Seluk Beluk Program Bayi Tabung: Faktor dan Tingkat Keberhasilan hingga Risikonya

Tri Yari Kurniawan
Senin, 23 Jan 2023 14:23
Seluk Beluk Program Bayi Tabung: Faktor dan Tingkat Keberhasilan hingga Risikonya
Program bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF) terus berkembang, dengan tingkat keberhasilan semakin tinggi. Foto/iStockphoto
Comment
Share
MAKASSAR - Memiliki buah hati alias anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri (pasutri). Sayangnya, tidak semua bisa langsung mewujudkan impian tersebut. Insiden infertil terbilang masih cukup tinggi. Di Indonesia, angkanya berkisar 10-15 persen pada populasi usia reproduksi.

Seiring dengan kemajuan teknologi, ikhtiar para ‘pejuang dua garis biru’ akhirnya terjawab. Program bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF) dianggap menjadi salah satu solusi untuk memiliki keturunan. Perkembangan teknologi IVF pun terbilang semakin pesat.



Kini, program IVF tidak sekadar menjadi tujuan bagi pasangan infertil agar memiliki buah hati. Lewat program bayi tabung, kehamilan dapat direncanakan dengan lebih baik. Kemajuan teknologi memungkinkan untuk memilih jenis kelamin, bahkan hingga anak kembar.

Terlepas dari itu, ada begitu banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan program IVF. Tidak ada garansi program bayi tabung tersebut akan selalu berhasil. Harus dipahami pula mengenai risiko dari program tersebut, baik untuk sang calon ibu maupun sang buah hati.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan dari Primaya IVF Makassar, Prof John Rambulangi, memaparkan tingkat keberhasilan dari program bayi tabung berkisar 30-40 persen. Semakin muda usia pasangan infertil, khususnya sang calon ibu akan membuat peluang kehamilan menjadi lebih tinggi.

Tingkat keberhasilan program bayi tabung, Prof John menyebut semakin menurun jika umur sang calon ibu melewati 35 tahun. Hal itu karena cadangan ovarium yang dimiliki semakin menipis. Itu dapat diperiksa dari Anti-Mullerian Hormone (AMH) dan folikel antral.

“Tingkat keberhasilannya antara 30-40 persen. Ya, banyak faktor yang mempengaruhi, kompleks terutama umur. Standar itu 35 tahun, di atas itu semakin berkurang (tingkat keberhasilan program IVF),” ungkap Prof John, saat ditemui di Primaya Hospital Makassar pada pertengahan Januari 2023.

Faktor lain yang juga menjadi perhatian ialah lama kawin, frekuensi koitus, gaya hidup, dan emosi. Dari sisi anatomi sistem reproduksi juga sangat mempengaruhi. Masing-masing yakni faktor servikal 2-5 persen, faktor uterus 5-10 persen, faktor sperma 25-30 persen, faktor ovaluasi 15-20 persen, faktor tuba 25-40 persen, dan faktor tidak diketahui alias idiopatik 10-15 persen.

“Ya, yang paling berpengaruh itu tuba dan ovarium, serta faktor sperma juga cukup banyak pengaruhnya,” ungkap dia.

Dilansir dari laman resmi Primaya Hospital, ada enam faktor utama yang mempengaruhi tingkat keberhasilan program IVF. Masing-masing yakni masalah yang melatari infertilitas, usia istri, kualitas dan kuantitas sel telur, kualitas dan kuantitas sel sperma, kondisi kesehatan reproduksi, dan kualitas embrio yang dihasilkan.

Minimalisir Risiko
Seluk Beluk Program Bayi Tabung: Faktor dan Tingkat Keberhasilan hingga Risikonya

Program IVF harus dipahami tidak sepenuhnya bebas risiko. Tentunya selalu ada risiko yang dapat terjadi selama proses program kehamilan. Meski demikian, hal tersebut dapat diminimalisir lewat konseling dan pengawasan yang baik dari tim medis.

Adapun beberapa risiko dari program bayi tabung adalah sindrom hiperstimulasi ovarium. Terdapat 2 persen dari wanita yang menjalani program IVF mengalami risiko tersebut. Sindrom ini merupakan kondisi dimana ovarium menghasilkan sel telur yang lebih banyak dari biasanya. Risikonya disebut semakin besar pada wanita yang mengalami obesitas maupun kekurusan.

Risiko lainnya ialah kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan. Kondisi ini dapat terjadi saat sel telur yang berhasil dibuahi menempel pada tempat lain selain rahim. Berikutnya, kehamilan ganda atau kembar. Meski sekaligus menjadi keunggulan program IVF, tapi kehamilan ganda juga berisiko tinggi memicu kelahiran prematur atau komplikasi.

Prof John menjelaskan segala risiko dari program IVF sejatinya dapat diminimalisir. Intinya, terletak pada pengawasan dalam setiap tahap program kehamilan. Lalu, pasangan infertil juga harus rajin-rajin melakukan konseling, sehingga kondisinya dapat terus dipantau selama proses program bayi tabung. Ia pun menegaskan program IVF terbilang cukup aman.

“Intinya, sejauh ini aman selama konseling berjalan dan kami terus melakukan pengawasan. Kami juga melakukan seleksi dalam pemberian dosis. Ya, artinya setiap pasien berbeda penanganannya dan juga dosis yang diberikan,” urai dokter senior tersebut.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Primaya IVF Makassar lainnya, Dr Samrichard Rambulangi, menambahkan risiko program IVF dapat terjadi kepada sang calon ibu maupun sang calon buah hati. Namun, dengan konseling dan pengawasan ketat serta ditambah kemajuan teknologi, maka segala risiko tersebut dapat diminimalisir.

Untuk risiko pada sang calon buah hati, Samrichard menyebut kemungkinan terjadinya cacat kini dapat semakin diminimalisir dengan kemajuan teknologi. Adapun untuk risiko terhadap sang calon ibu dapat ditekan dengan konseling dan pengawasan teratur.

Primaya IVF Makassar
Seluk Beluk Program Bayi Tabung: Faktor dan Tingkat Keberhasilan hingga Risikonya

Masih tingginya insiden fertilitas membuat program IVF semakin diminati bagi pasangan infertil. Berdasarkan data, kasus infertilitas di dunia berkisar 12-15 persen dan di Indonesia sekitar 10-15 persen pada populasi usia reproduksi. Secara spesifik lagi di Provinsi Sulawesi Selatan, diperkirakan prevelensi ketidaksuburan mencapai 11 persen dari 72 ribu pernikahan setiap tahunnya.

Menurut Sam Richard, lewat teknologi IVF maka angka kasus infertilitas dapat ditekan. Meski diakui bahwa angka keberhasilan program bayi tabung, khususnya di Indonesia masih di bawah 50 persen. Namun, potensi keberhasilan diproyeksi akan dapat terus meningkat seiring dengan penerapan berbagai teknologi teranyar.

Direktur Utama Primaya IVF, Ade Gustian Yuwono, menyampaikan potensi pengembangan layanan bayi tabung di Sulawesi Selatan memang sangat besar. Setiap tahun terdapat kurang lebih 72 ribu pernikahan di provinsi ini, dimana prevalensi ketidaksuburan sebesar 11 persen.

"Artinya setiap tahun terdapat penambahan kasus pasangan infertil atau kurang subur sebanyak 7.920 pasangan," tuturnya.

Sejak berdiri pada 2017, Klinik Primaya IVF telah melayani lebih 4.000 pasien, dimana lebih dari 1.500 di antaranya terkonversi menjadi cycles IVF. Dengan kondisi itu, pihaknya rata-rata hanya dapat melayani sekitar 350 pasangan infertil.



Demi mengoptimalkan layanan sekaligus membantu lebih banyak pasangan infertil, Primaya IVF di bawah bendera PT Anugerah Bangsa Indonesia, anak perusahaan Primaya Hospital Group memutuskan merenovasi klinik yang terletak di lantai 9 RS Primaya Makassar. Rencananya, re-launching Klinik Primaya IVF akan dilakukan Februari 2023.

Menurut Ade, renovasi yang dilakukan bertujuan meningkatkan teknologi dan layanan terbaru di bidang pelayanan penanggulangan infertilitas. Termasuk memperluas ruangan dan menambahkan peralatan terbaru. Langkah mandiri itu sekaligus mengakhiri kerja sama dengan mitra sebelumnya. Tidak kalah penting, Primaya IVF menggandeng ahli fertilitas terkemuka di Sulsel.

(RPL)
Berita Terkait
Berita Terbaru