Dari Hilirisasi ke AI: Langkah KIMA Membangun Indonesia Timur

Jum'at, 31 Okt 2025 14:27
Dari Hilirisasi ke AI: Langkah KIMA Membangun Indonesia Timur
Direksi dan karyawan PT KIMA berfoto bersama seusai melaksanakan upacara bendera memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025 di halaman kantor perusahaan. Foto/Istimewa
Comment
Share
MAKASSAR - Suasana berbeda tampak di halaman kantor PT Kawasan Industri Makassar (KIMA), bagian dari Holding BUMN Danareksa, pada Selasa (28/10) pagi. Di bawah langit cerah, direksi dan karyawan melaksanakan upacara bendera memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-97 Tahun 2025, sesuai surat edaran PT Danantara Aset Management (Persero) Nomor SR.017/DI-DAM/HCS/2025 tertanggal 23 Oktober 2025.

Mengusung tema nasional “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu,” upacara ini bukan sekadar seremonial. Kegiatan ini menjadi ruang refleksi bahwa semangat Sumpah Pemuda kini telah berevolusi—dari tekad kebangsaan menuju gerakan produktif dan kolaboratif di dunia industri dan digital.

Direktur Operasional PT KIMA, Alif Usman Amin, menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda kini menjadi energi produktif bagi generasi muda industri. “Jika dulu Sumpah Pemuda mempersatukan bangsa lewat tekad, kini semangat itu hidup melalui kolaborasi dan produktivitas di sektor industri dan digital,” ujarnya.

Menurut Alif, PT KIMA menjadi bagian dari generasi industri yang bergerak dalam dua arus besar: hilirisasi dan digitalisasi.

“Kombinasi dua agenda besar ini—hilirisasi ekonomi biru dan digitalisasi ekonomi hijau—adalah bentuk nyata kontribusi KIMA untuk membawa Indonesia melompat dari negara berbasis komoditas menuju negara berbasis nilai tambah dan pengetahuan,” jelasnya.

Sebagai satu-satunya kawasan industri BUMN di Kawasan Timur Indonesia, KIMA tengah dilibatkan oleh Direktorat Hilirisasi Perikanan dan Kelautan dalam pembahasan pengembangan kawasan hilirisasi perikanan dan kelautan nasional. Langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden dan peta jalan hilirisasi investasi strategis.

Posisi Makassar yang berada di sumbu Tol Laut Nasional menjadikannya simpul penting ekspor-impor kawasan timur, sekaligus penghubung antara pusat produksi hasil laut di Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dengan dukungan pelabuhan, kawasan industri, dan tenaga kerja muda yang terampil, KIMA memiliki semua syarat menjadi “Blue Industry Hub” Indonesia—pusat pengolahan hasil laut bernilai tambah, logistik dingin, hingga industri kemasan dan ekspor produk maritim.

“Hilirisasi perikanan di KIMA tidak hanya memperkuat daya saing ekspor, tetapi juga membuka lapangan kerja, memperkuat UMKM maritim, dan menstimulasi investasi di sektor energi, air, dan transportasi,” kata Alif.

“Kami ingin menjadikan KIMA sebagai laboratorium ekonomi biru yang memadukan ekologi, efisiensi, dan inovasi," sambung dia.

Selain fokus pada hilirisasi, KIMA juga menyiapkan diri dalam agenda digitalisasi nasional. Kawasan ini berpotensi menjadi lokasi Pusat Data Nasional dan Infrastruktur Kecerdasan Artifisial (AI Infrastructure) berkat keunggulan strategisnya sebagai Objek Vital Nasional dengan infrastruktur listrik stabil, jaringan fiber optik tertutup (Jartup), dan lahan industri yang memadai.

“Jika proyek ini terealisasi, KIMA tidak hanya menjadi rumah bagi mesin produksi, tetapi juga otak digital yang menopang ekonomi masa depan Kawasan Timur Indonesia,” ujar Alif.

Kehadiran pusat data dan ekosistem AI di KIMA akan memungkinkan pengelolaan data industri terintegrasi, memperkuat efisiensi logistik, keamanan informasi, dan membuka peluang besar bagi talenta muda teknologi di bidang data science dan kecerdasan buatan.

Di tengah transformasi tersebut, KIMA juga memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Pada 14 Oktober 2025, KIMA bersama Pemerintah Kota Makassar menandatangani kesepakatan pembangunan TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam mendukung visi Makassar Bebas Sampah 2029 dan pengembangan Makassar Eco Circular Hub.

“Kerja sama ini bukan sekadar proyek kebersihan, melainkan simbol perubahan pola pikir,” ungkap Alif. “Nasionalisme di era modern berarti menjaga bumi tempat industri berpijak.”

Generasi muda KIMA menjadi wajah dari semangat baru Sumpah Pemuda—operator, teknisi, analis, dan staf yang bekerja bukan hanya untuk keuntungan, tetapi juga untuk masa depan bumi.

Ketika bendera Merah Putih berkibar di halaman kantor PT KIMA, para pemuda berdiri bukan sekadar sebagai pegawai, melainkan penjaga masa depan industri bangsa. Dari hilirisasi perikanan hingga kecerdasan buatan, dari pengolahan sampah hingga pengolahan data—semuanya bergerak menuju satu tujuan: Indonesia yang bersatu, berdaya, dan berdaulat.

“Bagi kami, Sumpah Pemuda bukan hanya teks sejarah, melainkan energi yang terus hidup di tangan para pemuda yang bekerja, berinovasi, dan berkolaborasi dari halaman industri untuk masa depan negeri,” tutupnya.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru