Seruan Boikot Produk Israel Perlu Digaungkan Lagi pada KTT OKI di Riyadh

Tim Sindomakassar
Minggu, 12 Nov 2023 08:17
Seruan Boikot Produk Israel Perlu Digaungkan Lagi pada KTT OKI di Riyadh
Seruan boikot produk Israel kian menguat di tengah invasi negara itu ke Palestina. Foto/Ilustrasi/Int
Comment
Share
JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR RI Hidayat Nur Wahid menegaskan Presiden Jokowi perlu menggaungkan kembali untuk memboikot produk Israel dalam Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Konferensi Islam (KTT OKI) di Riyadh, Arab Saudi, Jumat dan Sabtu (10-11/11/2023). Sebab, sebelumnya, pada KTT OKI di Jakarta pada 2016 lalu, Jokowi pernah menyerukan hal tersebut dan menjadi salah satu keputusan KTT OKI.

"Seruan boikot ekonomi itu perlu disuarakan kembali dan dikonkretkan menjadi keputusan KTT OKI. Dan bisa diawali dengan sikap Pemerintah Indonesia untuk menghentikan kerja sama ekonomi atau ekspor-impor dengan Israel yang masih berjalan hingga saat ini," jelas HNW, dikutip dari laman resmi DPR RI.

Pria yang kerap disapa HNW ini menjelaskan beberapa negara OKI memang telah mengambil sikap tegas mengoreksi hubungan mereka dengan Israel, seperti Turki, Jordan dan Bahrain. Negara-negara tersebut bukan hanya menarik duta besarnya, tetapi juga menghentikan kerja sama ekonomi dengan Israel, itu semua patut diapresiasi.

"Bila OKI yang beranggotakan 57 negara, atau organisasi dunia terbesar kedua setelah PBB ini, menjatuhkan 'sanksi' kepada Israel dengan memutus hubungan diplomatik dan tidak melanjutkan kerja sama di bidang ekonomi dalam bentuk apa pun, tentu akan efektif untuk mengkoreksi berkelanjutannya kejahatan penjajahan Israel, menghentikan tragedi kemanusiaan dan holocaust di Gaza, dan akan berdampak pada kemungkinan mendekatkan realisasi tujuan dari berdirinya OKI yaitu Palestina merdeka," jelas Politisi Fraksi PKS ini.

"Akan efektif juga untuk menghentikan penjajahan Israel dan merdekanya Palestina kalau negara-negara penghasil minyak dan gas, tidak lagi mengekspor minyak dan gasnya ke Israel."

Wakil Ketua MPR ini menambahkan pemerintah RI dari zaman Bung Karno hingga kini memang tetap bersikap sesuai ketentuan konstitusi, yaitu membela kemerdekaan Palestina. Salah satu contohnya yaitu menolak penetapan Yerusalem sebagai ibukota Israel.

"Bahkan Presiden Jokowi pernah berkomunikasi dengan Presiden Palestina bahwa Indonesia tidak ikutan melakukan normalisasi dengan Israel, hingga kecaman Menlu RI terhadap DK PBB yang gagal menghasilkan resolusi untuk membantu masyarakat Gaza dari kejahatan perang yang terus dilakukan oleh Israel," jelasnya.

"Namun, semua itu perlu lebih ditingkatkan ke level diplomasi langsung antarkepala negara. Hal itu agar bisa hadirkan komitmen serius merdekakan Palestina, menghentikan genosida di Gaza dan mengadukannya ke Mahkamah Pidana Internasional, juga ke Dewan HAM PBB," beber HNW.

Selain itu, HNW juga mengingatkan Presiden Jokowi soal serangan membabi buta Israel yang menyasar markas tentara penjaga perdamaian Indonesia di Libanon. Serta, dengan melanjutkan reaksi keras Kemenlu RI terkait kabar 'hoax' dari Pemerintah Israel yang dijadikan alasan untuk sudah tiga kali menjatuhkan banyak bom yang merusak RS Indonesia di Gaza dengan korban semuanya adalah warga sipil.

Menurut HNW, itu semua dilakukan Israel dengan alasan yang dibuat-buat sendiri oleh Israel untuk membenarkan tindakan biadab Israel bahwa RS Indonesia di Gaza berdiri di atas terowongan Hamas.

"Dari rangkaian-rangkaian peristiwa itu, maka memang sudah seharusnya bila Presiden Jokowi hadir langsung memimpin perjuangan diplomasi Indonesia pada KTT Luar Biasa OKI di Arab Saudi mendatang," kata HNW.

HNW menjelaskan pentingnya untuk memastikan ada hasil konkret berupa bersatunya OKI bersama negara-negara yang mendukung Palestina/Gaza termasuk China dan Rusia, serta efektif berkomunikasi dengan AS.

Upaya ini dilakukan agar mereka menghentikan dukungan terhadap Israel, agar terbayar juga utang mensejarah Indonesia dengan merdekanya Palestina. "Selamatnya Gaza dari terus berlanjutnya kejahatan perang Israel, dan diterapkannya hukum internasional termasuk resolusi-resolusi PBB atas berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh Israel," pungkasnya.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru