Kisah Haru Muazin Tuna Netra di Maros Diberangkatkan Umrah Gratis
Tim Sindomakassar
Sabtu, 23 Maret 2024 - 19:41 WIB
Dalam hidup ini, tidak sedikit orang yang menganggap dirinya merasa sudah gagal dengan keterbatasan yang dimilikinya. Hal itu didasari oleh rasa putus asa dan hilangnya semangat untuk menjalani hidup.
Namun berbeda dengan seorang muazin tuna netra di Desa Bonto Mateāne, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dengan keterbatasan penglihatan yang dideritanya, Muhammad Rifai (51 thn) rela menyusuri jalan ke masjid tanpa bantuan orang lain, untuk mengumandangkan azan di setiap waktu salat.
Dalam kesehariannya, Rifai harus menempuh jarak kurang lebih 300 meter menuju masjid Istiqomah 7, tempat dimana ia kerap mengajak masyarakat sekitar untuk melaksanakan shalat melalui lafaz azannya. Aktivitas rutin yang dialkukan oleh Rifai tersebut ternyata sudah dilakukannya sejak 20 tahun silam.
Dengan insting serta kebiasaan yang dijalaninya selama 20 tahun tersebut, Rifai tanpa alat bantu ataupun didampingi orang lain menyusuri jalan dari rumahnya menuju ke masjid.
"Setiap mau masuk waktu salat lima waktu, saya diingatkan oleh istri dan segera ke masjid untuk azan. Setiap ke masjid juga saya jalan sendirimi karena saya sudah hafal jalannya, ada tiga kali tikungan untuk sampai ke masjid," jelas Rifai.
Rifai berkisah kondisi buta yang dialaminya itu sudah terjadi sejak ia berumur 7 tahun, dimana penyakit cacar yang dideritanya berkomplikasi ke syaraf matanya. Sehingga harus menderita kebutaan hingga saat ini.
"Ini mungkin nikmat besar yang dikaruaniakan Allah kepada saya. Karena saya tidak bisa bekerja saya niatkan untuk bertakwa kepada Allah dengan jalan itu," tutur Rifai.
Namun berbeda dengan seorang muazin tuna netra di Desa Bonto Mateāne, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dengan keterbatasan penglihatan yang dideritanya, Muhammad Rifai (51 thn) rela menyusuri jalan ke masjid tanpa bantuan orang lain, untuk mengumandangkan azan di setiap waktu salat.
Dalam kesehariannya, Rifai harus menempuh jarak kurang lebih 300 meter menuju masjid Istiqomah 7, tempat dimana ia kerap mengajak masyarakat sekitar untuk melaksanakan shalat melalui lafaz azannya. Aktivitas rutin yang dialkukan oleh Rifai tersebut ternyata sudah dilakukannya sejak 20 tahun silam.
Dengan insting serta kebiasaan yang dijalaninya selama 20 tahun tersebut, Rifai tanpa alat bantu ataupun didampingi orang lain menyusuri jalan dari rumahnya menuju ke masjid.
"Setiap mau masuk waktu salat lima waktu, saya diingatkan oleh istri dan segera ke masjid untuk azan. Setiap ke masjid juga saya jalan sendirimi karena saya sudah hafal jalannya, ada tiga kali tikungan untuk sampai ke masjid," jelas Rifai.
Rifai berkisah kondisi buta yang dialaminya itu sudah terjadi sejak ia berumur 7 tahun, dimana penyakit cacar yang dideritanya berkomplikasi ke syaraf matanya. Sehingga harus menderita kebutaan hingga saat ini.
"Ini mungkin nikmat besar yang dikaruaniakan Allah kepada saya. Karena saya tidak bisa bekerja saya niatkan untuk bertakwa kepada Allah dengan jalan itu," tutur Rifai.