Oknum Guru di Parepare Diduga Tipu Penerbit, Dieditkan Lalu Cetak di Tempat Lain
Kamis, 27 Jul 2023 18:53
Contoh buku yang diterbitkan oleh Penerbit IEG. Foto: IST
PAREPARE - Penerbit Indonesia Emas Group (IEG) mendapatkan perlakuan tidak profesional dari seorang yang diduga guru ASN di Kota Parepare.
Direktur Penerbit IEG, Rahmat Fadhli mengaku, merasa ditipu oleh guru SMP yang juga diklaim sebagai dosen luar biasa IAIN Parepare tersebut.
Sebab, si guru tersebut dinilai tidak profesional dan ingkar dalam melakukan perjanjian bisnis.
Rahmat menceritakan, si guru tersebut awalnya berjanji akan menerbitkan bukunya di Penerbit IEG. Sehingga antara penerbit dan penulis sudah sepakat dengan skema pembayaran yang telah disepakati bersama. Singkat cerita, penulis kemudian mengirimkan naskahnya yang berjudul 'Di Balik Dinding Kita Bercerita' untuk diedit terlebih dahulu oleh pihak IEG.
Rahmat pun menyanggupi dan tidak meminta uang muka. "Karena si guru ini mengaku sebagai senior saya dan satu organisasi saat saya di kampus ketika S1 di Makassar," kata Rahmat, dalam tulisannya yang diterima, pada Kamis (27/7/2023).
Rahmat bersama tim akhirnya mengedit naskah milik si guru itu setebal 320 halaman. Selesai pengerjaan pengeditan, kata Rahmat, tiba-tiba si guru itu 'mengelak' dan seolah-olah mempertanyakan terkait komitmen fee yang sebelumnya sudah disepakati bersama.
Ia mulai tak memberi kabar hingga putus kontak dengan pihak IEG. Justru, lanjut Rahmat, setelah tak ada kabar, si guru tetiba mengunggah foto bukunya tersebut (yang diterbitkan oleh penerbit lain) di akun
media sosialnya, termasuk di Group WhatsApp yang juga ada dia di dalamnya.
"Saya langsung konfirmasi kepada yang bersangkutan, apakah menggunakan naskah editan kami atau bukan? Dan yang bersangkutan sampaikan saat itu, naskah yang dikirimkan ke penerbit lain adalah naskah original dia," terangnya.
"Saya kemudian mencocokkan pengakuan yang dibuat dengan membeli buku dari penerbit tersebut dan saya menemukan fakta bahwa yang bersangkutan menggunakan hasil editing saya dan tim IEG tanpa memberikan apresiasi kepada kami, baik itu berupa rekognisi nama editor ataupun yang bersifat materil. Bahkan ucapan terima kasih pun tak ada. Padahal untuk mengedit naskah tersebut saya telah mengorbankan waktu, tenaga dan pekerjaan sosial saya yang lain," lanjut Rahmat yang merupakan salah satu fasilitator di Kemendikbudristek itu.
Menurut Rahmat, sebagai seorang tenaga pendidik, sikap yang ditunjukkan oleh si guru tersebut tidaklah layak untuk diteladani. Bahkan, cukup memalukan untuk seorang guru dan mengaku sebagai penulis.
"Dia berbohong kepada saya dan juga penerbit yang menerbitkan bukunya," sesal Rahmat.
Kendati demikian, Rahmat mengaku tak mau lagi memperpanjang kasus ini. Ia hanya ingin menyampaikan kepada publik, bahwa tak sepantasnya seorang guru dan penulis melakukan tindakan tercela, demi keuntungan pribadinya tanpa mengapresiasi pihak yang membantu menyukseskan karyanya.
"Ketika Anda membatalkan secara sepihak, maka Anda telah melanggar komitmen di antara kita. Anda juga telah menodai integritas yang menjadi nilai utama dalam dunia intelektual. Ingat, penulis adalah intelektual. Seorang intelektual harus jujur, berintegritas, dan patuh pada komitmen," tegas lulusan kampus S2 luar negeri Amerika Serikat itu.
Selain itu, ia juga mengingatkan kepada perusahaan penerbit lainnya di luar sana, untuk tidak mudah percaya kepada orang dalam menjalankan bisnis, termasuk ke pihak keluarga.
“Bisnis adalah bisnis. Jangan lagi melibatkan pendekatan personal atas nama bisnis yang dapat berpotensi merugikan bisnis kita,” pungkasnya.
Direktur Penerbit IEG, Rahmat Fadhli mengaku, merasa ditipu oleh guru SMP yang juga diklaim sebagai dosen luar biasa IAIN Parepare tersebut.
Sebab, si guru tersebut dinilai tidak profesional dan ingkar dalam melakukan perjanjian bisnis.
Rahmat menceritakan, si guru tersebut awalnya berjanji akan menerbitkan bukunya di Penerbit IEG. Sehingga antara penerbit dan penulis sudah sepakat dengan skema pembayaran yang telah disepakati bersama. Singkat cerita, penulis kemudian mengirimkan naskahnya yang berjudul 'Di Balik Dinding Kita Bercerita' untuk diedit terlebih dahulu oleh pihak IEG.
Rahmat pun menyanggupi dan tidak meminta uang muka. "Karena si guru ini mengaku sebagai senior saya dan satu organisasi saat saya di kampus ketika S1 di Makassar," kata Rahmat, dalam tulisannya yang diterima, pada Kamis (27/7/2023).
Rahmat bersama tim akhirnya mengedit naskah milik si guru itu setebal 320 halaman. Selesai pengerjaan pengeditan, kata Rahmat, tiba-tiba si guru itu 'mengelak' dan seolah-olah mempertanyakan terkait komitmen fee yang sebelumnya sudah disepakati bersama.
Ia mulai tak memberi kabar hingga putus kontak dengan pihak IEG. Justru, lanjut Rahmat, setelah tak ada kabar, si guru tetiba mengunggah foto bukunya tersebut (yang diterbitkan oleh penerbit lain) di akun
media sosialnya, termasuk di Group WhatsApp yang juga ada dia di dalamnya.
"Saya langsung konfirmasi kepada yang bersangkutan, apakah menggunakan naskah editan kami atau bukan? Dan yang bersangkutan sampaikan saat itu, naskah yang dikirimkan ke penerbit lain adalah naskah original dia," terangnya.
"Saya kemudian mencocokkan pengakuan yang dibuat dengan membeli buku dari penerbit tersebut dan saya menemukan fakta bahwa yang bersangkutan menggunakan hasil editing saya dan tim IEG tanpa memberikan apresiasi kepada kami, baik itu berupa rekognisi nama editor ataupun yang bersifat materil. Bahkan ucapan terima kasih pun tak ada. Padahal untuk mengedit naskah tersebut saya telah mengorbankan waktu, tenaga dan pekerjaan sosial saya yang lain," lanjut Rahmat yang merupakan salah satu fasilitator di Kemendikbudristek itu.
Menurut Rahmat, sebagai seorang tenaga pendidik, sikap yang ditunjukkan oleh si guru tersebut tidaklah layak untuk diteladani. Bahkan, cukup memalukan untuk seorang guru dan mengaku sebagai penulis.
"Dia berbohong kepada saya dan juga penerbit yang menerbitkan bukunya," sesal Rahmat.
Kendati demikian, Rahmat mengaku tak mau lagi memperpanjang kasus ini. Ia hanya ingin menyampaikan kepada publik, bahwa tak sepantasnya seorang guru dan penulis melakukan tindakan tercela, demi keuntungan pribadinya tanpa mengapresiasi pihak yang membantu menyukseskan karyanya.
"Ketika Anda membatalkan secara sepihak, maka Anda telah melanggar komitmen di antara kita. Anda juga telah menodai integritas yang menjadi nilai utama dalam dunia intelektual. Ingat, penulis adalah intelektual. Seorang intelektual harus jujur, berintegritas, dan patuh pada komitmen," tegas lulusan kampus S2 luar negeri Amerika Serikat itu.
Selain itu, ia juga mengingatkan kepada perusahaan penerbit lainnya di luar sana, untuk tidak mudah percaya kepada orang dalam menjalankan bisnis, termasuk ke pihak keluarga.
“Bisnis adalah bisnis. Jangan lagi melibatkan pendekatan personal atas nama bisnis yang dapat berpotensi merugikan bisnis kita,” pungkasnya.
(UMI)
Berita Terkait
News
DWP Kemenkum Sulsel Ikuti Puncak Peringatan HUT ke-26 Dharma Wanita Persatuan
Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan, Syamsidar Andi Basmal, mengikuti Puncak Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Dharma Wanita Persatuan secara virtual
Rabu, 10 Des 2025 22:53
Makassar City
Hari Korpri 2025, Wali Kota Munafri Tekankan ASN Jaga Netralitas dan Integritas
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, hadir sebagai pembina upacara pada peringatan Hari Ulang Tahun ke-54 Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Tahun 2025
Senin, 01 Des 2025 16:28
Sulsel
Upacara HUT Korpri ke-54, Wabup: ASN Garda Terdepan Wujudkan Bone Maberre
Wakil Bupati Bone, Dr. H. Andi Akmal Pasluddin bertindak sebagai Inspektur Upacara pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-54 Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Tahun 2025.
Senin, 01 Des 2025 13:21
News
Indibiz KTI Dorong Inovasi Pembelajaran Berbasis AI
Indibiz Kawasan Timur Indonesia (KTI) melalui Telkom Regional 5 kembali menghadirkan program edukatif Just on Indibiz Insight.
Kamis, 27 Nov 2025 14:07
News
Dukung Sekolah 3T, Telkom Bantu 111.500 GB Kuota Internet
Melalui program keberlanjutan Digiland Run 2025, Telkom menyalurkan 111.500 GB kuota internet Telkomsel kepada sekolah-sekolah di wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
Selasa, 25 Nov 2025 14:49
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler