Wali Kota Munafri Ingin Urban Farming Solusi Pertanian Kota, Penopang Pangan

Senin, 03 Nov 2025 14:17
Wali Kota Munafri Ingin Urban Farming Solusi Pertanian Kota, Penopang Pangan
Wali Kota Munafri Arifuddin meninjau kegiatan Urban Farming yang digelar oleh Dinas Pertanian dan Perikanan (DP2) Kota Makassar di Anjungan Pantai Losari, Senin (3/11/2025). Foto: Istimewa
Comment
Share
MAKASSAR - Pemerintah Kota Makassar terus mendorong lahirnya inovasi berbasis lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

Salah satunya melalui program Urban Farming, yang kini menjadi bagian penting dalam menjaga ketahanan pangan perkotaan sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi warga.

Program unggulan Pemkot, kini dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan (DP2) Kota Makassar, dengan konsep pemanfaatan lahan sempit menjadi ruang produktif.

Di mana, menyatukan pengelolaan sampah organik, pertanian, dan perikanan dalam satu ekosistem terpadu.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan ketahanan pangan perkotaan melalui program urban farming atau pertanian lahan sempit.

"Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada Dinas Pertanian dan Perikanan atas program unggulan ini," hal itu disampaikan Munafri saat membuka kegiatan Urban Farming yang digelar oleh Dinas Pertanian dan Perikanan (DP2) Kota Makassar di Anjungan Pantai Losari, Senin (3/11/2025).

Kegiatan tersebut turut dihadiri oleh Ketua TP PKK Kota Makassar Hj. Melinda Aksa, Kepala DP2 Makassar, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, tim ahli Pemkot, serta para Camat dan Lurah.

Appi menuturkan, sebagai kota besar, Makassar tidak memiliki lahan pertanian luas untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Namun, berbagai solusi menopang pangan terus dilakukan.

"Karena itu, kita harus bisa memaksimalkan potensi yang ada melalui pertanian lahan sempit," ujar Munafri.

Ketua Golkar Makassar itu menjelaskan, dengan jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa, Makassar perlu memiliki sistem ketahanan pangan yang tangguh dan berbasis pemberdayaan masyarakat.

Menurutnya, setiap gerakan warga harus mampu memberikan dampak positif terhadap upaya menjaga ketersediaan pangan di wilayah perkotaan.

Lanjut dia, kegiatan seperti ini menjadi penting karena mengajarkan masyarakat bagaimana mengembangkan pola pertanian dan perikanan di lahan terbatas.

"Kita sudah melihat banyak kelompok tani dan kelompok wanita tani yang aktif di kota ini, dan hasilnya cukup baik," ungkapnya.

Dia menambahkan, Pemkot Makassar kini tengah mengintegrasikan sistem pengelolaan sampah terpadu dengan urban farming. Dalam sistem ini, sampah organik tidak lagi dibuang.

Tetapi diolah menjadi pupuk dan pakan bernutrisi tinggi yang mendukung aktivitas pertanian dan budidaya perikanan. Sehingga Pemkot Makassar, ingin sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi di setiap RT/RW.

"Hari ini sudah berjalan di sejumlah kelurahan dengan 153 unit tema modern (tempat pengelolaan sampah komunal). Ini langkah awal yang baik dan akan terus diperluas, terutama di wilayah padat penduduk," jelas mantan Bos PSM itu.

Ia mencontohkan sistem pengelolaan pakan dan budidaya ikan yang telah berjalan di Kecamatan Panakkukang. Di lokasi tersebut, terdapat sekitar 600 ton ikan lele yang membutuhkan 3 ton makanan sampah per hari.

Pemkot mendorong agar sumber pakan tersebut dapat berasal dari sampah organik restoran dan pasar, bukan dari bahan baru.

Sampah organik dari restoran, hotel, dan pasar jangan dibuang. Bahkan bisa bisa olah untuk pakan ikan atau ayam.

"Saya sudah minta camat dan lurah memastikan tidak ada lagi tumpukan sampah di depan pasar. Sampah itu bernilai ekonomi tinggi jika dikelola dengan baik," imbuh alumni FH Unhas itu.

Lebih lanjut, Munafri menyebut, konsep urban farming bukan hanya tentang menanam, tetapi juga melibatkan sektor perikanan dan peternakan.

Sampah organik diolah menjadi pakan, menghasilkan ikan atau unggas, yang kemudian mendukung ketahanan pangan rumah tangga dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

"Kita ingin membangun ekosistem lingkungan yang berputar sampahnya terkelola, pemberdayaannya dapat, ekonominya tumbuh. Ini model ekonomi rumah tangga yang berkelanjutan," ucapnya.

Munafri juga menegaskan pentingnya mempercepat penerapan konsep Zero Waste house, rumah tangga yang mampu mengelola sampah secara mandiri dan menghasilkan manfaat ekonomi.

Target ke depan adalah rumah tangga zero waste. Rumah tangga yang mampu mengolah sampahnya sendiri, menghasilkan pupuk, bahkan membangun kebun kecil atau kolam ikan di rumah.

"Tahun depan kami akan mulai memberikan penilaian dan penghargaan bagi wilayah yang berhasil," paparnya.

Ia mengingatkan bahwa kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Makassar hampir mencapai batas maksimal. Karena itu, intervensi melalui program pengurangan dan daur ulang sampah menjadi sangat mendesak.

"Kalau tidak diintervensi, dua tahun lagi TPA kita overload. Karena itu, kita harus mulai dari rumah tangga dan wilayah untuk mengelola sampahnya sendiri. Ini bukan sekadar program, tapi kebutuhan," kata Munafri.

Selain itu, Wali Kota juga mendorong penggunaan teknologi pertanian modern untuk meningkatkan produktivitas. Ia meminta DP2 melibatkan lebih banyak generasi muda agar tertarik pada sektor pertanian dan perikanan perkotaan.

"Hari ini teknologi pertanian sudah bisa melipatgandakan produksi. Saya ingin ini dimanfaatkan oleh anak muda. Jadikan urban farming sebagai peluang usaha baru yang memberi manfaat nyata," serunya.

Tak hanya itu, Munafri juga mengarahkan agar kegiatan urban farming dikembangkan menjadi event ekonomi dan edukatif, seperti pameran hasil pertanian, perikanan, dan tanaman hias di taman-taman kota.

Ia ingin Makassar punya pameran seperti di Lapangan Banteng Jakarta. Di sana pamerannya sebulan penuh, semua produk pertanian dan dipamerkan.

"Kita bisa duplikasi di taman-taman kota. Kebutuhan tanaman hias dan ikan hias saat ini tinggi, itu peluang usaha yang besar," jelasnya.

Munafri menegaskan bahwa keberhasilan program urban farming tidak bisa dijalankan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan sendiri, tetapi harus dilakukan melalui kolaborasi seluruh OPD, RT/RW, komunitas, dan pelaku UMKM.

"Semua harus bersinergi. Dinas pertanian tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada kolaborasi besar untuk menciptakan siklus ekonomi yang berkelanjutan," tuturnya.

"Ketika sistem ini berjalan, Makassar tidak hanya hijau, tapi juga mandiri secara ekonomi," sambung Munafri, menutup arahan.

Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Kota Makassar, Aulia Arsyad, dalam sambutannya menyampaikan, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-418 Kota Makassar, Pemerintah Kota Makassar melalui DP2 menggelar Urban Farming Fest 2025.

Sebuah ajang yang menghadirkan inovasi pertanian perkotaan sekaligus memperkuat program prioritas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar dalam mengembangkan urban Farming di tengah keterbatasan lahan kota.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, pada tanggal 3–4 November 2025, ini menjadi wadah edukasi, promosi, dan kolaborasi bagi masyarakat, pelaku usaha.

"Serta komunitas tani untuk bersama-sama mendukung gerakan Makassar Zero Waste, Makassar Green City," ujarnya.

Menurutnya, kegiatan ini juga bentuk nyata dukungan terhadap program prioritas pemerintah kota. Karena, urban Farming Fest 2025 ini dilaksanakan sebagai upaya memperkenalkan sekaligus mengajak masyarakat terlibat aktif dalam pengembangan pertanian perkotaan.

"Dengan memanfaatkan lahan sempit, kita ingin membuktikan bahwa Makassar bisa mandiri dan berdaya secara pangan," jelas Aulia.

Ia menambahkan, selama dua hari pelaksanaan, masyarakat dapat menikmati berbagai kegiatan seperti pameran pertanian, lomba kreatif, pemberian bantuan bibit tanaman produktif, hiburan rakyat, serta pelayanan kesehatan hewan berupa pemberian vitamin dan vaksin rabies bagi hewan kesayangan.

Sebanyak 21 booth turut meramaikan festival ini, terdiri atas berbagai instansi dan mitra, di antaranya Dinas Ketahanan Pangan dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Makassar, Balai Besar Pelatihan Pertanian, kelompok tani, toko tani, UMKM olahan hasil pertanian, perusahaan alat pertanian, hingga pelaku budidaya maggot dan tanaman hias.

DP2 juga menggandeng Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dalam pengelolaan sampah hasil pertanian, serta bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) yang membuka layanan administrasi kependudukan di lokasi kegiatan.

Sebagai bagian dari acara, dilakukan pula penyerahan bibit tanaman produktif kepada para camat se-Kota Makassar sebagai simbol semangat menanam dan menjaga ketahanan pangan dari skala rumah tangga.

"Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi untuk mengembangkan pertanian perkotaan yang berkelanjutan dan semakin semarak pada Urban Farming Fest 2026 mendatang," tutup Aulia.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru