Konsorsium PTPPV Sultanbatara Perkenalkan Deretan Produk Inovatif Hasil Riset

Minggu, 09 Nov 2025 14:43
Konsorsium PTPPV Sultanbatara Perkenalkan Deretan Produk Inovatif Hasil Riset
Suasana media gathering, di Resto Serasa, Mall PIPO, pada Sabtu (8/11/2025) kemarin. Foto: SINDO Makassar/Dewan Ghiyats Yan G
Comment
Share
MAKASSAR - Konsorsium Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sultanbatara) menghelat Media Gathering, dengan tema Semesta Panen Raya Berdikari In-Saintek 2025, di Serasa Resto, di Mall Phinisi Point (PIPO) Kota Makassar.

Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi edukasi terkait hasil inovasi riset dari pendidikan vokasi, yang didanai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Media gathering ini dihadiri 23 media lokal hingga nasional.

Ketua Tim Katalisator Kemitraan Berdikari Sulawesi Barat dan Dosen Politeknik Bosowa, Dewi Andriani memaparkan tiga produk inovasi timnya, yakni sistem panel surya untuk operasional freezer box terapung di perahu nelayan, panel surya untuk exhaust pengasapan ikan, dan freezer box darat dan rumah asap ikan portabel sebagai solusi pengolahan hasil tangkap berkualitas.

"Bagaimana mengemas lagi produk hasil perikanan berkelanjutan. Selain ikan asap, kita olah lagi menjadi kuliner di Mamuju. Jadi kita buat lagi olahan lainnya. Kami juga memberdayakan masyarakat pesisir lewat riset dan inovasi berbasis potensi lokal, khususnya sektor perikanan tangkap dan pengolahan hasil laut," ujarnya dalam pertemuan.

Sementara, akademisi Politeknik Pertanian Pangkajene Kepulauan, Zulfitriany Dwiyanti dari Zapa Emas Berdikari, Mesin Pengering dan Mesin Pencacah mengatakan, produk yang dihasilkan timnya adalah pewarna batik dari bahan alami. Dari inovasi ini, pihaknya diundang memamerkan hasil produk mereka di Turki pada tahun 2026 mendatang.

"Kami menciptakan alat, bagaimana merubah sabuk kelapa yang begitu banyak di Sulawesi Selatan itu bisa menjadi satu pewarna alam. Dengan alat ini kita mengubah menjadi hanya direndam satu malam siap menjadi pewarna alam sehingga yang tadinya pengrajin kita karena susahnya membeli bahan ke luar. Sekarang mereka tinggal produksi sabuk kelapa itu di rumah masing-masing kemudian kami juga mengambil bahan-bahan yang banyak di Sulsel," paparnya.

Selain itu, akademisi Politeknik Bombana (Ecofeed Amino Kulit Sapi Pellet Pakan Ikan Bandeng dan Udang), Abdul Majid dalam pemaparannya, melakukan pengolahan kulit sapi menjadi asam amino dengan menggunakan panci tekanan tinggi yang menghasilkan kadar asam amino yang sangat baik.

"Itu terkait ecofit jadi asam amino dari limbah kulit sapi. Dasar permasalahan yang pertama itu adalah di Kabupaten Bombana ini sangat banyak pembudidaya ikan. Akan tetapi, dari sebagian banyak pembudidaya yang menggunakan pakan buatan. Di bombana ini sangat banyak rumah Potong hewan, tetapi kebanyakan kulitnya itu tidak dimanfaatkan," paparnya.

Akademisi dari Politeknik Negeri Ujung Pandang, Baso Nasrullah (Biochar dan Briket Arang Ramah Lingkungan dari Tempurung Kelapa), menjelaskan hasil produknya dalam skala UMKM.

"Dengan modal kecil, masyarakat bisa punya mesin sederhana untuk produksi briket. Teknologi yang kami kembangkan, yakni meliputi mesin pengayak, mixer, blending, forming, hingga pengering. Produk ini sudah diminati industri di Kabupaten Pinrang dan siap diekspor ke Turki bulan ini," jelasnya kepada wartawan.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Metalurgi Unhas/In Saintek, Lukmanul Hakim Arma, hanya fokus melakukan edukasi kepada masyarakat, untuk mengenalkan metalurgi kepada siswa SMA dan pengrajin logam.

“Kegiatan kami untuk memberikan pengetahuan di bidang metarulugi ke pembalajaran siswa. Kami telah melakukan di beberapa sekolah dan melakukan FGD. Kami eksrack yang mana yang bisa diajarkan dan ternyata banyak yang ketemu dengan itu," katanya

Diharapkan dengan inovasi tersebut, bisa memberikan dampak nyata kepada masyarakat dan mampu berkontribusi kepada negara di masa yang akan datang.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru