Cahaya Ramadan: Hanya Alat Bukan Tujuan

Tim Sindomakassar
Kamis, 13 Apr 2023 11:19
Cahaya Ramadan: Hanya Alat Bukan Tujuan
Dr Syamril, Rektor Institut Teknologi & Bisnis Kalla (ITB Kalla). Foto: Dokumen pribadi
Comment
Share
Dr Syamril S.T M.Pd
Rektor Institut Teknologi & Bisnis Kalla (ITB Kalla)

MENGIKUTI gonjang-ganjing berita di media akhir-akhir ini terkait pencucian uang Rp349 T, kisruh di KPK, juga koalisi calon Presiden tahun 2024, OTT Kemenhub tentang Kerata Api trans Sulawesi dan berita lainnya yang sedang hangat. Menarik untuk melakukan refleksi kehidupan. Dalam hidupnya manusia mengejar lima hal yaitu harta, tahta, citra, cinta dan wisuda. Kelima hal ini bisa menjebak manusia ke jalan yang salah. Itu terjadi jika kelimanya dijadikan sebagai tujuan, bukan alat.

Jika harta menjadi tujuan, maka manusia akan menghalalkan segala cara. Harta haram juga diambil apalagi yang syubhat. Maka lahirlah perilaku korupsi, mencuri, menerima sogokan, penipuan dan sejenisnya. Manusia tega mengambil yang bukan miliknya untuk memperkaya diri. Itulah yang terjadi pada para koruptor. Mereka korupsi bukan karena kebutuhan tapi karena keserakahan.

Jika tahta menjadi tujuan maka manusia juga akan sikut kiri sikut kanan, saling menjatuhkan. Membeli suara dengan money politics, manipulasi perhitungan suara, fitnah, menyebar hoaks untuk menjatuhkan lawan. Segala cara ditempuh asalkan bisa menang dalam pemilihan.


Lalu pada era media sosial sekarang, muncul fenomena manusia melakukan pencitraan. Ingin membangun image diri yang positif di masyarakat. Posting gambar yang tidak sesuai kenyataan. Flexing dengan memamerkan harta dan kemewahan. Bahkan kadang membuat konten yang melanggar SARA atau membahayakan nyawa. Tujuannya agar terkenal, viral, menambah followers, dan lainnya.

Demikian pula dengan cinta. Manusia fitrahnya menyukai lawan jenis. Jika memperturutkan nafsu syahwat maka akan terjebak pada cinta terlarang seperti perzinahan. Atau bisa juga menggunakan sihir, guna-guna dan semacamnya untuk meraih cinta dengan paksa.

Terkait wisuda, manusia juga bisa terjebak jual beli gelar demi meraih sarjana. Muncullah perguruan tinggi abal-abal atau calo jurnal. Meskipun Kemendikbud sudah sangat ketat melakukan pengawasan, terkadang masih ada celah pelanggaran.



Agar terhindar dari jebakan kehidupan maka seharusnya harta, tahta, citra, cinta dan wisuda bukan dijadikan tujuan, tapi hanya sebagai alat. Tujuan utamanya dari semua itu adalah untuk meraih hidup bermakna (meaningful life) karena dapat memberi manfaat bagi orang lain. Meraih hidup bahagia karena memberi, bukan menerima. Bahagia karena membahagiakan orang lain, bukan mengorbankan orang lain.

Agar lebih sempurna, khususnya bagi orang yang beriman, maka harta, tahta, citra, cinta dan wisuda menjadi jalan menuju takwa dan surga. Jalan ketakwaan akan membuat kita berhati-hati dalam bertindak. Harta yang diperoleh akan dicek dua sisi, dari mana sumbernya dan untuk apa penggunaannya. Harus sumbernya halal dan penggunaannya juga baik. Halalan tayyibah.

Tahta, cinta, citra dan wisuda pun juga demikian. Apakah tahta dapat menjadi jalan menyejahterakan rakyat, ditunaikan dengan amanah dan menjadi pemimpin yang adil. Apakah cinta dapat menghindarkan diri dari maksiat. Apakah ilmu memberi manfaat bagi orang lain. Intinya adalah dengan harta, tahta, cinta dan wisuda kita semakin dekat kepada Allah karena melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.



Ramadan hadir menjadi latihan menuju takwa dengan bertindak hati-hati. Hal yang halal saja seperti makan dan minum bisa dihindari karena perintah Allah, apalagi yang haram. Semoga latihan puasa membuat kita sadar bahwa kehidupan dunia sementara dan akhirat selamanya. Harta, tahta, citra, cinta dan wisuda hanyalah alat untuk mengumpulkan pahala sebagai bekal di akhirat. Harapannya dapat meraih kebahagiaan yang hakiki yaitu surga.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru