Komitmen PT Vale Kebut Transformasi Hijau di Tengah Tantangan Lingkungan

Selasa, 07 Okt 2025 19:17
Komitmen PT Vale Kebut Transformasi Hijau di Tengah Tantangan Lingkungan
PT Vale Indonesia Tbk berkomitmen mempercepat transformasi hijau di tengah beragam tantangan untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Foto/Dok PT Vale
Comment
Share
MAKASSAR - PT Vale Indonesia Tbk berkomitmen mempercepat transformasi hijau di tengah beragam tantangan untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Seperti pada tahun 2024, perusahaan mencatat kenaikan emisi, konsumsi energi, dan volume limbah B3, sementara realisasi reklamasi justru menurun. Kondisi ini menuntut perhatian dan langkah cepat agar tidak menghambat target keberlanjutan jangka panjang.

Direktur sekaligus Chief Operation and Infrastructure Officer PT Vale, Abu Ashar, menjelaskan persoalan tersebut berkaitan erat dengan upaya peningkatan produksi nikel matte di fasilitas Sorowako. Pengolahan bijih berkadar nikel lebih rendah serta curah hujan tinggi menjadi kombinasi yang membuat proses produksi jauh lebih intensif.

“Untuk menghasilkan volume nikel matte yang sama, konsumsi energi meningkat karena kandungan nikel yang lebih rendah dan tingkat kelembapannya lebih tinggi,” jelas Abu Ashar.

Meski demikian, perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia tersebut tidak tinggal diam. Tantangan itu justru dijadikan momentum untuk mempercepat transformasi menuju operasi yang lebih efisien dan rendah karbon. Sejumlah inisiatif—mulai dari ore dewatering, pemanfaatan panas buangan (waste heat), hingga penggunaan biomassa—menjadi bukti komitmen PT Vale dalam memperbaiki kinerja lingkungan.

PT Vale menegaskan pengelolaan dampak operasional secara bertanggung jawab melalui sistem Environmental Management System (EMS) yang terintegrasi. Sistem ini memastikan seluruh tahapan, mulai eksplorasi hingga rehabilitasi pascatambang, berjalan selaras dengan prinsip keberlanjutan.

Komitmen itu dituangkan dalam Kebijakan Keberlanjutan perusahaan dan diterapkan di seluruh operasi serta rantai pasok. PT Vale mengacu pada standar internasional seperti Prinsip Pengelolaan Tambang Berkelanjutan ICMM, Standar Kinerja Lingkungan IFC, dan ISO 14001:2015.

PT Vale juga menerapkan Life Cycle Assessment (LCA) untuk menilai dampak lingkungan pada setiap tahap siklus tambang. Selain itu, perusahaan menggunakan metode Preliminary Risk Analysis and Aspects Assessment serta pendekatan Change Management guna mengidentifikasi dan mengurangi risiko lingkungan sejak tahap perencanaan.

Dalam pengelolaan lingkungan, perusahaan menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. PT Vale secara aktif menggandeng masyarakat, pemerintah, dan mitra bisnis dalam penyusunan AMDAL, RKL, dan RPL melalui proses konsultasi publik.

Di luar AMDAL, perusahaan juga melaksanakan Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) untuk memastikan penilaian yang lebih menyeluruh, mencakup aspek lingkungan dan sosial.

Wakil Rektor IV Universitas Hasanuddin, Prof Adi Maulana, menegaskan bahwa pemanfaatan nikel harus dilakukan secara berkelanjutan. “Kita tidak bisa pungkiri bahwa 60% nikel dunia ada di Indonesia, dan 70% di antaranya berada di Sulawesi. Kita memang harus memanfaatkannya, tetapi harus disadari bahwa setiap pemanfaatan sumber daya alam selalu berinteraksi dengan alam,” ujarnya.

Adi yang juga seorang geolog menyebutkan, sejak dulu peradaban dimulai dari aktivitas pertambangan. Karena itu, mitigasi dampak lingkungan harus dirancang sejak awal agar investasi dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan beriringan dengan kelestarian alam.

Untuk memastikan efektivitas kebijakan lingkungan, PT Vale menetapkan berbagai program berbasis target dan melakukan evaluasi berkala demi meningkatkan efisiensi sumber daya serta meminimalkan dampak operasional.

Sepanjang tahun 2024, perusahaan mengalokasikan AS$28,4 juta untuk mendukung upaya pengelolaan lingkungan secara menyeluruh.

Dengan komitmen kuat, investasi besar, serta kerja sama lintas pemangku kepentingan, PT Vale menegaskan tekadnya mengatasi tantangan lingkungan sepanjang 2024 dan mempercepat langkah menuju operasi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru