Sukses Optimalkan PLTA Bakaru Hadapi El Nino, PLN Perpanjang Modifikasi Cuaca hingga Desember

Tri Yari Kurniawan
Selasa, 14 Nov 2023 10:10
Sukses Optimalkan PLTA Bakaru Hadapi El Nino, PLN Perpanjang Modifikasi Cuaca hingga Desember
Manajer PLN NP UPDK Bakaru, Fatahudin Yogi Amiwibowo, memaparkan soal implementasi TMC di DAS Mamasa untuk PLTA Bakaru. Foto/Tri Yari Kurniawan
Comment
Share
MAKASSAR - PT PLN (Persero) berkomitmen menjaga pasokan listrik untuk sistem kelistrikan Sulbagsel tetap kontinyu di tengah situasi pelik akibat kemarau dampak fenomena El Nino. Salah satu upaya yang mulai membuahkan hasil adalah implementasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di daerah aliran sungai atau DAS di sekitar PLTA.

TMC di DAS Mamasa untuk PLTA Bakaru berhasil mengoptimalkan daya mampu dari pembangkit. Terjadi kenaikan dari mulainya 42 MW menjadi 63 MW. Kenaikan 21 MW itu setara dengan tambahan 21 ribu rumah yang dapat dialiri listrik PLN. Olehnya itu, pelaksanaan TMC di DAS Mamasa untuk PLTA Bakaru diputuskan bakal diperpanjang.

Manajer PLN NP UPDK Bakaru, Fatahudin Yogi Amiwibowo, mengungkapkan TMC DAS Mamasa PLTA Bakaru dilaksanakan mulai 8 Oktober dan direncanakan berakhir 15 November besok. Namun, melihat kondisi di lapangan, maka diputuskan pelaksanaan TMC bakal diperpanjang hingga Desember mendatang.

"TMC diperpanjang tentunya dengan pertimbangan, ya sampai kondisi dinyatakan aman (masuk musim hujan)," kata Fatahudin, saat berbincang dengan SINDO Makassar, di tengah kunjungan ke PLTA Bili-bili, Selasa (14/11).

Implementasi TMC dilaksanakan PLN di sejumlah pembangkit lingkup sistem kelistrikan Sulbagsel yang tengah berjuang menjaga pasokan listrik di tengah kemarau berkepanjangan. Selain untuk PLTA Bakaru, TMC juga diterapkan untuk PLTA Poso. Adapun untuk PLTA Bili-bili belum dilaksanakan.

Terdapat beberapa pertimbangan sehingga PLN melaksanakan TMC untuk pembangkit tertentu. PLTA Bakaru dan PLTA Poso menjadi prioritas karena memiliki kapasitas daya yang sangat besar. Masing-masing 126 MW dan 515 MW. Sedangkan PLTA Bili-bili yang kurang lebih dua bulan tidak beroperasi hanya memiliki kapasitas daya 19,5 MW.

"Pertimbangannya itu ya kapasitas pembangkit dan tentunya dilakukan pada daerah yang memang punya potensi hujan lebih besar. Fokusnya memang ke (PLTA) yang berdaya dampak langsung (untuk masyarakat)," ungkapnya.

Lebih jauh, Fatahudin menjelaskan pelaksanaan TMC untuk PLTA Bakaru juga mengukir sejarah, karena merupakan implementasi TMC perdana menggunakan drone untuk pembangkitan. Keberhasilan di PLTA Bakaru dapat menjadi role model untuk diterapkan di daerah lain yang memiliki PLTA, khususnya tatkala menghadapi musim kemarau berkepanjangan.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar), Moch. Andy Adchaminoerdin, sebelumnya menjelaskan sampai saat ini PLN tengah mengerahkan segala sumber daya untuk percepatan penguatan sistem kelistrikan.

"Berbagai upaya terus dilakukan mulai dari Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) khususnya di daerah aliran sungai di lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air," ujar Andy.

Seperti diketahui, sistem Kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan terhubung mulai dari Sulawesi Selatan daratan, Sulawesi Barat, Palu, Poso (Sulawesi Tengah) dan Sulawesi Tenggara daratan tersebut sangat bergantung terhadap debit air PLTA.

Ia menambahkan upaya TMC tersebut telah membuahkan hasil, dimana hujan sudah turun di beberapa lokasi PLTA dan harapannya hujan akan turun secara kontinyu sehingga debit air dapat terus bertambah dan suplai listrik bisa kembali normal.

Andy mencatat, Daya Mampu Pasok (DMP) kondisi normal sistem kelistrikan Sulbagsel mencapai 2.300 megawatt (MW) dengan kontribusi PLTA sebesar 850 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebesar 140 MW atau secara total sangat besar sekitar 990 MW (42 persen).

"Beban Puncak malam hari berada di kisaran 1.800 MW, atau tersedia Reserve Margin 21,7 persen dan ini sebenarnya cukup ideal sebelum terganggu akibat fenomena El Nino. Musim kering yang berkepanjangan tersebut telah berdampak terhadap berkurangnya debit air sehingga menyebabkan kemampuan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) turun sekitar 75 persen dari 850 Megawatt (MW) menjadi 200 MW," tambah Andy.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru