FOLUR Diharap Kembalikan Kejayaan Kakao di Luwu
Chaeruddin
Rabu, 23 Agu 2023 23:08
Mochammad Arsal mendorong Proyek FOLUR mampu mengembalikan kejayaan Kakao di Luwu. Foto: Chaeruddin/Sindo Makassar
LUWU - Kepala Bapelitbangda Kabupaten Luwu, Mochammad Arsal Arsyad, mendorong serta berharap kehadiran proyek Food Systems, Land Use, and Restoration (FOLUR) di Kabupaten Luwu, mampu mengembalikan kejayaan Kakao di daerah ini.
Dalam rapat koordinasi multi-stakeholders terkait pelaksanaan proyek FOLUR di Hotel Borneo, baru-baru ini, Arsal, memaparkan Kakao pernah mencapai puncak kejayaannya di Kabupaten Luwu, bahkan mampu mendorong perekonomian petani di Luwu jauh lebih baik di masa itu.
"Kami dari Kabupaten Luwu mengucapkan terima kasih kepada Menko Perekonomian, menjadikan Luwu salah satu dari lima daerah lokus proyek FOLUR. Luwu sendiri akan mengembangkan dua komoditi yakni Kakao dan Padi," ujarnya.
"Harapannya proyek FOLUR ini mengembalikan kejayaan Kakao di Luwu serta memperkuat Luwu sebagai lumbung pangan di Sulsel," tambah mantan Kepala Dinas Keuangan di Luwu ini.
Meski mengalami pasang surut harga, petani di Luwu masih konsisten menanam dan memelihara produksi Kakao dan terbesar di beberapa kecamatan di Luwu. Olehnya itu, kehadiran FOLUR di Luwu, diharapkan menjadi angin segar bagi petani Kakao.
Meski demikian, tetap diakui Arsal, komoditi padi dan kakao di Luwu saat ini makin bergeser akibat berkurangnya lahan pertanian menjadi area pemukiman, di samping persoalan harga. Melihat hal tersebut menjadi sebuah ancaman keberlangsungan pangan, Pemkab Luwu, telah melakukan langkah-langkah penanganan cepat.
Salah satunya dengan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 2015 tentang perlindungan lahan pertanian. Data saat ini, Kabupaten Luwu masih memiliki luas sawah sekira 33 ribu hektar.
"Melalui Perda ini, Pemkab Luwu telah menetapkan minimal 15 ribu hektar sawah di Luwu akan dilindungi dan menjadi sawah abadi. Memperkuat Perda ini, akan diterbitkan Peraturan Bupatinya dalam waktu dekat," sebutnya.
Siti Wahyu Ningrum, dari Menko Perekonomian selaku penanggung jawab proyek FOLUR di Kabupaten Luwu mengungkapkan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta
UNDP dan FAO, merupakan lembaga pelaksana FOLUR.
Di Indonesia, proyek ini dilaksanakan di 5 Kabupaten dan Kota, yakni Kabupaten Aceh Tengah Provinsi DI Aceh, Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Sorong Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Luwu di Sulawesi Selatan.
"Aceh Tengah dengan komoditi Kopi, Mandailing Natal dengan komoditi Kopi dan Kelapa Sawit, Sanggau dan Sorong komoditi Kelapa Sawit, Kabupaten Luwu yang berbeda dari yang lainnya, yakni Komoditi Kakao dan Padi," ujarnya.
"Tujuan proyek ini, mentransformasi pengelolaan sistem pangan dan lanskap berbasis kelapa sawit, kakao, kopi, dan padi di Indonesia untuk menghasilkan berbagai manfaat lingkungan dengan target, memberikan manfaat kepada 103.000 petani dengan keterlibatan minimal 50 persen perempuan," sebutnya.
Selain itu lanjut Siti Wahyu Ningrum, juga bertujuan merestorasi atau merehabilitasi lahan seluas 20.000 hektar, merencanakan dan mengelola lanskap terpadu seluas 1,529 hektar dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 41,5 juta tons CO2.
Koordinator lapangan FOLUR Kabupaten Luwu, Nurhanah, menyebutkan proyek ini akan berjalan selama 6 tahun di Kabupaten Luwu dengan meliputi 5 kecamatan sebagai lokus, Kecamatan Latimojong, Bajo Barat, Bajo, Suli dan Suli Barat," sebutnya.
Untuk kriteria pemilihan lokasi intervensi proyek FOLUR, harus ada kawasan hutan (termasuk yang dikonservasi atau terdegradasi), merupakan watershed/DAS sumber daya air wilayah hilir padi/sawah di hilir, terdapat lahan kritis.
