Opini
Tafsir Hitam: Karbala, Cannibal Corpse, Ammatoa Kajang
Tim SINDOmakassar
Minggu, 17 Agustus 2025 - 18:44 WIB
Dari Karbala, Cannibal Corpse, hingga Kajang — benang hitam menjadi simpul yang menyatukan cara manusia merespons dunia yang tak adil. Illustrasi: ChatGPT
Hitam bukan hanya warna. Ia adalah pernyataan yang ditolak terang, suara yang tak meminta didengar, dan luka yang tak ingin dijelaskan.
Dalam tiga dunia yang jauh — Karbala yang berdarah, Metalyang bising, dan Kajang yang sunyi — hitam muncul sebagai lambang yang serupa: penolakan terhadap kepalsuan, pemberontakan terhadap kuasa, dan kejujuran terhadap asal mula.
Di Karbala, hitam adalah duka yang dituliskan langit dan bumi.
Di Metal, hitam adalah amarah yang tak bisa disalurkan dengan doa.
Di Kajang, hitam adalah hidup yang tak butuh motif.
Tiga dunia, satu warna.
Satu tafsir:
Dalam tiga dunia yang jauh — Karbala yang berdarah, Metalyang bising, dan Kajang yang sunyi — hitam muncul sebagai lambang yang serupa: penolakan terhadap kepalsuan, pemberontakan terhadap kuasa, dan kejujuran terhadap asal mula.
Di Karbala, hitam adalah duka yang dituliskan langit dan bumi.
Di Metal, hitam adalah amarah yang tak bisa disalurkan dengan doa.
Di Kajang, hitam adalah hidup yang tak butuh motif.
Tiga dunia, satu warna.
Satu tafsir: