home sulsel

Kanwil Kemenag Sulsel Bekali Tim Pencegahan Konflik Sosial Keagamaan di Luwu Timur

Kamis, 06 Februari 2025 - 18:31 WIB
Ketua Tim Bina Lembaga dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Sulsel memberikan pembekalan kepada Tim Pencegahan Konflik Sosial di Lutim. Foto: Istimewa
Ketua Tim Bina Lembaga dan Kerukunan Umat Beragama Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sulawesi Selatan memberikan pembekalan kepada Tim Pencegahan Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan tingkat kabupaten dan kecamatan se-Kabupaten Luwu Timur. Kegiatan ini digelar di Aula Kantor Kemenag Kabupaten Luwu Timur pada Rabu, 5 Februari 2025.

Acara yang bertujuan untuk memperkuat deteksi dini serta upaya preventif dalam menjaga kerukunan antarumat beragama ini diselenggarakan oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Luwu Timur dan dihadiri oleh para majelis agama, tokoh agama, serta Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) dari 11 kecamatan di Luwu Timur.

Tim yang mengikuti pembekalan ini baru saja dikukuhkan sebagai bagian dari implementasi program Asta Aksi Kanwil Kemenag Sulsel dalam memperkuat moderasi beragama dan mencegah potensi konflik berbasis keagamaan.

Ketua Tim Bina Lembaga dan Kerukunan Umat Beragama Kanwil Kemenag Sulsel, H. Mallingkai Ilyas, Lc,. menegaskan bahwa Kabupaten Luwu Timur merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki keberagaman agama dan budaya yang tinggi.

“Luwu Timur bisa dikatakan sebagai miniatur Indonesia di Sulsel karena pluralitasnya yang tinggi. Namun, hingga saat ini, daerah ini tetap mampu menjaga kerukunan dan kedamaian. Ini yang harus kita jaga bersama,” ujarnya.

Dalam sesi pembekalan, peserta mendapatkan materi tentang Sistem Peringatan Dini Pencegahan Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan. Materi ini menyoroti pentingnya mekanisme deteksi dini sebagai langkah preventif dalam menjaga stabilitas sosial dan keagamaan.

Beberapa poin utama yang ditekankan dalam sistem peringatan dini ini mencakup pemantauan isu dan potensi konflik dengan mengidentifikasi sumber konflik yang berpotensi memicu ketegangan sosial, baik dari aspek keagamaan, budaya, maupun ekonomi.
Baca Selanjutnya
Bagikan artikel ini:
Berita Lainnya
berita lainnya