Perempuan Penggerak Ekonomi: Kerajinan Eceng Gondok Tumbuh dari Kampung Mamajang

Maman Sukirman
Rabu, 10 Des 2025 14:13
Kelompok perajin Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda di Makassar mengolah eceng gondok menjadi berbagai kerajinan bernilai, mulai dari tas hingga miniatur phinisi.
1/7
Kelompok perajin Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda di Makassar mengolah eceng gondok menjadi berbagai kerajinan bernilai, mulai dari tas hingga miniatur phinisi.
Seikat eceng gondok kering menjadi bahan utama para perajin Komunitas Kasih Bunda untuk diolah menjadi kerajinan bernilai seni dan bernilai ekonomi.
2/7
Seikat eceng gondok kering menjadi bahan utama para perajin Komunitas Kasih Bunda untuk diolah menjadi kerajinan bernilai seni dan bernilai ekonomi.
Seorang perajin Komunitas Kasih Bunda menghaluskan batang eceng gondok sebelum dianyam menjadi berbagai produk kerajinan.
3/7
Seorang perajin Komunitas Kasih Bunda menghaluskan batang eceng gondok sebelum dianyam menjadi berbagai produk kerajinan.
Seorang perajin menunjukkan hasil rangkaian eceng gondok yang diolah menjadi kerajinan, sementara anggota komunitas lainnya tetap sibuk berkarya di ruang produksi sederhana.
4/7
Seorang perajin menunjukkan hasil rangkaian eceng gondok yang diolah menjadi kerajinan, sementara anggota komunitas lainnya tetap sibuk berkarya di ruang produksi sederhana.
Seorang perajin Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda menganyam eceng gondok menjadi suvenir miniatur rumah Toraja di Makassar.
5/7
Seorang perajin Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda menganyam eceng gondok menjadi suvenir miniatur rumah Toraja di Makassar.
Seorang perajin dari Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda memperlihatkan miniatur perahu phinisi berbahan eceng gondok kering yang dihasilkan di rumah produksi Sambung Jawa, Makassar.
6/7
Seorang perajin dari Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda memperlihatkan miniatur perahu phinisi berbahan eceng gondok kering yang dihasilkan di rumah produksi Sambung Jawa, Makassar.
Pengunjung melihat deretan kerajinan berbahan eceng gondok, mulai dari miniatur rumah adat hingga perahu phinisi, yang dipamerkan pada gelaran UMKM di Makassar. Produk karya perempuan Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda ini menjadi bukti kreativitas dan peluang ekonomi berbasis lingkungan.
7/7
Pengunjung melihat deretan kerajinan berbahan eceng gondok, mulai dari miniatur rumah adat hingga perahu phinisi, yang dipamerkan pada gelaran UMKM di Makassar. Produk karya perempuan Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda ini menjadi bukti kreativitas dan peluang ekonomi berbasis lingkungan.
Kelompok perajin Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda di Makassar mengolah eceng gondok menjadi berbagai kerajinan bernilai, mulai dari tas hingga miniatur phinisi.
Seikat eceng gondok kering menjadi bahan utama para perajin Komunitas Kasih Bunda untuk diolah menjadi kerajinan bernilai seni dan bernilai ekonomi.
Seorang perajin Komunitas Kasih Bunda menghaluskan batang eceng gondok sebelum dianyam menjadi berbagai produk kerajinan.
Seorang perajin menunjukkan hasil rangkaian eceng gondok yang diolah menjadi kerajinan, sementara anggota komunitas lainnya tetap sibuk berkarya di ruang produksi sederhana.
Seorang perajin Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda menganyam eceng gondok menjadi suvenir miniatur rumah Toraja di Makassar.
Seorang perajin dari Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda memperlihatkan miniatur perahu phinisi berbahan eceng gondok kering yang dihasilkan di rumah produksi Sambung Jawa, Makassar.
Pengunjung melihat deretan kerajinan berbahan eceng gondok, mulai dari miniatur rumah adat hingga perahu phinisi, yang dipamerkan pada gelaran UMKM di Makassar. Produk karya perempuan Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda ini menjadi bukti kreativitas dan peluang ekonomi berbasis lingkungan.
Comments
Makassar - Di sebuah rumah produksi sederhana di Kelurahan Sambung Jawa, Kecamatan Mamajang, Makassar, suasana pagi diwarnai ketekunan para perajin. Senin (31/10/2025), sejumlah ibu rumah tangga dari Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda tampak sibuk menganyam lembaran eceng gondok yang telah dikeringkan. Tanaman yang selama ini dikenal sebagai gulma pengganggu aliran sungai itu kini berubah menjadi bahan baku bernilai seni. Dari tangan-tangan perempuan ini lahir berbagai kerajinan, mulai dari tas, topi, tudung saji, hingga miniatur perahu phinisi dan rumah adat Toraja.

Ketua Komunitas Pemberdayaan Kasih Bunda, Engelberta Andit Buarlele, mengungkapkan bahwa ide memanfaatkan eceng gondok berawal dari keprihatinannya melihat banyaknya limbah tanaman yang menumpuk di beberapa perairan Kota Makassar. Ia melihat potensi untuk mengubah limbah menjadi peluang ekonomi, sembari menghadirkan ruang pemberdayaan bagi para ibu rumah tangga. “Kami ingin memanfaatkan potensi di sekitar dan menjadikannya peluang yang bisa membantu ekonomi keluarga. Eceng gondok ternyata dapat diolah menjadi karya seni yang bernilai,” ujarnya. Sejak berdiri pada 2021, komunitas ini terus berkembang dan menjadi ruang yang menyalakan harapan bagi para perempuan di wilayah tersebut.

Sebagian besar anggota komunitas kini memiliki keterampilan baru sekaligus sumber pendapatan tambahan. Produk mereka dipasarkan dengan harga mulai dari Rp80 ribu hingga Rp2 juta, bergantung pada tingkat kerumitan dan ukuran. Beberapa hotel di Makassar menjadi pelanggan tetap, sementara wisatawan mancanegara sering membawa pulang karya mereka sebagai cendera mata. Pemasaran digital melalui pemberdayaankasihbunda.com turut memperluas jangkauan penjualan hingga ke luar daerah.

Lebih dari aktivitas produksi, ruang ini menjadi tempat para perempuan menemukan kekuatan baru dalam diri mereka. Pelatihan yang diberikan tidak hanya meningkatkan keterampilan, tetapi juga memperkuat rasa percaya diri dan solidaritas antaranggota. Engel meyakini bahwa perempuan adalah lentera kehidupan yang mampu menerangi keluarga dan komunitasnya melalui kreativitas dan keteguhan. Ia ingin menunjukkan bahwa ibu rumah tangga bukan hanya pengurus rumah, tetapi juga motor penggerak ekonomi yang produktif dan mandiri.

Upaya mengolah eceng gondok ini juga membawa pesan lingkungan yang kuat. Dengan memanfaatkan tanaman yang sebelumnya menjadi limbah perairan, komunitas ini membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian ekosistem sungai serta danau. Dari sebuah ruang komunitas yang sederhana, eceng gondok yang pernah dianggap pengganggu kini menjadi simbol ketahanan dan kreativitas perempuan Makassar.

Di sisi lain, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai daerah juga terus menunjukkan perkembangan berkat dukungan lembaga seperti PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Melalui program pembiayaan dan pendampingan usaha, PNM berupaya memperkuat UMKM agar semakin berdaya saing. Akses permodalan, pelatihan usaha, dan pengembangan kapasitas yang diberikan PNM menjadi bagian dari upaya meningkatkan ketahanan pelaku usaha, termasuk perempuan yang ingin memperluas peluang ekonominya. Kehadiran dukungan semacam ini membuka ruang lebih besar bagi perempuan Indonesia untuk berwirausaha, mengembangkan keterampilan, dan berkontribusi terhadap perekonomian daerah.

Dengan berbagai upaya tersebut, perjalanan para perajin eceng gondok ini menjadi cerminan bagaimana perempuan berperan sebagai lentera kehidupan. Mereka tidak hanya menyulap limbah menjadi karya bernilai, tetapi juga menyalakan harapan, membangun kekuatan, dan membawa perubahan positif bagi lingkungan serta masyarakat di sekitarnya.
(MAS)
Foto Terkait
Foto Terbaru