JEC-Orbita Makassar Hadirkan Layanan ReLEx SMILE, Solusi Penglihatan Bebas Kacamata
Tri Yari Kurniawan
Minggu, 05 Maret 2023 - 11:52 WIB
Eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals & Clinics, melalui Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar meluncurkan layanan terbaru yakni ReLEx SMILE. Layanan ini merupakan teknologi bedah laser refraktif untuk mengoreksi mata minus (miopia) dan mata silinder (astigmatisme) yang minimal invasi, tanpa pisau, dan tidak memerlukan pembuatan flap pada kornea. Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar menjadi institusi kesehatan mata pertama di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki teknologi bedah laser tercanggih ini.
Selain itu, JEC juga mengumumkan kemajuan pembangunan Rumah Sakit Mata JEC-Orbita Makassar yang memasuki tahapan penyelesaian, dengan seremoni topping-off telah berlangsung hari ini. Pembangunan infrastruktur gedung sepuluh lantai dan satu semi-basement (dengan keseluruhan luas bangunan 8.600m2) ini direncanakan tuntas dan mulai beroperasi pada akhir Desember 2023. Targetnya, pada tahun pertama pembukaan nanti, RS Mata JEC-Orbita akan menerima kunjungan mencapai 50.000 pasien.
Baca Juga:Jangan Tidur dengan Posisi Kepala di Utara, Ini Penjelasan Pakar Kesehatan
“Hadirnya ReLEx SMILE menjadi keberlanjutan upaya Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar sebagai bagian dari jaringan JEC Eye Hospitals & Clinics untuk menghadirkan fasilitas penunjang kesehatan mata berteknologi terdepan. Tak berhenti pada pemutakhiran teknologi saja, pembangunan RS Mata JEC-Orbita Makassar yang segera memasuki fase akhir, semakin menguatkan tekad kami untuk menjadi sentra kesehatan mata terbesar di Indonesia timur,” kata Direktur Utama PT Orbita, Habibah S. Muhiddin, Minggu (5/3/2023).
Secara global, kelainan refraksi yang tak terkoreksi seperti mata minus dan silinder merupakan penyebab utama gangguan penglihatan yang seharusnya dapat dicegah. Jumlah penderitanya berkisar 88,4 juta orang. Laporan InfoDATIN Kementerian Kesehatan: 'Situasi Gangguan Penglihatan (2018) memperlihatkan bahwa prevalensi kebutaan di Sulsel mencapai 2,6% atau (hanya sedikit di bawah rata-rata nasional 3,0%. Data tersebut juga mencantumkan angka kebutaan akibat gangguan refraksi di Sulsel menjadi yang tertinggi dibandingkan provinsi-provinsi lainnya. Artinya, keberadaan fasilitas kesehatan untuk menangani kelainan refraksi pun semakin krusial.
Mata minus menjadi salah satu jenis kelainan refraksi yang prevalensinya terus meningkat. Studi menyebut, sekitar 40% dari populasi dunia (3,3 miliar orang) akan menderita miopia pada 2030 mendatang. Bahkan, diprediksi akan berjumlah lebih dari setengah populasi dunia (4,9 miliar orang) pada 2050.
Salah satu langkah untuk menangani mata minus adalah Laser-Assisted In-Situ Keratomileusis (LASIK) yakni prosedur bedah menggunakan laser yang bertujuan untuk bebas dari kacamata dan lensa kontak. Waktu tindakan dan pemulihan yang cenderung cepat menjadi keunggulan langkah ini. Meski demikian, kekhawatiran terhadap tindakan LASIK masih kerap muncul di tengah masyarakat; adanya efek samping setelah tindakan seperti mata kering.
Selain itu, JEC juga mengumumkan kemajuan pembangunan Rumah Sakit Mata JEC-Orbita Makassar yang memasuki tahapan penyelesaian, dengan seremoni topping-off telah berlangsung hari ini. Pembangunan infrastruktur gedung sepuluh lantai dan satu semi-basement (dengan keseluruhan luas bangunan 8.600m2) ini direncanakan tuntas dan mulai beroperasi pada akhir Desember 2023. Targetnya, pada tahun pertama pembukaan nanti, RS Mata JEC-Orbita akan menerima kunjungan mencapai 50.000 pasien.
Baca Juga:Jangan Tidur dengan Posisi Kepala di Utara, Ini Penjelasan Pakar Kesehatan
“Hadirnya ReLEx SMILE menjadi keberlanjutan upaya Klinik Utama Mata JEC-Orbita Makassar sebagai bagian dari jaringan JEC Eye Hospitals & Clinics untuk menghadirkan fasilitas penunjang kesehatan mata berteknologi terdepan. Tak berhenti pada pemutakhiran teknologi saja, pembangunan RS Mata JEC-Orbita Makassar yang segera memasuki fase akhir, semakin menguatkan tekad kami untuk menjadi sentra kesehatan mata terbesar di Indonesia timur,” kata Direktur Utama PT Orbita, Habibah S. Muhiddin, Minggu (5/3/2023).
Secara global, kelainan refraksi yang tak terkoreksi seperti mata minus dan silinder merupakan penyebab utama gangguan penglihatan yang seharusnya dapat dicegah. Jumlah penderitanya berkisar 88,4 juta orang. Laporan InfoDATIN Kementerian Kesehatan: 'Situasi Gangguan Penglihatan (2018) memperlihatkan bahwa prevalensi kebutaan di Sulsel mencapai 2,6% atau (hanya sedikit di bawah rata-rata nasional 3,0%. Data tersebut juga mencantumkan angka kebutaan akibat gangguan refraksi di Sulsel menjadi yang tertinggi dibandingkan provinsi-provinsi lainnya. Artinya, keberadaan fasilitas kesehatan untuk menangani kelainan refraksi pun semakin krusial.
Mata minus menjadi salah satu jenis kelainan refraksi yang prevalensinya terus meningkat. Studi menyebut, sekitar 40% dari populasi dunia (3,3 miliar orang) akan menderita miopia pada 2030 mendatang. Bahkan, diprediksi akan berjumlah lebih dari setengah populasi dunia (4,9 miliar orang) pada 2050.
Salah satu langkah untuk menangani mata minus adalah Laser-Assisted In-Situ Keratomileusis (LASIK) yakni prosedur bedah menggunakan laser yang bertujuan untuk bebas dari kacamata dan lensa kontak. Waktu tindakan dan pemulihan yang cenderung cepat menjadi keunggulan langkah ini. Meski demikian, kekhawatiran terhadap tindakan LASIK masih kerap muncul di tengah masyarakat; adanya efek samping setelah tindakan seperti mata kering.