Tolak Putusan Pailit Developer Perumahan Elite, AMARA Geruduk PN Makassar
Kamis, 24 Jul 2025 16:46

Kurang lebih 100 massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Aero (AMARA) menggelar aksi unjuk rasa di Kantor PN Makassar, Kamis (24/7/2025). Foto/IST
MAKASSAR - Kurang lebih 100 massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa dan Masyarakat Aero (AMARA) menggelar aksi unjuk rasa di Kantor Pengadilan Negeri (PN) Makassar, Kamis (24/7/2025). Massa menggeruduk tempat itu untuk menyuarakan keadilan mengenai permasalahan di perumahan elite Aerohome Estate.
Demonstrasi dilakukan merespons putusan majelis hakim Pengadilan Niaga pada PN Makassar, Senin kemarin. Majelis hakim menyatakan PT Aero Multi Karya, developer perumahan Aerohome Estate telah pailit. Hal itu berimplikasi pada nasib warga perumahan, dimana 135 dari total 140 unit rumah terancam disita dan dilelang.
Koordinator Aksi AMARA, Muh Fajar Nur, menyampaikan aksi unjuk rasa yang dilakukan merupakan upaya mencari keadilan bagi warga perumahan Aerohome Estate. Pihaknya telah melayangkan surat pemberitahuan ke kepolisian mengenai demonstrasi ini.
"Ini bentuk protes moral dan perlawanan sipil atas terjadinya praktik ketidakadilan hukum yang nyata dirasakan seluruh korban dan rakyat kecil dalam perkara kepailitan PT Aero Multi Karya," kata Fajar.
Ia menekankan ada empat poin utama yang menjadi tuntutan AMARA dalam aksi damai ini.
Pertama, pihaknya mendesak agar putusan pailit terhadap developer perumahan Aerohome Estate segera dianulir. Musababnya, putusan itu terkesan sepihak dan mengabaikan suara pihak-pihak yang berkaitan.
"Anulir segera putusan pailit sepihak yang jelas-jelas dibuat dengan mengabaikan suara mayoritas kreditur dan debitur," tegas Fajar.
Kedua, AMARA meminta agar kriminalisasi terhadap rakyat kecil dihentikan. Hal itu merujuk pada persoalan hukum yang timbul terhadap perumahan, padahal para pemilik rumah rata-rata telah melunasi kewajibannya.
"Ya bukan kami yang harus menanggung risiko atas kelalaian dan ketidakadilan proses hukum," tuturnya.
Ketiga, massa meminta agar pihak berwenang membuka ruang mediasi PKPU maksimal 270 hari. Hal itu sebagaimana aturan dalam UU Nomor 37 Tahun 2004, demi penyelesaian adil tanpa gejolak sosial lebih luas.
Keempat, AMARA menuntut transparansi dan audit tuntas seluruh alur putusan agar tidak ada lagi korban perumahan mangkrak, khususnya di Sulsel.
Sekadar diketahui, pihak kreditur dan debitur perumahan Aerohome Estate sebelumnya telah menyatakansikap atas putusan pailit dari pengadilan.
Sebagian besar pemilik rumah maupun pengembang perumahan telah menyiapkan upaya hukum lanjutan. Musababnya, kedua belah pihak sejatinya menginginkan permasalahan perumahan diselesaikan lewat skema perdamaian.
Adapun langkah hukum itu, antara lain yakni mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA), pengaduan etik kepada Dewan Kehormatan Himpunan Kurator dan Pengurus Indonesia (HKPI), laporan ke Komisi Yudisial, laporan ke Badan Pengawas MA, hingga laporan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Demonstrasi dilakukan merespons putusan majelis hakim Pengadilan Niaga pada PN Makassar, Senin kemarin. Majelis hakim menyatakan PT Aero Multi Karya, developer perumahan Aerohome Estate telah pailit. Hal itu berimplikasi pada nasib warga perumahan, dimana 135 dari total 140 unit rumah terancam disita dan dilelang.
Koordinator Aksi AMARA, Muh Fajar Nur, menyampaikan aksi unjuk rasa yang dilakukan merupakan upaya mencari keadilan bagi warga perumahan Aerohome Estate. Pihaknya telah melayangkan surat pemberitahuan ke kepolisian mengenai demonstrasi ini.
"Ini bentuk protes moral dan perlawanan sipil atas terjadinya praktik ketidakadilan hukum yang nyata dirasakan seluruh korban dan rakyat kecil dalam perkara kepailitan PT Aero Multi Karya," kata Fajar.
Ia menekankan ada empat poin utama yang menjadi tuntutan AMARA dalam aksi damai ini.
Pertama, pihaknya mendesak agar putusan pailit terhadap developer perumahan Aerohome Estate segera dianulir. Musababnya, putusan itu terkesan sepihak dan mengabaikan suara pihak-pihak yang berkaitan.
"Anulir segera putusan pailit sepihak yang jelas-jelas dibuat dengan mengabaikan suara mayoritas kreditur dan debitur," tegas Fajar.
Kedua, AMARA meminta agar kriminalisasi terhadap rakyat kecil dihentikan. Hal itu merujuk pada persoalan hukum yang timbul terhadap perumahan, padahal para pemilik rumah rata-rata telah melunasi kewajibannya.
"Ya bukan kami yang harus menanggung risiko atas kelalaian dan ketidakadilan proses hukum," tuturnya.
Ketiga, massa meminta agar pihak berwenang membuka ruang mediasi PKPU maksimal 270 hari. Hal itu sebagaimana aturan dalam UU Nomor 37 Tahun 2004, demi penyelesaian adil tanpa gejolak sosial lebih luas.
Keempat, AMARA menuntut transparansi dan audit tuntas seluruh alur putusan agar tidak ada lagi korban perumahan mangkrak, khususnya di Sulsel.
Sekadar diketahui, pihak kreditur dan debitur perumahan Aerohome Estate sebelumnya telah menyatakansikap atas putusan pailit dari pengadilan.
Sebagian besar pemilik rumah maupun pengembang perumahan telah menyiapkan upaya hukum lanjutan. Musababnya, kedua belah pihak sejatinya menginginkan permasalahan perumahan diselesaikan lewat skema perdamaian.
Adapun langkah hukum itu, antara lain yakni mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung (MA), pengaduan etik kepada Dewan Kehormatan Himpunan Kurator dan Pengurus Indonesia (HKPI), laporan ke Komisi Yudisial, laporan ke Badan Pengawas MA, hingga laporan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
(TRI)
Berita Terkait

News
Tak Beri Ruang Perdamaian, Kreditur & Debitur Tolak Putusan Pailit Developer Perumahan Elite di Makassar
Putusan perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) No. 2/Pdt.Sus-PKPU/2025/PN Niaga Mks itu direspons dengan perlawanan oleh kreditur dan debitur perumahan elite di Makassar tersebut.
Selasa, 22 Jul 2025 14:52

News
Suami Fenny Frans Divonis 1,6 Tahun Penjara dan Denda Rp1 Miliar
Pengadilan Negeri Makassar menggelar sidang pembacaan putusan perkara kasus skincare yang mengandung merkuri atau bahan berbahaya untuk tersangka Mustadir Dg Sila
Selasa, 03 Jun 2025 18:00

News
Suami Fenny Frans Dituntut 4 Tahun Penjara dan Denda Rp1 Miliar
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejati Sulsel dan Kejari Makassar menuntut Direktur CV Fenny Frans, Mustadir Dg Sila (42) hukuman penjara 4 tahun dan denda Rp1 miliar dalam Sidang Pembacaan Tuntutan di Pengadilan Negeri Makassar
Selasa, 22 Apr 2025 19:43

News
Sengketa Yayasan Atma Jaya, AHU Siap Support Data ke APH
Kanwil Kemenkum Sulsel siap memberi support kepada Aparat Penegak Hukum (APH), sekaitan dengan kisruh Yayasan Atma Jaya.
Selasa, 22 Apr 2025 15:28

Makassar City
Walkot Munafri Bersama PN Makassar Sinergitas Cegah Penyuapan dan Mafia Tanah
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menerima audiensi perwakilan Pengadilan Negeri (PN) Makassar di Ruang Rapat Wali Kota pada Jumat (14/3/2025).
Jum'at, 14 Mar 2025 16:05
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Welcome Maret! Daftar Film Bioskop Seru yang Akan Tayang Bulan Ini
2

PB IPMIL RAYA Tak Terprovokasi: Siap Berperang Gagasan, Minta Polisi Usut Tuntas
3

PD Pasar Makassar Tertibkan Pedagang Bayangan, Siapkan 400 Lods di Pasar Terong
4

Munas VI, Mendikdasmen Puji Kontribusi JSIT Tingkatkan Layanan Pendidikan Berkualitas di Indonesia
5

Dua Jurnalis Sulsel Sabet Juara Nasional di PLN Journalist Awards 2024
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Welcome Maret! Daftar Film Bioskop Seru yang Akan Tayang Bulan Ini
2

PB IPMIL RAYA Tak Terprovokasi: Siap Berperang Gagasan, Minta Polisi Usut Tuntas
3

PD Pasar Makassar Tertibkan Pedagang Bayangan, Siapkan 400 Lods di Pasar Terong
4

Munas VI, Mendikdasmen Puji Kontribusi JSIT Tingkatkan Layanan Pendidikan Berkualitas di Indonesia
5

Dua Jurnalis Sulsel Sabet Juara Nasional di PLN Journalist Awards 2024