Pakai Metodologi Berbeda, Pengamat Apresiasi Hasil Survei Insert Institute di Pilwalkot Makassar

Minggu, 03 Nov 2024 21:51
Pakai Metodologi Berbeda, Pengamat Apresiasi Hasil Survei Insert Institute di Pilwalkot Makassar
Lembaga Insert Institute merilis hasil survei terbaru Pilwalkot Makassar di Hotel Mercure pada Ahad (03/11/2024). Foto: Istimewa
Comment
Share
MAKASSAR - Lembaga Insert Institute merilis hasil survei terbaru Pilwalkot Makassar. Survei ini dilakukan pada 19 sampai 26 Oktober 2024 dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling.

Pada Pilwalkot Makassar 2024, ada empat Pasangan Calon (Paslon) yang bertarung yakni Munafri Arifuddin-Aliyan Mustika Ilham (MULIA), Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi (Sehati). Selanjutnya Indira Jusuf Ismail-Ilham Ari Fauzi (INIMI) dan Amri Arsyid-Rahman Bando (AMAN).

Hasilnya, Paslon MULIA memiliki persentase 39,2%, disusul INIMI 17,7%, Sehati 30,5% dan AMAN 4%, sementara tidak tahu atau tidak jawab sebanyak 8,6%.

Pengamat Politik Sulsel, Andi Ali Armunanto mengaku terkejut dengan hasil survei ini, sebab berbeda dari temuan Indikator, Parameter Publik Indonesia (PPI) dan Celebes Research Center (CRC) yang juga dirilis belum lama ini. Namun ia mengapresiasi Insert Institute yang berani keluar dari pakem dengan menerapkan metode yang berbeda.

"Ketika presentasi, saya membayangkan betapa beraninya Insert keluar dari pakem. Dan ketika dia keluar dari pakem, hasil yang dia tunjukkannya pun berbeda dari tiga rilis survei yang terakhir," ucapnya.

Anto juga memahami hasil temuan Insert Institute yang berbeda dengan tiga lembaga sebelumnya, sebab survei ini menggunakan metodologi yang berbeda. Namun ia mengapresiasi survei ini sebab menggunakan 2.400 responden yang tergolong besar.



Akademisi Unhas ini mengaku tertarik dengan penggunaan metodologi Stratified Random Sampling ini untuk mengukur kecenderungan tingkat usia. Karena sekarang wacana yang berkembang juga adalah stratifikasi berdasarkan usia, dimana pembicaraan politik sekarang itu didominasi oleh gen X, Y dan Z.

"Nah kalau kita pakai maka dalam konteks preferensif politik, Gen X, Gen Y dan Gen Z, maka metodologi ini yang paling relevan. Karena dia menstrifikasikan berdasarkan usia sehingga dia jadi relevan dengan pembicaraan kita, dalam konteks politik generasi ini," terangnya.

Anto menyampaikan, survei ini sebenarnya tidak bisa dibandingkan dengan hasil riset Indikator, PPI dan CRC karena tidak apple to apple, sebeb berbeda metode.

"Ini bukan sesuatu yang apple to apple yang bisa dibandingkan. Konteks pembacaannya pun berbeda, dengan metodologi yang berbeda, dengan teknik pemilihan responden yang berbeda, pasti akan memunculkan hasil yang berbeda. Karena berangkat dari teori yang berbeda," paparnya.

"Jadi multistage random sampling, itu berangkat tanpa teori. Nah tadi surveynya Insert itu, dia berangkat dengan teori bahwa ada perbedaan preferensi politik di tiap generasi," sambungnya.

"Kalau dalam konteks penelitian itu, Insert deduktif. PPI, CRC dan Indikator itu induktif. Ya artinya PPI punya berangkat dengan framework teori, (maksudnya) lainnya nantipi terkumpul datanya, baru dia berteori. Jadi itu sesuatu yang tidak apple to apple, sesuatu yang tidak bisa dibandingkan," tandasnya.



Dosen Departemen Ilmu Politik ini sekali lagi mengapresiasi temuan Insert Intitute yang menerapkan metode berbeda dalam melihat perilaku pemilih di Kota Makassar. Persoalan mana yang dipercayai oleh publik, itu pilihan pembaca masing-masing.

"Tapi yang saya mau bilang, bahwa Insert hari ini menawarkan cara pandang yang baru dalam melihat pemilihan wali Kota Makassar dan ini jauh berbeda dengan perspektif-perspektif yang ada di survei sebelumnya," bebernya.

"Dan ini kemudian menjadi menarik dan sekaligus sebenarnya memberikan pembelajaran juga bagi kita, memberikan tambahan wawasan bagi kita, bahwa survei itu bisa dilakukan dengan beberapa metodologi yang berbeda," tandasnya.
(UMI)
Berita Terkait
Berita Terbaru