Tragedi Pembantaian Sekeluarga di Karunrung Masih Tinggalkan Cerita Mistis

Rabu, 07 Mei 2025 19:37
Tragedi Pembantaian Sekeluarga di Karunrung Masih Tinggalkan Cerita Mistis
Sudah sekitar 30 tahun berlalu, insiden berdarah pembantaian sadis sekeluarga di Jalan Karunrung Kota Makassar pada 12 Maret 1995 silam masih menyisahkan cerita mistis di kalangan masyarakat.
Comment
Share
MAKASSAR - Sudah sekitar 30 tahun berlalu, insiden berdarah pembantaian sadis sekeluarga di Jalan Karunrung Kota Makassar pada 12 Maret 1995 silam masih menyisahkan cerita mistis di kalangan masyarakat.

Rumah Achmadi sekeluarga di Karunrung masih kosong dan tak berpenghuni hingga kini. Korban bersama Istri, empat anaknya dan satu pembantunya dibunuh dengan sadis oleh lima orang pelaku. Bahkan lima korban diceburkan ke dalam sumur di dalam rumahnya.

Kejadian berdarah pada Minggu, 12 Maret 1995 menjelang magrib, warga di Jalan Karunrung, Kecamatan Rappocini, Makassar heboh dengan pembunuhan seluruh anggota keluarga di salah satu rumah di wilayah itu. Total tujuh orang tewas mengenaskan, yang terdiri dari Achmadi 34 tahun (kepala keluarga), Cecilia alias Syamsiah 30 tahun (istri), Mashita 10 tahun (anak pertama), Andrianto 9 tahun (anak kedua), Indrawan 4 tahun (anak ketiga), Lizanti 3 tahun (anak keempat), dan Piddi 12 tahun (pembantu tukang cuci).

Kelima pelaku pembunuhan bahkan sudah diadili dan divonis hukuman mati. Namun lima tahun menjalani hukuman aturan berubah hingga mereka hanya menjalani sekitar 20 tahun penjara setelah menjalankan aksi pembunuhan sadis tersebut.

Tragedi Karunrung ini masih terus menjadi buah bibir di daerah tersebut. Bahkan beberapa warga yang menjadi saksi mata berkomentar kalau mereka pernah menyaksikan peristiwa pembunuhan tersebut.

Dartati Mahudar 52 tahun salah seorang saksi mata mengatakan, saat kejadian ia melihat darah sana sini dan terdapat tujuh mayat yang terbungkus itulah keluarga Achmadi.

Bahkan kata dia, pasca kejadian tragedi tersebut, kondisi di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) di rumah korban sangat sepi dan menegangkan. Banyak warga takut keluar, dan ada beberapa warga yang lewat mengaku sempat digangu oleh hal hal gaib menyerupai hantu. "Seperti sopir taksi, penjual ikan, penjual sayur, pemulung. Nanti saat rekonstruksi kejadian oleh pihak kepolisian barulah warga berani keluar rumah," ujar Dartati mengenang pasca tragedi berdarah tersebut.

Begitupun yang diungkapkan Jumriah 54 tahun saksi mata tewasnya pembantu Achmadi. Di mana sebelum kejadian itu, pembantu Achmadi diganti oleh adiknya karena sakit dan adiknya ini pergi minta izin ke Jumriah yang biasa juga datang mengasuh anak Jumriah yang masih bayi.

"Ia izin bahwa ingin gantikan kakaknya yang sedang sakit. Setelah hampir magrib adik pembantu itu belum pulang-pulang, akhirnya ibu pembantu itu mencari anaknya, sebab biasa nya sebelum magrib sudah ada di rumahnya," ujarnya.

Akhirnya ibu Jumriah dan ibu pembantu berinisiatif mencari anaknya dan mendatangi rumah Achmadi saat waktu magrib dan mereka melihat rumah Achmadi sepi dan mengintip di pintu ternyata mereka sangat terkejut melihat banyak darah berceceran di lantai. Akhirnya mereka memanggil warga sekitarnya serta polisi. "Ternyata ada pembunuhan dan salah satu korban adalah adik pembantu itu," ujar Jumriah.

Kesaksian juga datang dari Ria Amir 52 tahun, ia melihat tujuh mayat di depan ruang tamu, dari mayat tersebut ada dibuang di sumur yaitu anak Achmadi satu orang perempuan, istri Achmadi dan Achmadi sendiri. Sedangkan anak sulungnya perempuan ditemukan di atas kamar lantai 2, sedangkan pembantunya ditemukan tewas di kamar mandi, sedang dua anak laki laki Achmadi ditemukan di sumur rumah sebelahnya.

"Ketujuh korban dibawa polisi ke rumah sakit untuk divisum.Kejadian pembunuhan itu sekira pukul 10 .00 Wita dan penemuan korban sekitar waktu sore menjelang magrib," jelas Ria.

Hingga kini rumah yang menjadi tempat kejadian perkara pembunuhan sadis tersebut belum ada yang menempati, bahkan dibiarkan kosong dan tak terawat.
(GUS)
Berita Terkait
Berita Terbaru