagai komoditas andalan. Untuk menyaingi, perlu adanya pengembangan laboratorium yang layak dan sesuai dengan standar dunia.
"Tanaman hortikultura bibit-bibit yang bagusnya berasal dari kita. Bibit-bibit dari kampung itu seperti mangga dan lainnya dikawinkan oleh negara lain, lalu dibuatkan komoditi unggulan lalu diberikan nama tertentu. UPT kita ini bisa menghasilkan indukan bibit, bukan hanya sekedar tempat riset saja. Jadi riset itu harus bisa produktif dan mengahasilkan" pungkasnya.