Melalui Drama Musikal, Capping Day SMK Darussalam Tanamkan Nilai Keperawatan
Jum'at, 07 Feb 2025 19:21

SMK Darussalam Makassar menggelar acara Capping Day untuk siswa program keahlian asisten keperawatan dan caregiver pada 7 Februari 2025 di Aula SMK Darussalam Makassar. Foto/Istimewa
MAKASSAR - SMK Darussalam Makassar menggelar acara Capping Day untuk siswa program keahlian asisten keperawatan dan caregiver pada 7 Februari 2025 di Aula SMK Darussalam Makassar. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan integritas siswa sebelum mereka memasuki dunia praktik klinik di rumah sakit dan fasilitas kesehatan.
Mengusung tema Mengukir Semangat dalam Setiap Langkah Pengabdian, Capping Day kali ini dikemas dalam bentuk drama musikal yang mengangkat kisah Florence Nightingale, ikon perawat dunia yang dikenal dengan julukan Lady with the Lamp.
Melalui pementasan ini, para siswa diingatkan tentang nilai-nilai keperawatan, seperti pengabdian, empati, dan menjaga kerahasiaan pasien—kecuali dalam situasi hukum yang memerlukan kesaksian.
Hadir dalam acara ini perwakilan dari Universitas Muslim Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Angkatan Udara Dody Sarjoto, Rumah Sakit Lapalaloi Maros, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), serta organisasi profesi guru KGBN dan IGI.
Kepala SMK Darussalam Makassar, Nurmiah, menyampaikan bahwa acara ini lebih dari sekadar seremoni, melainkan juga momen refleksi bagi para siswa.
“Mereka tidak hanya mengucap janji, tetapi juga menanamkan nilai-nilai profesionalisme yang akan mereka bawa sepanjang karier keperawatan mereka. Kami bangga melihat semangat mereka dalam mengukir jalan pengabdian," ujarnya.
Kepala Program Keahlian Asisten Keperawatan dan Caregiver SMK Darussalam Makassar, Yuniati, menekankan pentingnya acara ini dalam membentuk karakter calon perawat. “Melalui Capping Day, kami ingin siswa memahami bahwa menjadi perawat bukan hanya tentang keterampilan medis, tetapi juga tentang hati dan kepedulian kepada sesama,” katanya.
Koordinator acara, Zaid Buri Prahastyo, menjelaskan bahwa drama musikal bertujuan untuk mendorong siswa menjalani tugas mereka di dunia praktik dengan penuh tanggung jawab dan semangat pengabdian.
“Kami ingin menjadikan Florence Nightingale sebagai inspirasi bagi para siswa. Dengan visualisasi yang kuat, mereka bisa memahami bahwa keperawatan adalah profesi mulia yang melintasi batas negara, waktu, dan situasi,” ungkapnya.
Dukungan juga datang dari komunitas guru, seperti Nurul Hidayah dari KGBN (Komunitas Guru Belajar Nusantara), yang menilai pendekatan berbasis seni dalam pendidikan seperti ini dapat meningkatkan pemahaman dan empati siswa.
"Ketika siswa diajak merasakan perjuangan Florence Nightingale, mereka tidak hanya belajar sejarah, tetapi juga memahami makna sebenarnya dari dedikasi dalam keperawatan," katanya.
Mengusung tema Mengukir Semangat dalam Setiap Langkah Pengabdian, Capping Day kali ini dikemas dalam bentuk drama musikal yang mengangkat kisah Florence Nightingale, ikon perawat dunia yang dikenal dengan julukan Lady with the Lamp.
Melalui pementasan ini, para siswa diingatkan tentang nilai-nilai keperawatan, seperti pengabdian, empati, dan menjaga kerahasiaan pasien—kecuali dalam situasi hukum yang memerlukan kesaksian.
Hadir dalam acara ini perwakilan dari Universitas Muslim Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat, Rumah Sakit Angkatan Udara Dody Sarjoto, Rumah Sakit Lapalaloi Maros, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), serta organisasi profesi guru KGBN dan IGI.
Kepala SMK Darussalam Makassar, Nurmiah, menyampaikan bahwa acara ini lebih dari sekadar seremoni, melainkan juga momen refleksi bagi para siswa.
“Mereka tidak hanya mengucap janji, tetapi juga menanamkan nilai-nilai profesionalisme yang akan mereka bawa sepanjang karier keperawatan mereka. Kami bangga melihat semangat mereka dalam mengukir jalan pengabdian," ujarnya.
Kepala Program Keahlian Asisten Keperawatan dan Caregiver SMK Darussalam Makassar, Yuniati, menekankan pentingnya acara ini dalam membentuk karakter calon perawat. “Melalui Capping Day, kami ingin siswa memahami bahwa menjadi perawat bukan hanya tentang keterampilan medis, tetapi juga tentang hati dan kepedulian kepada sesama,” katanya.
Koordinator acara, Zaid Buri Prahastyo, menjelaskan bahwa drama musikal bertujuan untuk mendorong siswa menjalani tugas mereka di dunia praktik dengan penuh tanggung jawab dan semangat pengabdian.
“Kami ingin menjadikan Florence Nightingale sebagai inspirasi bagi para siswa. Dengan visualisasi yang kuat, mereka bisa memahami bahwa keperawatan adalah profesi mulia yang melintasi batas negara, waktu, dan situasi,” ungkapnya.
Dukungan juga datang dari komunitas guru, seperti Nurul Hidayah dari KGBN (Komunitas Guru Belajar Nusantara), yang menilai pendekatan berbasis seni dalam pendidikan seperti ini dapat meningkatkan pemahaman dan empati siswa.
"Ketika siswa diajak merasakan perjuangan Florence Nightingale, mereka tidak hanya belajar sejarah, tetapi juga memahami makna sebenarnya dari dedikasi dalam keperawatan," katanya.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Wagub Sulsel Apresiasi Komitmen Keberlanjutan PT Vale di Sorowako
2

Kampus UMI Bantaeng Resmi Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru, Bupati Uji Nurdin Beri Apresiasi
3

Energi Bersih PLN Terangi Pulau Satangnga Takalar
4

Gubernur Sulsel Dampingi KASAL Panen Rumput Laut di Takalar
5

Ismail Calon Tunggal Ketua KONI Makassar, Sudirman TMS
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Wagub Sulsel Apresiasi Komitmen Keberlanjutan PT Vale di Sorowako
2

Kampus UMI Bantaeng Resmi Buka Pendaftaran Mahasiswa Baru, Bupati Uji Nurdin Beri Apresiasi
3

Energi Bersih PLN Terangi Pulau Satangnga Takalar
4

Gubernur Sulsel Dampingi KASAL Panen Rumput Laut di Takalar
5

Ismail Calon Tunggal Ketua KONI Makassar, Sudirman TMS