Jelang Kemarau, Kementerian Kehutanan Bentuk Satgas Pencegahan Karhutla

Rabu, 14 Mei 2025 18:00
Jelang Kemarau, Kementerian Kehutanan Bentuk Satgas Pencegahan Karhutla
Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni menjawab pertanyaan wartawan di halaman Baruga Prof Amiruddin FK Unhas, Rabu (14/5/2025). Foto: SINDO Makassar/Dewan Ghiyats Yan G
Comment
Share
MAKASSAR - Menteri Kehutanan Republik Indonesia (RI), Raja Juli Antoni menyiapkan langkah strategis menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) jelang musim kemarau.

Hal itu diungkapkan setelah memberikan kuliah umum di Auditorium Baruga Prof Amiruddin, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hasanuddin (Unhas), Rabu (14/5/2025).

"Kami sudah bentuk satgas yang dipimpin oleh pak Menkopolhukam (Budi Gunawan). Sudah berkali-kali pertemuan dengan gubernur, wali kota, dan bupati di daerah-daerah yang selama ini menjadi ancaman karhutla," ujarnya saat ditemui wartawan.

Pria kelahiran 13 Juli 1977 itu membeberkan, Kementerian Kehutanan bersama pemerintah pusat menggelar rangkaian prosesi pencegahan karhutla di berbagai wilayah.

"Apel akbar karhutla sudah dilakukan di Provinsi Riau yang merupakan salah satu titik api. Mungkin ada apel karhutla di Pulau Kalimantan. Pemerintah terus bekerjasama dengan semua pihak, termasuk masyarakat untuk mengantisipasi agar karhutla tidak menjadi masalah yang besar di tahun ini," bebernya di halaman Auditorium Baruga Prof Amiruddin FK Unhas.

Mantan Ketua Umum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah ini mengungkapkan, sejauh ini pemerintah sudah berhasil menurunkan tren karhutla. Pada 2019, tercatat ada 1,7 hektare lahan yang terbakar. Namun, pada 2023 angka kebakaran berhasil turun menjadi 1,1 juta hektare.

"Kita mempunyai kemampuan untuk mengelola kebakaran hutan lebih baik. Kemudian di tahun 2024 turun menjadi 700 ribu hektare, jadi ini tren penurunan karhutla. Kuncinya adalah kerja sama, termasuk masyarakat adat dengan masyarakat pecinta alam untuk bisa sama-sama menjaga lingkungan," ungkapnya tadi siang.

Di sisi lain, dia menjelaskan bahwa Kementerian Kehutanan sementara masih melaksanakan pendekatan budaya dalam sistem pengelolaan hutan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

"Kita sedang melakukan penataan ulang tentang tata kelola kehutanan, struktural yang menghambat, menghalangi dan mempersulit itu kita akan perbaiki. Kemudian pendekatan kultural, di mana persoalan kehutanan tidak hanya diselesaikan secara struktural," jelasnya.

"Kalau secara kultural maka masyarakat dan mahasiswa tidak terlibat, artinya membawa perubahan dari diri masing-masing. Bisa menjadi champion (pemenang) dan hero (pahlawan) diri kita masing-masing, misalnya dengan membawa tumbler ke kampus agar tidak membeli lagi minuman berkemasan," sambungnya.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru