Konsistensi dan Ketelatenan Bawa Markisa Cemerlang Bertahan hingga 20 Tahun
Selasa, 25 Mar 2025 17:53

Markisa Cemerlang berhasil bertahan hingga 20 tahun di industri makanan dan minuman. Foto: Markisa Cemerlang
MAKASSAR - Markisa Cemerlang menjadi salah satu nama besar di industri minuman buah olahan di Kota Makassar. Ia bertahan selama lebih dari 20 tahun. Konsistensi dan ketelatenan menjadi kuncinya.
Henny Yohanes merupakan sosok di balik bisnis kelas UMKM ini. Ia merintisnya 20 tahun yang lalu ketika Kopertis Wilayah IX mempekerjakannya sebagai seorang dosen berstatus ASN.
"Sambil saya mengajar, saya melihat ada potensi alam, potensi manusia, tersedia sumber daya alam dan tersedia manusianya," ucap Henny ketika ditemui di Kantor Gubernur Sulsel usai mengikuti suatu kegiatan, Senin 24 Maret 2025.
Salah satu potensi alam yang memikatnya saat itu ialah buah markisa. Pada masa itu, buah ini belum banyak diolah, hanya dijual utuh. Di sisi lain, ia melihat banyak ibu rumah tangga dan anak gadis putus sekolah di sekitar tempat tinggalnya.
Kombinasi itu menginspirasinya membiat bisnis minuman olahan dari markisa, yang tenaga kerjanya merupakan ibu dan gadis putus sekolah tadi.
"Kebetulan itu juga saya banyak kenalan di Gowa, mereka adalah petani. Jadi saya bangun kerja sama dengan petani dan kerja sama dengan sesama kita manusia, untuk saling mencarikan pekerjaan," sambung Henny.
Pada masa-masa tersebut, mendapatkan informasi cara mengolah buah markisa menjadi minuman tidak segampang hari ini. Oleh karena itulah dia mencoba-coba. Hasilnya, gagal total.
"Sekarang mudah mencari tahu bagaimana mengolah markisa, tapi dulu tidak. Jangan berfikir saya langsung dapat untung. Pertama saya produksi, rugi-rugi terus. Tapi saya tetap berjuang terus," beber Henny.
Pada awalnya, markisa yang sudah diekstrak mudah meletus, karena sifatnya yang mudah terfermentasi. Persoalan lainnya, jika sudah dalam kemasan, sari pati dan air kadang terpisah. Kondisi itu tidak disenangi konsumen.

Ketelatenan Henny lewat berbagai percobaan membuahkan hasil. Ia berhasil membuat formula minuman markisa yang mengikat dengan air. Pun tidak mudah meledak karena faktor fermentasi.
"Kerugian yang saya alami saat itu bukan satu-dua kali, tapi beberapa kali. Namun karena saya memuali dengan niat baik, kepentingan sesama manusia, membuka lapangan kerja, maka saya bisa bertahan," kata dia.
Selama 20 tahun menjalankan bisnis ini, salah satu prinsip yang ia pegang adalah memberdayakan orang lain. Salah satu praktiknya dilakukan terhadap petani yang menyuplai buah markisa dari Malino, Kabupaten Gowa.
Henny bercerita, suaminya kerap kali memintanya untuk memiliki kebun sendiri demi mengurangi biaya produksi. Namun, Henny berkeyakinan, memanfaatkan petani jauh lebih positif.
"Saya punya kelompok tani. Saya tidak mau membeli kebun, supaya petani berdaya, sebab mereka tidak hanya mengandalkan hasil kebunnya, bisa saja beli di kebun orang lain," aku Henny.
Para petani itu juga ia bina, terutama soal memanen. Ia punya standar tegas yang konsisten diterapkan selama bertahun-tahun.
"Petani kami berdayakan ada 3. Awalnya ada banyak, tetapi tidak bisa saya bina. Yang saya bina mereka yang mau mendengar, karena saya mau mempertahankan kualitas. Memang dari awal mendidik mereka memetik buah yang kematangannya 90-95 persen. Banyak petani mengejar cepat duit, masih muda dipetik, tidak ada air, warnanya tidak kuning, aromanya tidak ada," kata dia.
Henny bilang, setiap bulan ia bisa memproduksi 150 liter sari markisa. Dari situ, selanjutnya diolah menjadi empat jenis minuman, yakni sirup, minuman siap minum, pulp, dan sari.
Produknya ini dijual ke berbagai toko oleh-oleh di Kota Makassar, supermarket, hingga hotel-hotel.
"Omzet tidak banyak, karena saya tidak banyak kejar keuntungan, say tetap tahan dengan kualitas, saya hanya mau buktikan bagi keluarga dan sesama teman UMKM. Pendapatannya Rp45-50 juta sebukan," katanya.
Dalam prosesnya ini, Markisa Cemerlang yang juga menjadi UMKM binaan Rumah BUMN ini mempekerjakan 5 orang. Saat musim buah, ia bisa melibatkan ibu-ibu di sekitar tempat produksinya di Hartaco, Kota Makassar.
Henny Yohanes merupakan sosok di balik bisnis kelas UMKM ini. Ia merintisnya 20 tahun yang lalu ketika Kopertis Wilayah IX mempekerjakannya sebagai seorang dosen berstatus ASN.
"Sambil saya mengajar, saya melihat ada potensi alam, potensi manusia, tersedia sumber daya alam dan tersedia manusianya," ucap Henny ketika ditemui di Kantor Gubernur Sulsel usai mengikuti suatu kegiatan, Senin 24 Maret 2025.
Salah satu potensi alam yang memikatnya saat itu ialah buah markisa. Pada masa itu, buah ini belum banyak diolah, hanya dijual utuh. Di sisi lain, ia melihat banyak ibu rumah tangga dan anak gadis putus sekolah di sekitar tempat tinggalnya.
Kombinasi itu menginspirasinya membiat bisnis minuman olahan dari markisa, yang tenaga kerjanya merupakan ibu dan gadis putus sekolah tadi.
"Kebetulan itu juga saya banyak kenalan di Gowa, mereka adalah petani. Jadi saya bangun kerja sama dengan petani dan kerja sama dengan sesama kita manusia, untuk saling mencarikan pekerjaan," sambung Henny.
Pada masa-masa tersebut, mendapatkan informasi cara mengolah buah markisa menjadi minuman tidak segampang hari ini. Oleh karena itulah dia mencoba-coba. Hasilnya, gagal total.
"Sekarang mudah mencari tahu bagaimana mengolah markisa, tapi dulu tidak. Jangan berfikir saya langsung dapat untung. Pertama saya produksi, rugi-rugi terus. Tapi saya tetap berjuang terus," beber Henny.
Pada awalnya, markisa yang sudah diekstrak mudah meletus, karena sifatnya yang mudah terfermentasi. Persoalan lainnya, jika sudah dalam kemasan, sari pati dan air kadang terpisah. Kondisi itu tidak disenangi konsumen.

Ketelatenan Henny lewat berbagai percobaan membuahkan hasil. Ia berhasil membuat formula minuman markisa yang mengikat dengan air. Pun tidak mudah meledak karena faktor fermentasi.
"Kerugian yang saya alami saat itu bukan satu-dua kali, tapi beberapa kali. Namun karena saya memuali dengan niat baik, kepentingan sesama manusia, membuka lapangan kerja, maka saya bisa bertahan," kata dia.
Selama 20 tahun menjalankan bisnis ini, salah satu prinsip yang ia pegang adalah memberdayakan orang lain. Salah satu praktiknya dilakukan terhadap petani yang menyuplai buah markisa dari Malino, Kabupaten Gowa.
Henny bercerita, suaminya kerap kali memintanya untuk memiliki kebun sendiri demi mengurangi biaya produksi. Namun, Henny berkeyakinan, memanfaatkan petani jauh lebih positif.
"Saya punya kelompok tani. Saya tidak mau membeli kebun, supaya petani berdaya, sebab mereka tidak hanya mengandalkan hasil kebunnya, bisa saja beli di kebun orang lain," aku Henny.
Para petani itu juga ia bina, terutama soal memanen. Ia punya standar tegas yang konsisten diterapkan selama bertahun-tahun.
"Petani kami berdayakan ada 3. Awalnya ada banyak, tetapi tidak bisa saya bina. Yang saya bina mereka yang mau mendengar, karena saya mau mempertahankan kualitas. Memang dari awal mendidik mereka memetik buah yang kematangannya 90-95 persen. Banyak petani mengejar cepat duit, masih muda dipetik, tidak ada air, warnanya tidak kuning, aromanya tidak ada," kata dia.
Henny bilang, setiap bulan ia bisa memproduksi 150 liter sari markisa. Dari situ, selanjutnya diolah menjadi empat jenis minuman, yakni sirup, minuman siap minum, pulp, dan sari.
Produknya ini dijual ke berbagai toko oleh-oleh di Kota Makassar, supermarket, hingga hotel-hotel.
"Omzet tidak banyak, karena saya tidak banyak kejar keuntungan, say tetap tahan dengan kualitas, saya hanya mau buktikan bagi keluarga dan sesama teman UMKM. Pendapatannya Rp45-50 juta sebukan," katanya.
Dalam prosesnya ini, Markisa Cemerlang yang juga menjadi UMKM binaan Rumah BUMN ini mempekerjakan 5 orang. Saat musim buah, ia bisa melibatkan ibu-ibu di sekitar tempat produksinya di Hartaco, Kota Makassar.
(MAN)
Berita Terkait

