Solar Kembali Langka, Nelayan di Maros Terancam Tidak Melaut
Najmi S Limonu
Jum'at, 14 Juni 2024 - 13:35 WIB
Nelayan di Kabupaten Maros mengeluhkan langkanya solar. Akibatnya, nelayan pun terancam tak melaut.
Salah satu nelayan di Kecamatan Bontoa, Muhammad Ali mengaku masih bisa melaut. Hanya saja menggunakan bahan bakar yang harganya jauh lebih mahal. Sebab saat ini solar di SPBUN langganan mereka sedang kosong.
“Kalau beli solar eceran itu harganya Rp8 ribu, biasanya beli sekitar Rp40 ribu. Kalau di SPBUN itu bisanya cuma Rp20 ribu,” katanya, Kamis (13/6/2024).
Sekali melaut dia bisa menghabiskan sekitar 5 liter solar.
"Biasanya 3-5 liter sekali keluar, pemakaiannya cukup sedikit karena kan yang saya pakai juga perahu kecil,” ucapnya.
Nelayan pencari kepiting itu mengaku saat ini penghasilannya makin tipis. “Saat ini kepiting juga harganya murah, Rp25 ribu per kilo,” tuturnya.
Setiap harinya dia menyebar 400 rakkang atau alat tangkap kepiting. Setiap hari biasanya dapat 3 sampai 5 kilo.
Salah satu nelayan di Kecamatan Bontoa, Muhammad Ali mengaku masih bisa melaut. Hanya saja menggunakan bahan bakar yang harganya jauh lebih mahal. Sebab saat ini solar di SPBUN langganan mereka sedang kosong.
“Kalau beli solar eceran itu harganya Rp8 ribu, biasanya beli sekitar Rp40 ribu. Kalau di SPBUN itu bisanya cuma Rp20 ribu,” katanya, Kamis (13/6/2024).
Sekali melaut dia bisa menghabiskan sekitar 5 liter solar.
"Biasanya 3-5 liter sekali keluar, pemakaiannya cukup sedikit karena kan yang saya pakai juga perahu kecil,” ucapnya.
Nelayan pencari kepiting itu mengaku saat ini penghasilannya makin tipis. “Saat ini kepiting juga harganya murah, Rp25 ribu per kilo,” tuturnya.
Setiap harinya dia menyebar 400 rakkang atau alat tangkap kepiting. Setiap hari biasanya dapat 3 sampai 5 kilo.