Studi Kaukus Keswa Sebut Pemilu 2024 Tingkatkan Risiko Kecemasan dan Depresi
Muchtamir Zaide
Kamis, 29 Februari 2024 - 10:49 WIB
Setelah usai penyelenggaraan Pemilu 2024, prevalensi Kecemasan (anxiety) sedang-berat sebesar 16% dan Depresi (depression) sebesar 17,1%. Hal ini diperoleh dari studi observasional terkait Kesehatan Jiwa dan Pemilu yang dilakukan oleh Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.
Menurut Ketua Tim Peneliti dan Inisiator Kaukus, Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, temuan prevalensi kecemasan dan depresi ini lebih tinggi dibanding data hasil Riskesdas 2018 dan Direktorat Keswa Kemenkes 2022.
Menurut Ray, data sebelum pemilu menunjukkan angka depresi sedang-berat 6% dan gangguan emosi termasuk ansietas sedang dan berat 9,8%. Jadi terlihat memang meningkat bila dibandingkan temuan kami yang dilakukan tepat sesaat setelah hari pencoblosan, yaitu antara 14 hingga 16 Februari 2024.
"Dan terlihat bahwa risiko nya pun semua terkait dengan persepsi kesehatan jiwa yang berhubungan dengan proses partisipasi Pemilu,” ungkap Ray yang merupakan Ketua Health Collaborative Center (HCC) ini.
Dalam pemaparan hasil studi itu, tim peneliti dan inisiator Kaukus yang terdiri dari Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, Prof. Dr. Tjhin Wiguna, dan Kristin Samah ini menjelaskan secaara metodologis survei.
Baca juga: KPU Maros Lakukan Rekapitulasi Suara Hasil Pemilu Tingkat Kabupaten
Terdapat tingkat kepercayaan sebesar 95% dan margin of error 2%, sehingga bisa dikatakan kredibel dan mewakili kondisi di masyarakat Indonesia. Dengan responden sebesar 1077, studi ini juga menemukan bahwa risiko yang muncul terkait proses dan partisipasi Pemilu 2024 meningkatkan potensi kecemasan (ansietas) sebesar 2 kali dan risiko depresi pun meningkat hingga 3 kali lipat.
Menurut Ketua Tim Peneliti dan Inisiator Kaukus, Dr dr Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, temuan prevalensi kecemasan dan depresi ini lebih tinggi dibanding data hasil Riskesdas 2018 dan Direktorat Keswa Kemenkes 2022.
Menurut Ray, data sebelum pemilu menunjukkan angka depresi sedang-berat 6% dan gangguan emosi termasuk ansietas sedang dan berat 9,8%. Jadi terlihat memang meningkat bila dibandingkan temuan kami yang dilakukan tepat sesaat setelah hari pencoblosan, yaitu antara 14 hingga 16 Februari 2024.
"Dan terlihat bahwa risiko nya pun semua terkait dengan persepsi kesehatan jiwa yang berhubungan dengan proses partisipasi Pemilu,” ungkap Ray yang merupakan Ketua Health Collaborative Center (HCC) ini.
Dalam pemaparan hasil studi itu, tim peneliti dan inisiator Kaukus yang terdiri dari Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, Prof. Dr. Tjhin Wiguna, dan Kristin Samah ini menjelaskan secaara metodologis survei.
Baca juga: KPU Maros Lakukan Rekapitulasi Suara Hasil Pemilu Tingkat Kabupaten
Terdapat tingkat kepercayaan sebesar 95% dan margin of error 2%, sehingga bisa dikatakan kredibel dan mewakili kondisi di masyarakat Indonesia. Dengan responden sebesar 1077, studi ini juga menemukan bahwa risiko yang muncul terkait proses dan partisipasi Pemilu 2024 meningkatkan potensi kecemasan (ansietas) sebesar 2 kali dan risiko depresi pun meningkat hingga 3 kali lipat.