#DiantarSangBintang Hyundai Stargazer, Mudik Lebih Nyaman dan Bebas Cemas
Tri Yari Kurniawan
Rabu, 22 Maret 2023 - 13:48 WIB
Tradisi mudik Lebaran masih mengakar kuat pada masyarakat urban. Fenomena ini terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk di kota-kota besar di tanah air. Setiap daerah memiliki keunikan sekaligus pemaknaan mengenai mudik.
Istilah mudik di Indonesia sendiri mulai populer sejak 1970-an. Istilah itu kerap digunakan para perantau yang pulang ke kampung halaman. Masyarakat Jawa, mengartikan mudik sebagai akronim dari mulih dhisik atau pulang dulu. Sementara masyarakat Betawi, mendefinisikan mudik sebagai kembali ke udik.
Baca Juga:Rayakan HUT ke-7, Corolla Retro Makassar Gelar Family Gathering hingga Syukuran
Di Sulawesi Selatan, tradisi mudik Lebaran memiliki makna mendalam. Dikenal istilah Maleppe' atau 'melipat/melepas' dan Massiara alias berkunjung. Lipatan yang dimaksud erat kaitannya dengan makna Idul Fitri. Maksudnya, umat Islam setelah melewati Ramadan ibaratnya melipat lembaran penuh noda, memberi ruang bagi lembaran baru untuk hati yang suci dan bersih.
Maleppe' secara terminologi juga mengandung arti ‘melepas’. Maksudnya, melepas segala dosa, baik diri sendiri maupun orang lain dengan cara memberi maaf. Pada tingkatan berikutnya dilakukan Massiara atau berkunjung. Muaranya, untuk menjaga silaturahmi, khususnya dengan keluarga dan handai tolan.
Nah, guna menunjang aktivitas sekaligus tradisi mudik, dibutuhkan moda transportasi yang aman dan nyaman. Di Indonesia, kecenderungan masih dominan menggunakan kendaraan pribadi. Secara spesifik, pengunaan mobil pribadi diproyeksi berada di atas jenis moda transportasi darat lainnya.
Wahyu Oktora, salah seorang pemuda di Kota Makassar menyebut penggunaan kendaraan, khususnya mobil memang menjadi kebutuhan yang harus dipersiapkan untuk mudik Lebaran. Terlebih, bagi mereka yang mempunyai keluarga besar, maka butuh mobil dengan seat maksimal yang tentunya lebih nyaman.
Istilah mudik di Indonesia sendiri mulai populer sejak 1970-an. Istilah itu kerap digunakan para perantau yang pulang ke kampung halaman. Masyarakat Jawa, mengartikan mudik sebagai akronim dari mulih dhisik atau pulang dulu. Sementara masyarakat Betawi, mendefinisikan mudik sebagai kembali ke udik.
Baca Juga:Rayakan HUT ke-7, Corolla Retro Makassar Gelar Family Gathering hingga Syukuran
Di Sulawesi Selatan, tradisi mudik Lebaran memiliki makna mendalam. Dikenal istilah Maleppe' atau 'melipat/melepas' dan Massiara alias berkunjung. Lipatan yang dimaksud erat kaitannya dengan makna Idul Fitri. Maksudnya, umat Islam setelah melewati Ramadan ibaratnya melipat lembaran penuh noda, memberi ruang bagi lembaran baru untuk hati yang suci dan bersih.
Maleppe' secara terminologi juga mengandung arti ‘melepas’. Maksudnya, melepas segala dosa, baik diri sendiri maupun orang lain dengan cara memberi maaf. Pada tingkatan berikutnya dilakukan Massiara atau berkunjung. Muaranya, untuk menjaga silaturahmi, khususnya dengan keluarga dan handai tolan.
Nah, guna menunjang aktivitas sekaligus tradisi mudik, dibutuhkan moda transportasi yang aman dan nyaman. Di Indonesia, kecenderungan masih dominan menggunakan kendaraan pribadi. Secara spesifik, pengunaan mobil pribadi diproyeksi berada di atas jenis moda transportasi darat lainnya.
Wahyu Oktora, salah seorang pemuda di Kota Makassar menyebut penggunaan kendaraan, khususnya mobil memang menjadi kebutuhan yang harus dipersiapkan untuk mudik Lebaran. Terlebih, bagi mereka yang mempunyai keluarga besar, maka butuh mobil dengan seat maksimal yang tentunya lebih nyaman.