Kredivo Catat Lonjakan Pengguna & Transaksi PayLater di Makassar, Tumbuh Dua Digit

Selasa, 12 Agu 2025 17:21
Kredivo Catat Lonjakan Pengguna & Transaksi PayLater di Makassar, Tumbuh Dua Digit
Kredivo mencatat lonjakan transaksi dan pengguna PayLater di Indonesia, khususnya daerah, seperti Makassar yang pertumbuhannya mencapai dua digit. Foto/Istimewa
Comment
Share
MAKASSAR - Kredivo, platform kredit digital terkemuka di Indonesia mencatat lonjakan transaksi dan pengguna PayLater di Indonesia, khususnya daerah. Di Kota Makassar, Sulawesi Selatan misalnya, pertumbuhannya terbilang sangat pesat, mencapai dua digit.

Lonjakan pertumbuhan PayLater di Makassar terlihat dari sisi adopsi maupun pola pemanfaatannya. Rentang 2022 hingga 2024, jumlah pengguna meningkat 65,12%, diiringi lonjakan transaksi sebesar 65,32%. Rata-rata pengguna juga makin aktif, dengan frekuensi transaksi mencapai 8,71 kali sepanjang tahun 2024.

Menariknya, lebih dari 64% pengguna memilih tenor pembayaran satu bulan dengan bunga 0%. Ini mengindikasikan perubahan perilaku finansial masyarakat yang kini menggunakan PayLater untuk kebutuhan harian secara terencana dan terukur, bukan sekadar opsi kredit jangka panjang.

SVP Marketing & Communications Kredivo, Indina Andamari, mengakui pesatnya pertumbuhan PayLater di daerah, termasuk Makassar. Layanan PayLater kini semakin diminati di berbagai daerah, seiring dengan penyaluran pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) secara nasional yang mencapai Rp 8,56 triliun per Juni 2025.

Data Kredivo mencatat, pada tahun 2023, pengguna dari kota-kota tier 2 dan 3 menyumbang 53,6% dari total pengguna, menandakan bahwa akses keuangan digital semakin inklusif dan menjangkau wilayah di luar Jabodetabek.

Namun, di balik tren positif ini, masih terdapat tantangan besar—terutama miskonsepsi yang menyamakan PayLater dengan pinjaman daring atau bahkan pinjol ilegal. Minimnya pemahaman, termasuk tentang hak dan kewajiban pengguna, sering berujung pada keterlambatan bayar, buruknya skor SLIK, hingga risiko terjebak layanan ilegal. Padahal, jika digunakan dengan bijak, PayLater bisa menjadi alat bantu keuangan untuk menjaga arus kas, mempertahankan daya beli, dan membangun riwayat kredit formal.

“Pesatnya pertumbuhan PayLater di daerah membuktikan bahwa akses kredit digital yang terjangkau memang nyata. Literasi keuangan tetap jadi fondasi utama agar layanan ini tidak disalahartikan," kata dia.

Ia juga menekankan PayLater bukan pinjaman daring, apalagi pinjol ilegal. Sama seperti layanan kredit keuangan lainnya, jika digunakan secara benar dan bijak, PayLater dapat menjadi solusi keuangan yang memberikan manfaat positif.

Sebagai pelopor PayLater di Indonesia, Kredivo menekankan bahwa ekspansi ke daerah bukan semata strategi bisnis, melainkan komitmen membangun literasi keuangan digital yang merata. Ini sejalan dengan upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam meningkatkan literasi keuangan secara inklusif di seluruh wilayah.

Melalui kampanye edukatif seperti #AutoMikir, #AndaiAndaPandai, Generasi Djempolan, dan Kredicast, Kredivo aktif mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan PayLater yang bijak. Edukasi ini penting, bukan hanya untuk pengguna, tapi juga untuk memperkuat industri keuangan digital yang sehat dan berkelanjutan—khususnya di luar Jabodetabek.

Pertumbuhan layanan ini juga membuka peluang memperluas akses kredit dan mendukung ekonomi lokal. Sayangnya, rendahnya literasi keuangan masyarakat sering memicu risiko, mulai dari penipuan hingga tidak disadarinya bahwa keterlambatan pembayaran bisa berdampak pada skor kredit melalui pencatatan di SLIK.

Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda, mengungkapkan pertumbuhan PayLater di daerah menunjukkan bahwa masyarakat semakin mencari solusi keuangan yang relevan dengan kebutuhan: mudah diakses, cepat, dan terjangkau.

"Ini sinyal positif bahwa gap layanan keuangan formal mulai terisi. Namun, pertumbuhan PayLater harus dijaga arahnya. Salah persepsi soal PayLater, risiko gagal bayar, hingga pencatatan negatif di SLIK adalah dampak serius yang perlu diantisipasi akibat rendahnya literasi masyarakat," tuturnya.

Ia mengimbuhkan kehadiran PayLater harus diiringi dengan sikap bijak dalam menggunakan layanan teknologi finansial ini, agar tidak merugikan diri sendiri. Karena itu, edukasi terkait dengan 'pinjam dengan bijak' bukan sekadar pelengkap, namun menjadi kewajiban agar pertumbuhan ini sehat dan inklusif.

Huda juga menyebut adopsi PayLater di daerah bukan hanya soal akses kredit yang lebih mudah, tapi juga berdampak langsung pada aktivitas ekonomi lokal. Ketika layanan ini dimanfaatkan untuk kebutuhan produktif atau pengeluaran harian rumah tangga, efeknya bisa sangat terasa di tingkat daerah.

"Pelaku usaha bisa mendapatkan permintaan lebih baik ketika masyarakat di daerah tersebut mempunyai daya beli yang terjaga. Dengan modal yang baik, pelaku usaha tentu bisa meningkatkan produktivitasnya. Namun agar manfaatnya merata, literasi terkait dengan finansial dan teknologi, serta perlindungan konsumen di daerah juga harus jadi prioritas,” jelas Huda.

Melihat potensi ini, Kredivo terus memperluas layanan ke kota-kota premium, termasuk Makassar, dengan menyediakan limit hingga Rp50 juta dan tenor cicilan hingga 24 bulan. Ekspansi ini diperkuat lewat kemitraan dengan merchant offline lokal serta kampanye edukatif dan pemasaran yang melibatkan figur publik seperti Andre Taulany untuk menjangkau masyarakat secara lebih luas dan inklusif.

“Kami melihat pengguna di Makassar makin cermat memanfaatkan PayLater untuk kebutuhan harian dan produktif. Ini menegaskan bahwa Indonesia Timur memiliki potensi yang besar, bukan hanya sebagai target ekspansi, tapi juga sebagai motor pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Karena itu, strategi kami bukan semata-mata memperluas akses dan limit kredit, tapi juga memastikan bahwa literasi dan kemitraan lokal terus kami perkuat untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan,” tutup Indina.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru