Hadir di UIN Alauddin, Habib Ja'far Ajak Anak Muda Beragama dengan Sadar
Rabu, 24 Sep 2025 08:04

Habib Husein Jafar ketika hadir di Masjid UIN Alauddin Makassar, Senin 22 September 2025. Foto: Istimewa
GOWA - Masjid Agung Sultan Alauddin UIN Alauddin Makassar menjadi saksi bisu lautan manusia saat penceramah Habib Husein Ja’far Al-Hadar tampil dalam acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar pada Senin, 22 September 2025.
Kehadiran Habib yang dikenal sebagai penceramah muda ini menjadi pengalaman pertama bagi kampus menghadirkan dirinya dalam perayaan Maulid.
Dalam ceramahnya, Habib Husein menegaskan pentingnya menjadikan agama sebagai pilihan sadar, bukan sekadar warisan dari orang tua. Ia mengaku terinspirasi dari cara ayahnya mendidik, yang selalu mengajaknya berdiskusi dan melatih berpikir kritis sejak kecil.
“Islam harus dipilih, bukan hanya diterima begitu saja,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa kunci mencintai sesuatu adalah mengenalnya. Habib mengilustrasikan masa kecilnya yang takut pada gudang berhantu, yang ternyata hanya berisi alat pertukangan. Menurutnya, hal serupa terjadi pada agama: banyak orang merasa berat beribadah karena tidak mengenal maknanya.
“Orang yang salat tanpa mengenal hakikatnya bisa merasa terbebani. Tapi kalau mengenalnya, salat justru melahirkan cinta dan ketenangan,” jelasnya.
Habib kemudian merangkum tiga pilar utama ajaran Nabi Muhammad SAW: iman, rahmatan lil alamin, dan akhlak. Ia menjelaskan bahwa iman sejati teruji saat seseorang berada sendirian, bukan di tengah keramaian.
“Kalau mau tahu dirimu, cek FYP TikTok-mu,” katanya sambil memberi perbandingan konteks kehidupan anak muda.
Pada pilar rahmatan lil alamin, Habib menyampaikan bahwa kasih sayang Islam berlaku untuk seluruh makhluk. Ia menyisipkan humor dengan menyebut nyamuk yang tidak memiliki e-toll ketika masuk jalan tol. Ia juga menyinggung larangan memancing sekadar untuk hobi (catch and release) karena menyiksa binatang, meski tidak diambil untuk dimakan.
Sementara itu, akhlak menurut Habib mencapai puncaknya dalam kepedulian terhadap lingkungan. Ia mengingatkan sabda Nabi agar tetap menanam bibit pohon meski kiamat tinggal satu detik lagi. Hal tersebut, katanya, menegaskan betapa besar perhatian Rasulullah pada keberlanjutan hidup.
Selain itu, Habib mengisahkan pesan ayahnya yang mewajibkan dirinya kuliah filsafat dengan alasan sederhana: “Orang goblok itu ngerepotin.”
Dari situ ia menekankan pentingnya filsafat dan berpikir kritis agar keyakinan tumbuh di atas fondasi nalar yang kokoh, bukan sekadar ikut-ikutan.
Ceramahnya juga menyinggung isu kontemporer. Habib menegaskan bahwa Maulid bukanlah bid’ah, melainkan ekspresi kegembiraan atas rahmat Allah. Ia menyebutnya sebagai “logika gado-gado”: selama semua bahannya halal, hasilnya pun tetap halal.
Terkait hubungan Islam dan negara, ia menyampaikan bahwa Nabi tidak pernah menetapkan sistem pemerintahan yang kaku. Sebaliknya, Rasulullah menanamkan prinsip universal seperti kejujuran, amanah, kecerdasan, dan musyawarah sebagai pedoman moral dalam kehidupan berbangsa.
Menjelang akhir ceramah, Habib membagikan kisah seorang perempuan di Batam yang pertama kali berhijab ketika hadir di pengajiannya, lalu wafat dalam kecelakaan setelahnya. Baginya, kisah itu menjadi bukti bahwa menghadiri majelis ilmu dan bershalawat tidak pernah sia-sia, karena Allah dan Rasul-Nya akan membalas dengan kebaikan.
Acara pun ditutup dengan pesan penuh harapan yang menguatkan keyakinan para jamaah, menegaskan bahwa tidak ada usaha yang sia-sia bagi mereka yang mencintai Rasulullah.
"Percayalah, Nabi tidak akan pernah mengecewakan kita. Siapa yang bershalawat kepada Nabi, maka Nabi akan datang untuk membalas shalawat itu," tutup Habib.
Kehadiran Habib yang dikenal sebagai penceramah muda ini menjadi pengalaman pertama bagi kampus menghadirkan dirinya dalam perayaan Maulid.
Dalam ceramahnya, Habib Husein menegaskan pentingnya menjadikan agama sebagai pilihan sadar, bukan sekadar warisan dari orang tua. Ia mengaku terinspirasi dari cara ayahnya mendidik, yang selalu mengajaknya berdiskusi dan melatih berpikir kritis sejak kecil.
“Islam harus dipilih, bukan hanya diterima begitu saja,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa kunci mencintai sesuatu adalah mengenalnya. Habib mengilustrasikan masa kecilnya yang takut pada gudang berhantu, yang ternyata hanya berisi alat pertukangan. Menurutnya, hal serupa terjadi pada agama: banyak orang merasa berat beribadah karena tidak mengenal maknanya.
“Orang yang salat tanpa mengenal hakikatnya bisa merasa terbebani. Tapi kalau mengenalnya, salat justru melahirkan cinta dan ketenangan,” jelasnya.
Habib kemudian merangkum tiga pilar utama ajaran Nabi Muhammad SAW: iman, rahmatan lil alamin, dan akhlak. Ia menjelaskan bahwa iman sejati teruji saat seseorang berada sendirian, bukan di tengah keramaian.
“Kalau mau tahu dirimu, cek FYP TikTok-mu,” katanya sambil memberi perbandingan konteks kehidupan anak muda.
Pada pilar rahmatan lil alamin, Habib menyampaikan bahwa kasih sayang Islam berlaku untuk seluruh makhluk. Ia menyisipkan humor dengan menyebut nyamuk yang tidak memiliki e-toll ketika masuk jalan tol. Ia juga menyinggung larangan memancing sekadar untuk hobi (catch and release) karena menyiksa binatang, meski tidak diambil untuk dimakan.
Sementara itu, akhlak menurut Habib mencapai puncaknya dalam kepedulian terhadap lingkungan. Ia mengingatkan sabda Nabi agar tetap menanam bibit pohon meski kiamat tinggal satu detik lagi. Hal tersebut, katanya, menegaskan betapa besar perhatian Rasulullah pada keberlanjutan hidup.
Selain itu, Habib mengisahkan pesan ayahnya yang mewajibkan dirinya kuliah filsafat dengan alasan sederhana: “Orang goblok itu ngerepotin.”
Dari situ ia menekankan pentingnya filsafat dan berpikir kritis agar keyakinan tumbuh di atas fondasi nalar yang kokoh, bukan sekadar ikut-ikutan.
Ceramahnya juga menyinggung isu kontemporer. Habib menegaskan bahwa Maulid bukanlah bid’ah, melainkan ekspresi kegembiraan atas rahmat Allah. Ia menyebutnya sebagai “logika gado-gado”: selama semua bahannya halal, hasilnya pun tetap halal.
Terkait hubungan Islam dan negara, ia menyampaikan bahwa Nabi tidak pernah menetapkan sistem pemerintahan yang kaku. Sebaliknya, Rasulullah menanamkan prinsip universal seperti kejujuran, amanah, kecerdasan, dan musyawarah sebagai pedoman moral dalam kehidupan berbangsa.
Menjelang akhir ceramah, Habib membagikan kisah seorang perempuan di Batam yang pertama kali berhijab ketika hadir di pengajiannya, lalu wafat dalam kecelakaan setelahnya. Baginya, kisah itu menjadi bukti bahwa menghadiri majelis ilmu dan bershalawat tidak pernah sia-sia, karena Allah dan Rasul-Nya akan membalas dengan kebaikan.
Acara pun ditutup dengan pesan penuh harapan yang menguatkan keyakinan para jamaah, menegaskan bahwa tidak ada usaha yang sia-sia bagi mereka yang mencintai Rasulullah.
"Percayalah, Nabi tidak akan pernah mengecewakan kita. Siapa yang bershalawat kepada Nabi, maka Nabi akan datang untuk membalas shalawat itu," tutup Habib.
(MAN)
Berita Terkait

Sulsel
Delegasi Muslim Australia Terkesan dengan Sambutan UIN Alauddin
Australia Indonesia Muslim Exchange Program (AIMEP) bertandang ke kampus UIN Alauddin Makassar, Senin 22 September 2025. Kunjungan itu meninggalkan kesan mendalam bagi mereka.
Selasa, 23 Sep 2025 16:41

News
Kemerdekaan Adalah Misi Kenabian
Abdillah Mustari, selaku Dosen di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar menyajikan opini mengenai kemerdekaan adalah misi kenabian.
Minggu, 17 Agu 2025 17:34

Sulsel
KKN UIN Alauddin Posko 3 Gelar Seminar Kewirausahaan di Borongloe
Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan 77 Posko 3 sukses menggelar seminar kewirausahaan bertema “Membuat Produk yang Unik, Menembus Pasar Tanpa Batas” di Vila Wira.
Senin, 04 Agu 2025 15:09

News
Hadir di UIN Alauddin, Irjen Pol Mulya Bahas Keamanan Maritim dalam Perspektif Imigrasi
Staf Ahli Menteri Bidang Pelayanan Publik dan Reformasi Hukum Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, Irjen Pol R.P Mulya menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan ASEAN Lecture Series yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Rabu, 23 Jul 2025 22:50

Sulsel
Prof Hamdan Ingin Dokter Lulusan UIN Alauddin Miliki 3 Karakter Ideal
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar kembali mengukuhkan dokter muda. Ada 15 lulusan yang dikukuhkan dalam kegiatan yang berlangsung di Ruang Rapat Senat.
Kamis, 17 Jul 2025 16:11
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Delegasi Muslim Australia Terkesan dengan Sambutan UIN Alauddin
2

TSA Pertamina Sulawesi Dukung Operasional Aman di PT Tiran Indonesia
3

Perang Kelompok di Tallo, Wali Kota Munafri Gerak Cepat Mediasi Konflik
4

PLN-Kejati Sultra Kolaborasi Jaga Proyek Listrik Bebas Masalah Hukum
5

BaKTI Kawal Program GEDSI untuk Masuk Dalam RPJM Desa
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Delegasi Muslim Australia Terkesan dengan Sambutan UIN Alauddin
2

TSA Pertamina Sulawesi Dukung Operasional Aman di PT Tiran Indonesia
3

Perang Kelompok di Tallo, Wali Kota Munafri Gerak Cepat Mediasi Konflik
4

PLN-Kejati Sultra Kolaborasi Jaga Proyek Listrik Bebas Masalah Hukum
5

BaKTI Kawal Program GEDSI untuk Masuk Dalam RPJM Desa