Bukan Hanya untuk Filolog & Akademisi Sejarah, Naskah Kuno Bisa Dipelajari Anak Muda

Tri Yari Kurniawan
Selasa, 17 Sep 2024 08:58
Bukan Hanya untuk Filolog & Akademisi Sejarah, Naskah Kuno Bisa Dipelajari Anak Muda
Para narasumber dan peserta dialog budaya bertajuk Cahaya Nabi dalam Naskah Sulawesi berfoto bersama di Science Technopark, Unhas, Kota Makassar, pada Senin (16/9/24) kemarin. Foto/Istimewa
Comment
Share
MAKASSAR - Selama ini manuskrip atau naskah kuno identik dengan filolog dan akademisi sejarah untuk dikaji. Padahal, naskah kuno menyimpan banyak aspek yang bisa dipelajari dari berbagai profesi maupun segmen usia dengan sudut pandang berbeda. Termasuk bagi anak muda pun bisa mempelajarinya.

Hal tersebut terungkap dalam dialog budaya bertajuk 'Cahaya Nabi dalam Naskah Sulawesi' yang digelar di Science Technopark, Universitas Hasanuddin (Unhas) , Makassar, Sulawesi Selatan, pada Senin (16/9/24) kemarin.

Salah satu narasumber dalam diskusi ini, Fadli Ibrahim Sururi, menyebutkan bahwa dirinya berhasil menulis buku 'Serpihan Jejak Ulama Pompanua' setelah mempelajari manuskrip-manuskrip peninggalan keluarganya.

Pria berlatar belakang insinyur bangunan ini mengaku sengaja mengkaji manuskrip Sulawesi Selatan karena meyakini bahwa banyak informasi penting di dalamnya yang relevan untuk masa depan.

"Manuskrip mengandung banyak data yang dapat digunakan untuk melakukan analisis prediktif tentang berbagai hal. Anak muda perlu tahu ini," kata Fadli.

Senada dengan itu, Husnul Fahimah Ilyas, peneliti BRIN yang juga menjadi moderator dialog, menekankan bahwa di Sulawesi Selatan terdapat banyak manuskrip yang sebenarnya menarik bagi generasi muda.

Sebagian manuskrip tersebut telah didigitalkan oleh DREAMSEA (Digital Repository Endangered and Affected Manuscripts in South East Asia), sebuah program kerja sama antara PPIM UIN Jakarta dan Universitas Hamburg, sehingga dapat diakses dan dipelajari.

Dialog Rihlah Budaya ini diprakarsai oleh Arief Rosyid Hasan dari Merial Institute bekerja sama dengan Makassar Heritage Society dan Ngariksa Foundation.

Acara ini juga menghadirkan ahli filologi Oman Fathurahman, yang biasa dikenal sebagai Kang Oman di channel Ngariksa TV, serta KH Helmi Ali Yafie, pengurus pusat Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) yang berbasis di Jakarta.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru