PT Vale–Huayou Tegaskan Kepemimpinan Nikel Rendah Karbon di COP30

Sabtu, 15 Nov 2025 18:08
PT Vale–Huayou Tegaskan Kepemimpinan Nikel Rendah Karbon di COP30
PT Vale Indonesia menyampaikan narasi kuat tentang perjalanan Indonesia menuju masa depan rendah karbon pada forum iklim terbesar di dunia bertajuk COP30. Foto/Istimewa
Comment
Share
JAKARTA - Pada forum perubahan iklim terbesar di dunia, PT Vale Indonesia Tbk (“PT Vale”), bagian dari Mining Industry Indonesia (MIND ID), menyampaikan narasi kuat tentang perjalanan Indonesia menuju masa depan rendah karbon. Perusahaan menegaskan bahwa Indonesia tidak hanya berperan sebagai pemasok utama nikel global, tetapi juga sebagai pemimpin dalam pengembangan mineral kritis berkelanjutan.

Dalam sesi talk show bertajuk “Emerging Technologies to Respond to Climate Change” di Paviliun Indonesia pada COP30, PT Vale menjelaskan bagaimana teknologi, praktik pertambangan bertanggung jawab, serta kemitraan hilirisasi strategis—khususnya dengan Huayou Indonesia—mendorong terbentuknya babak baru ekosistem baterai kendaraan listrik. Sesi tersebut menghadirkan panel terkemuka yang mewakili rantai nilai industri nikel Indonesia.

Diskusi dibuka oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui sambutan video dari Hanifah Dwi Nirwana, Plt. Deputi Bidang Pengelolaan Limbah, Limbah B3, dan Bahan Berbahaya, yang menekankan komitmen Indonesia memperkuat tata kelola lingkungan sebagai fondasi transformasi industri.

Pesan tersebut kemudian diperdalam oleh Amsor, Direktur Pengelolaan Limbah B3 dan Non-B3, yang menyoroti pentingnya integritas regulasi, peningkatan transparansi, dan keselarasan dengan standar keberlanjutan internasional untuk mewujudkan agenda industri hijau nasional.

Dari sisi industri, Budiawansyah, Direktur dan Chief Sustainability & Corporate Affairs Officer PT Vale, memaparkan ambisi iklim perusahaan. Ia menekankan bahwa operasi PT Vale di Sorowako tengah menjalani transformasi teknologi besar untuk mencapai penurunan emisi absolut 33% pada 2030 serta penurunan intensitas karbon produk nikel hingga 50%.

Target ini didorong oleh inovasi seperti heat recovery, pemanfaatan off-gas, optimalisasi ore dewatering, serta elektrifikasi infrastruktur pemrosesan. Inisiatif tersebut tidak hanya menurunkan emisi, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasi, dengan proyeksi penghematan energi dan penurunan CO₂ signifikan setiap tahun.

“Pesan kami di COP30 sangat jelas,” ujar Budiawansyah. “Pertumbuhan yang bertanggung jawab dan selaras iklim merupakan pilar strategi kami. Melalui inovasi dan kolaborasi, termasuk kemitraan hilirisasi strategis dengan Huayou, kami berkomitmen menghadirkan nikel rendah karbon yang memenuhi ekspektasi pemangku kepentingan global.”

Senada dengan itu, Stevanus, Director of Public Affairs Huayou Indonesia, menegaskan peran inovasi teknologi Huayou dalam meningkatkan efisiensi operasional sekaligus menurunkan emisi karbon. “Inovasi teknologi baru sedang kami implementasikan pada proses hidrometalurgi lanjutan—mulai dari waste heat recovery yang dapat memenuhi lebih dari 70% kebutuhan listrik proyek, self-flow ore slurry, solidifikasi CO₂, elektrifikasi, hingga pemanfaatan kembali limbah,” ujarnya. “Dengan itu semua, kami dapat menurunkan lebih dari 2 tCO₂e per ton nikel.”

Ia menambahkan bahwa kemitraan PT Vale–Huayou mencerminkan misi bersama untuk mempercepat pemrosesan material baterai yang lebih bersih dan efisien. “Dengan menggabungkan inovasi hidrometalurgi Huayou dan fondasi ESG PT Vale, kami turut menempatkan Indonesia sebagai tolok ukur global bagi material baterai rendah karbon," tutur dia.

Pandangan panel semakin diperkaya oleh Aladin Sianipar, Vice President HSE Harita Nickel, yang menekankan pentingnya sirkularitas dan pemanfaatan ulang limbah dalam dekarbonisasi industri. Secara keseluruhan, para pembicara menyampaikan pesan bahwa industri nikel Indonesia tengah menjalani salah satu transformasi terbesar dalam sejarahnya, digerakkan oleh kolaborasi antara pemerintah, pelaku hulu, pengolah midstream, dan pemimpin teknologi hilir.

Pada kesempatan yang sama, PT Vale menegaskan kemajuan ESG perusahaan dengan pencapaian Sustainalytics ESG Risk Rating terbaru sebesar 23,7—skor terbaik dalam sejarah perusahaan—yang menempatkan PT Vale di jajaran atas kategori global diversified metals & mining.

Capaian ini memperkuat kredibilitas PT Vale sebagai pemasok nikel yang bertanggung jawab di tengah meningkatnya perhatian global terhadap dampak lingkungan sektor pertambangan. PT Vale menegaskan bahwa kepercayaan global hanya dapat dicapai melalui konsistensi, pelaporan transparan, tata kelola yang kuat, disiplin operasional, serta investasi jangka panjang yang selaras dengan ekspektasi iklim.

Dari Belém, Brasil—ribuan kilometer dari Sorowako, Bahodopi, Pomalaa, dan Morowali, lokasi inti kepemimpinan nikel Indonesia—kehadiran PT Vale di COP30 membawa pesan tegas bahwa mineral kritis Indonesia berperan penting dalam membentuk masa depan dekarbonisasi global. Indonesia bertekad memimpin dengan ambisi sekaligus akuntabilitas.

Melalui kemitraan strategis, jalur pemrosesan berbasis energi bersih, serta komitmen terhadap ESG, PT Vale berkontribusi pada transformasi ekosistem nikel di mana inovasi mendorong pencapaian iklim dan memperkuat posisi Indonesia dalam transisi energi bersih dunia.

Menutup diskusi, para panelis menyampaikan pesan optimistis dan visioner. Keberhasilan Indonesia dalam rantai pasok global kendaraan listrik tidak hanya ditentukan oleh besarnya cadangan atau volume produksi, tetapi oleh nilai yang diinternalisasikan dalam pengembangan industrinya: keberlanjutan, transparansi, keunggulan teknologi, dan kolaborasi kuat.

Kemitraan PT Vale dan Huayou kini menjadi contoh bagaimana pelaku industri dapat bekerja bersama untuk mendorong dampak positif bagi iklim dan memperkuat posisi Indonesia di panggung global pada saat kebutuhan terhadap pasokan mineral kritis yang bertanggung jawab semakin mendesak.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru