TCK-EMT Indonesia Layani Lebih dari 1.500 Pasien dalam Misi Kemanusiaan Gempa Myanmar

Senin, 14 Apr 2025 17:56
TCK-EMT Indonesia Layani Lebih dari 1.500 Pasien dalam Misi Kemanusiaan Gempa Myanmar
Kunjungan Menkes Myanmar ke Medical center tcK-EMt Indonesia di Oattara Thiri Township. Foto: Istimewa
Comment
Share
MAKASSAR - Tim Kesehatan Darurat (Emergency Medical Team/EMT) Tipe-1 Fixed Indonesia yang tergabung dalam misi kemanusiaan gempa Myanmar telah berhasil memberikan pelayanan kesehatan kepada sebanyak 1.576 pasien dalam kurun waktu enam hari operasional, terhitung sejak tanggal 7 hingga 12 April 2025.

Ketua Tim TCK-EMT Indonesia untuk Myanmar, dr Eko Medistianto menjelaskan, operasi kemanusiaan ini merupakan bagian dari respons cepat Pemerintah Indonesia terhadap bencana gempa bumi yang mengguncang wilayah Myanmar pada awal April 2025.

TCK-EMT Indonesia, kata dia, dikoordinasikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan ditugaskan di area 50 bed Oattara Thiri Township Hospital, Kota Naypyitaw, ibu kota Myanmar.

"Pos Kesehatan didirikan menggunakan 5 unit tenda dengan berbagai fungsi pelayanan medis, yaitu: Tenda Unit Gawat Darurat, Tenda Rawat Jalan (Poliklinik), Tenda Observasi, Tenda Farmasi, dan Tenda Logistik," beber dr Eko Medistianto dalam keterangan rilis yang diterima SINDO Makassar, Senin (14/04/2025).

Dijelaskan bahwa Tim TCK-EMT Indonesia untuk Myanmar beranggotakan 37 tenaga kesehatan, termasuk dokter umum, dokter spesialis (bedah, ortopedi, emergensi, anak, anestesi), perawat, bidan, tenaga farmasi, petugas administrasi, dan tenaga logistik.

"Mulai tanggal 9 April 2025, TCK-EMT Indonesia diperkuat oleh tambahan 5 personel dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) yang mencakup dokter, perawat, dan tenaga logistik," jelasnya.

Lanjut dr Eko Medistianto menyampaikan, selama masa operasional, TCK-EMT Indonesia memberikan layanan mulai dari pelayanan kegawatdaruratan, rawat jalan, pemeriksaan kehamilan, tindakan bedah minor, terapi nyeri, pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan X-Ray (bekerja sama dengan General Hospital Naypyitaw), dan pelayanan farmasi.

"Dari total 1.576 pasien, layanan yang paling banyak diberikan adalah pada tenda rawat jalan, disusul oleh Unit Gawat Darurat yang juga menangani 25 tindakan bedah minor, termasuk penanganan luka terbuka, fraktur, dan trauma akibat gempa," ucapnya.

Selain itu, tambah dr Eko Medistianto, tim juga mencatat peningkatan signifikan pada jumlah pasien hipertensi, nyeri otot, osteoarthritis, dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Terbanyak yang ditangani selama periode 7–12 April 2025 adalah nyeri otot (Myalgia) yaitu sebanyak 162 kasus, hipertensi 159 kasus, radang sendi (Osteoarthritis) 122 kasus, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) 118 kasus, dan Atralgia 115 kasus.

"Kemudian Cefalgia sebanyak 103 kasus, Low Back Pain 102 kasus, luka minor 87 kasus, Gastritis 69 kasus, serta Vertigo 59 kasus," tandasnya.

dr Eko Medistianto mengatakan, dalam pelaksanaan operasional, tantangan utama yang dihadapi tim adalah ketersediaan obat-obatan dan bahan medis habis pakai (BMHP).

Berdasarkan laporan per 12 April 2025, terdapat 24 jenis obat yang telah habis atau mendekati habis, termasuk Ibuprofen, Zinc, Omeprazole, Dexamethason, dan Fe tablet. Tim telah mengajukan permintaan logistik kepada Kementerian Kesehatan Myanmar dan Indonesia, serta rumah sakit setempat.

"Farmasi TCK-EMT juga mencatat pengeluaran tinggi pada obat-obatan untuk nyeri, inflamasi, hipertensi, dan multivitamin, menyesuaikan dengan profil penyakit yang ditangani," katanya.
(GUS)
Berita Terkait
Berita Terbaru