Ekbis
Baruga Market Hidupkan Semangat Warga dan UMKM Lokal
Bukit Baruga kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pelaku usaha lokal dengan menggelar program rutin bertajuk Baruga Market.
Minggu, 19 Okt 2025 18:10

Ekbis
UMKM Binaan PT Vale Tampil di Sulsel Expo, Bukti Nyata Dukung Ekonomi Rakyat
Partisipasi PT Vale dalam “Sulsel UMKM Expo Andalan Hati”—bagian dari peringatan Hari Jadi ke-356 Provinsi Sulawesi Selatan—menjadi bukti komitmen perusahaan dalam menghadirkan nilai tambah bagi masyarakat melalui pengembangan UMKM.
Jum'at, 17 Okt 2025 16:37

Ekbis
PLN Dorong UMKM Sulsel Naik Kelas Lewat Ajang 'Andalan Hati'
Acara ini merupakan bagian dari peringatan Hari Jadi ke-356 Provinsi Sulsel dan menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk menampilkan kreativitas serta potensi produk lokal.
Kamis, 16 Okt 2025 20:05

Ekbis
Komitmen Dukung UMKM, Pertamina Hadirkan Mitra Binaan & Booth di Sulsel Expo
Pertamina Patra Niaga Sulawesi turut ambil bagian dalam Sulsel UMKM Expo 2025 yang berlangsung pada 15–19 Oktober di Monumen Mandala, Kota Makassar.
Kamis, 16 Okt 2025 18:29

Ekbis
Indibiz KTI dan Rumah BUMN Palu Dorong UMKM Melek Label Gizi
Telkom Regional 5 melalui brand Indibiz KTI berkolaborasi dengan Rumah BUMN Palu dalam menggelar kegiatan bertajuk “Label Gizi, Nilai Jual Tinggi: Edukasi Konsumen Lewat Produk UMKM.”
Senin, 13 Okt 2025 16:22
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Suami jadi Tersangka Pembunuhan Ibu Muda Tiga Anak yang Digantung di Kebun
2

Fraksi PKB Konsistensi Kawal Pelaksanaan Instruksi Wali Kota Soal HUT Makassar 2025
3

Guru di Tarowang Jeneponto Temukan Makanan Basi di Menu MBG
4

Pemkab Maros Anggarkan Rp611 Miliar untuk Gaji Pegawai Tahun Depan
5

Tangis Haru Habib Calon Polisi dari Jeneponto Saat Ziarah ke Makam Ayah
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Suami jadi Tersangka Pembunuhan Ibu Muda Tiga Anak yang Digantung di Kebun
2

Fraksi PKB Konsistensi Kawal Pelaksanaan Instruksi Wali Kota Soal HUT Makassar 2025
3

Guru di Tarowang Jeneponto Temukan Makanan Basi di Menu MBG
4

Pemkab Maros Anggarkan Rp611 Miliar untuk Gaji Pegawai Tahun Depan
5

Tangis Haru Habib Calon Polisi dari Jeneponto Saat Ziarah ke Makam Ayah