Legenda Pinisi dari Tana Beru

Maman Sukirman
Senin, 21 Apr 2025 12:55
Di bawah terik matahari dan debur ombak, tangan-tangan terampil ini merangkai kayu menjadi mahakarya lautan.
1/6
Di bawah terik matahari dan debur ombak, tangan-tangan terampil ini merangkai kayu menjadi mahakarya lautan.
Pengrajin di Tana Beru sibuk menyusun rangka kapal pinisi, warisan budaya yang telah melintasi zaman.
2/6
Pengrajin di Tana Beru sibuk menyusun rangka kapal pinisi, warisan budaya yang telah melintasi zaman.
Dengan alat sederhana dan ketelitian tinggi, para pekerja membentuk badan kapal pinisi.
3/6
Dengan alat sederhana dan ketelitian tinggi, para pekerja membentuk badan kapal pinisi.
Tak hanya membuat kapal, mereka merawat warisan leluhur yang telah menjadi kebanggaan bangsa
4/6
Tak hanya membuat kapal, mereka merawat warisan leluhur yang telah menjadi kebanggaan bangsa
Suasana kerja di galangan kapal tradisional, tempat di mana pinisi simbol kejayaan maritim Nusantara dilahirkan.
5/6
Suasana kerja di galangan kapal tradisional, tempat di mana pinisi simbol kejayaan maritim Nusantara dilahirkan.
Galangan kapal tradisional di pesisir Bulukumba menjadi saksi bisu lahirnya kapal-kapal kayu legendaris Nusantara
6/6
Galangan kapal tradisional di pesisir Bulukumba menjadi saksi bisu lahirnya kapal-kapal kayu legendaris Nusantara
Di bawah terik matahari dan debur ombak, tangan-tangan terampil ini merangkai kayu menjadi mahakarya lautan.
Pengrajin di Tana Beru sibuk menyusun rangka kapal pinisi, warisan budaya yang telah melintasi zaman.
Dengan alat sederhana dan ketelitian tinggi, para pekerja membentuk badan kapal pinisi.
Tak hanya membuat kapal, mereka merawat warisan leluhur yang telah menjadi kebanggaan bangsa
Suasana kerja di galangan kapal tradisional, tempat di mana pinisi simbol kejayaan maritim Nusantara dilahirkan.
Galangan kapal tradisional di pesisir Bulukumba menjadi saksi bisu lahirnya kapal-kapal kayu legendaris Nusantara
Comments
Bulukumba - Di Desa Tana Beru, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, tradisi pembuatan kapal pinisi masih terus hidup di tengah kemajuan zaman. Para pengrajin yang disebut panrita lopi membangun kapal legendaris ini secara manual tanpa cetak biru, hanya bermodalkan ingatan, keterampilan turun-temurun, dan ketelitian tinggi. Kayu besi dan jati menjadi bahan utama dalam proses yang bisa memakan waktu hingga lebih dari setahun, tergantung pada ukuran dan tingkat kesulitan kapal.

Sepanjang garis pantai Tana Beru, rangka-rangka kapal berdiri menjulang, menjadi pemandangan khas yang menandai tempat ini sebagai pusat pembuatan kapal tradisional. Tak hanya untuk kebutuhan lokal, kapal pinisi buatan Tana Beru juga telah menembus pasar internasional, diminati pembeli dari negara-negara seperti Malaysia, Filipina, hingga Eropa. Meskipun demikian, keterbatasan bahan baku dan menurunnya minat generasi muda menjadi tantangan serius dalam menjaga kelangsungan tradisi ini.

Upaya pelestarian terus dilakukan oleh pemerintah daerah dan komunitas lokal, termasuk pelatihan bagi anak-anak muda agar keahlian membuat pinisi tidak punah. Sebab bagi masyarakat Tana Beru, pinisi bukan hanya alat transportasi laut, melainkan simbol identitas, kebanggaan, dan warisan budaya yang mencerminkan semangat pelaut Bugis-Makassar yang telah dikenal sejak ratusan tahun silam.
(MAS)
Foto Terkait
Foto Terbaru