Kasus Dugaan Penipuan Bahar Ngitung: Sudah Tersangka, Korban Masih Misterius
Senin, 22 Des 2025 20:25
Mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Bahar Ngitung, terseret kasus dugaan penipuan, dimana statusnya sudah tersangka. Foto/Istimewa
MAKASSAR - Penanganan kasus dugaan penipuan yang menyeret nama mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Bahar Ngitung, terus menjadi sorotan publik. Meski telah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sulawesi Selatan, hingga kini Bahar Ngitung belum juga ditahan.
Kondisi tersebut memicu desakan dari berbagai kalangan agar aparat penegak hukum segera mengambil langkah tegas. Salah satu desakan datang dari pegiat hukum, Firmansyah Muis, yang menilai penahanan sudah layak dilakukan karena unsur hukum acara pidana telah terpenuhi.
“Penetapan tersangka berarti penyidik telah mengantongi bukti permulaan yang cukup. Maka, sesuai Pasal 21 KUHAP, penahanan dapat dilakukan jika terdapat kekhawatiran tersangka melarikan diri, menghilangkan barang bukti, atau mengulangi perbuatan pidana. Dalam perkara ini, alasan itu sangat relevan,” ujar Firmansyah Muis, Senin (22/12/2025).
Bahar Ngitung sendiri ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara dugaan penipuan dan/atau penggelapan sebagaimana diatur dalam Pasal 378 dan/atau Pasal 372 KUHP. Penyidik Polda Sulsel telah menerbitkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) serta melimpahkan berkas perkara ke Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan untuk diteliti.
Namun demikian, hingga kini belum ada langkah penahanan terhadap yang bersangkutan. Menurut Firmansyah, situasi ini berpotensi menimbulkan persepsi negatif di tengah masyarakat, terlebih karena kasus tersebut melibatkan mantan pejabat negara.
“Penahanan bukan bentuk penghukuman, tetapi instrumen hukum untuk menjaga proses penyidikan agar tidak terganggu. Jangan sampai publik menilai ada perlakuan khusus karena latar belakang tersangka,” tegasnya.
Selain soal penahanan, perhatian publik juga tertuju pada belum terbukanya identitas korban secara jelas. Hingga saat ini, pihak kepolisian belum mengumumkan secara resmi siapa pihak yang dirugikan dalam dugaan penipuan tersebut.
“Ketiadaan informasi yang terang mengenai korban justru memperkuat alasan pentingnya penahanan dan transparansi penanganan perkara. Publik berhak tahu duduk perkara yang sebenarnya,” kata dia.
Ia menilai keterbukaan mengenai konstruksi perkara, termasuk posisi korban dan alur transaksi yang dipersoalkan, sangat penting untuk mencegah spekulasi liar serta menjaga kredibilitas institusi penegak hukum.
Dalam perkembangan terakhir, berkas perkara Bahar Ngitung diketahui masih berstatus P-19 atau dikembalikan jaksa peneliti kepada penyidik untuk dilengkapi. Hingga saat ini, tersangka dan barang bukti juga belum diserahkan secara resmi ke pihak kejaksaan.
“Kami mendorong Polda Sulsel segera melengkapi berkas, menetapkan langkah penahanan, dan membawa perkara ini ke tahap penuntutan. Jangan biarkan kasus ini berlarut-larut tanpa kepastian hukum,” tutup Firmansyah Muis.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, Polda Sulawesi Selatan belum memberikan keterangan resmi terkait rencana penahanan maupun penjelasan detail mengenai identitas korban dalam kasus dugaan penipuan tersebut.
Kondisi tersebut memicu desakan dari berbagai kalangan agar aparat penegak hukum segera mengambil langkah tegas. Salah satu desakan datang dari pegiat hukum, Firmansyah Muis, yang menilai penahanan sudah layak dilakukan karena unsur hukum acara pidana telah terpenuhi.
“Penetapan tersangka berarti penyidik telah mengantongi bukti permulaan yang cukup. Maka, sesuai Pasal 21 KUHAP, penahanan dapat dilakukan jika terdapat kekhawatiran tersangka melarikan diri, menghilangkan barang bukti, atau mengulangi perbuatan pidana. Dalam perkara ini, alasan itu sangat relevan,” ujar Firmansyah Muis, Senin (22/12/2025).
Bahar Ngitung sendiri ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara dugaan penipuan dan/atau penggelapan sebagaimana diatur dalam Pasal 378 dan/atau Pasal 372 KUHP. Penyidik Polda Sulsel telah menerbitkan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) serta melimpahkan berkas perkara ke Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan untuk diteliti.
Namun demikian, hingga kini belum ada langkah penahanan terhadap yang bersangkutan. Menurut Firmansyah, situasi ini berpotensi menimbulkan persepsi negatif di tengah masyarakat, terlebih karena kasus tersebut melibatkan mantan pejabat negara.
“Penahanan bukan bentuk penghukuman, tetapi instrumen hukum untuk menjaga proses penyidikan agar tidak terganggu. Jangan sampai publik menilai ada perlakuan khusus karena latar belakang tersangka,” tegasnya.
Selain soal penahanan, perhatian publik juga tertuju pada belum terbukanya identitas korban secara jelas. Hingga saat ini, pihak kepolisian belum mengumumkan secara resmi siapa pihak yang dirugikan dalam dugaan penipuan tersebut.
“Ketiadaan informasi yang terang mengenai korban justru memperkuat alasan pentingnya penahanan dan transparansi penanganan perkara. Publik berhak tahu duduk perkara yang sebenarnya,” kata dia.
Ia menilai keterbukaan mengenai konstruksi perkara, termasuk posisi korban dan alur transaksi yang dipersoalkan, sangat penting untuk mencegah spekulasi liar serta menjaga kredibilitas institusi penegak hukum.
Dalam perkembangan terakhir, berkas perkara Bahar Ngitung diketahui masih berstatus P-19 atau dikembalikan jaksa peneliti kepada penyidik untuk dilengkapi. Hingga saat ini, tersangka dan barang bukti juga belum diserahkan secara resmi ke pihak kejaksaan.
“Kami mendorong Polda Sulsel segera melengkapi berkas, menetapkan langkah penahanan, dan membawa perkara ini ke tahap penuntutan. Jangan biarkan kasus ini berlarut-larut tanpa kepastian hukum,” tutup Firmansyah Muis.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, Polda Sulawesi Selatan belum memberikan keterangan resmi terkait rencana penahanan maupun penjelasan detail mengenai identitas korban dalam kasus dugaan penipuan tersebut.
(TRI)
Berita Terkait
News
Daftar Mutasi Terbaru Polda Sulsel, 21 Pejabat Bergeser
Mabes Polri kembali melakukan mutasi dan rotasi jabatan terhadap sejumlah pejabat di lingkungan Polda Sulawesi Selatan.
Minggu, 21 Des 2025 13:37
News
Operasi Lilin di Sulsel, 3.981 Personel Gabungan Dikerahkan
Sekitar 3.981 personel gabungan TNI-Polri dikerahkan dalam rangka kesiapan pelaksanaan Operasi Kepolisian Terpusat Lilin-2025 di wilayah Provinsi Sulsel.
Rabu, 17 Des 2025 23:09
News
Polisi Bongkar Jaringan Bahan Peledak Ikan Internasional di Sulsel
Polda Sulawesi Selatan berhasil menangkap jaringan peredaran bahan peledak untuk penangkapan ikan dengan skala internasional, Rabu (10/9/2025). Bahkan polisi sudah mengamankan 18 pelaku dalam kasus ini.
Kamis, 11 Des 2025 00:12
Sulsel
Polda Sulsel Beri Dukungan ke Unhas Ciptakan Kampus Aman dan Inklusif
Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) menerima kunjungan Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan, Irjen Pol. Djuhandhani Rahardjo Puro, di Ruang Rapat Rektor, Lantai 8 Gedung Rektorat Unhas.
Rabu, 03 Des 2025 07:50
Sulsel
Polda Sulsel Ringkus 7 Pelaku Pembakaran dan Penembakan di Tallo
Polda Sulawesi Selatan (Sulsel) merilis perkembangan terbaru kasus kericuhan antarkelompok di Kecamatan Tallo yang menewaskan satu orang serta membakar belasan rumah, Selasa (18/11/2025).
Selasa, 25 Nov 2025 05:32
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Efek Appi, Mesin Partai, dan Basis Pemilih jadi Modal Golkar Makassar Menuju 2029
2
Hari Ibu: Merawat Ingatan, Menjaga Kehidupan
3
Pelatihan Berzanji UMI untuk Menguatkan Dakwah Kultural Berbasis Tradisi Keislaman
4
Silaturrahim LADIM dan Pembekalan Tingkatkan Kapasitas Mubalig
5
Groundbreaking Matano Belt Road 35 Km Dilakukan, Nilai Proyek Capai Rp350 Miliar
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Efek Appi, Mesin Partai, dan Basis Pemilih jadi Modal Golkar Makassar Menuju 2029
2
Hari Ibu: Merawat Ingatan, Menjaga Kehidupan
3
Pelatihan Berzanji UMI untuk Menguatkan Dakwah Kultural Berbasis Tradisi Keislaman
4
Silaturrahim LADIM dan Pembekalan Tingkatkan Kapasitas Mubalig
5
Groundbreaking Matano Belt Road 35 Km Dilakukan, Nilai Proyek Capai Rp350 Miliar