"Ada jasa lingkungan yang perlu dipertahankan, kehati, flora dan fauna yang dikonservasi atau dilindungi," sebutnya. Data sementara di 5 kecamatan lokus menunjukan, Kelompok Tani Kakao di Luwu sebanyak 38 Poktan dengan jumlah 968 petani dan 760,04 hektar lahan.
Untuk Kelompok Tani Padi sebanyak 33 Poktan, 874 petani dengan luas lahan 618,25 hektar, Kelompok Wanita Tani sebanyak 14 Poktan, 392 petani dan 127,63 hektar lahan, Kelompok Tani Hutan/ LPHD ada 10 Poktan.
Dalam rapat koordinasi multi-stakeholders terkait pelaksanaan proyek FOLUR di Hotel Borneo, baru-baru ini, Arsal, memaparkan Kakao pernah mencapai puncak kejayaannya di Kabupaten Luwu, bahkan mampu mendorong perekonomian petani di Luwu jauh lebih baik di masa itu.
"Kami dari Kabupaten Luwu mengucapkan terima kasih kepada Menko Perekonomian, menjadikan Luwu salah satu dari lima daerah lokus proyek FOLUR. Luwu sendiri akan mengembangkan dua komoditi yakni Kakao dan Padi," ujarnya.
"Harapannya proyek FOLUR ini mengembalikan kejayaan Kakao di Luwu serta memperkuat Luwu sebagai lumbung pangan di Sulsel," tambah mantan Kepala Dinas Keuangan di Luwu ini.
Meski mengalami pasang surut harga, petani di Luwu masih konsisten menanam dan memelihara produksi Kakao dan terbesar di beberapa kecamatan di Luwu. Olehnya itu, kehadiran FOLUR di Luwu, diharapkan menjadi angin segar bagi petani Kakao.
Meski demikian, tetap diakui Arsal, komoditi padi dan kakao di Luwu saat ini makin bergeser akibat berkurangnya lahan pertanian menjadi area pemukiman, di samping persoalan harga. Melihat hal tersebut menjadi sebuah ancaman keberlangsungan pangan, Pemkab Luwu, telah melakukan langkah-langkah penanganan cepat.
Salah satunya dengan menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 2015 tentang perlindungan lahan pertanian. Data saat ini, Kabupaten Luwu masih memiliki luas sawah sekira 33 ribu hektar.
"Melalui Perda ini, Pemkab Luwu telah menetapkan minimal 15 ribu hektar sawah di Luwu akan dilindungi dan menjadi sawah abadi. Memperkuat Perda ini, akan diterbitkan Peraturan Bupatinya dalam waktu dekat," sebutnya.
Siti Wahyu Ningrum, dari Menko Perekonomian selaku penanggung jawab proyek FOLUR di Kabupaten Luwu mengungkapkan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta
UNDP dan FAO, merupakan lembaga pelaksana FOLUR.
Di Indonesia, proyek ini dilaksanakan di 5 Kabupaten dan Kota, yakni Kabupaten Aceh Tengah Provinsi DI Aceh, Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Sorong Provinsi Papua Barat dan Kabupaten Luwu di Sulawesi Selatan.
"Aceh Tengah dengan komoditi Kopi, Mandailing Natal dengan komoditi Kopi dan Kelapa Sawit, Sanggau dan Sorong komoditi Kelapa Sawit, Kabupaten Luwu yang berbeda dari yang lainnya, yakni Komoditi Kakao dan Padi," ujarnya.
"Tujuan proyek ini, mentransformasi pengelolaan sistem pangan dan lanskap berbasis kelapa sawit, kakao, kopi, dan padi di Indonesia untuk menghasilkan berbagai manfaat lingkungan dengan target, memberikan manfaat kepada 103.000 petani dengan keterlibatan minimal 50 persen perempuan," sebutnya.
Selain itu lanjut Siti Wahyu Ningrum, juga bertujuan merestorasi atau merehabilitasi lahan seluas 20.000 hektar, merencanakan dan mengelola lanskap terpadu seluas 1,529 hektar dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 41,5 juta tons CO2.
Koordinator lapangan FOLUR Kabupaten Luwu, Nurhanah, menyebutkan proyek ini akan berjalan selama 6 tahun di Kabupaten Luwu dengan meliputi 5 kecamatan sebagai lokus, Kecamatan Latimojong, Bajo Barat, Bajo, Suli dan Suli Barat," sebutnya.
Untuk kriteria pemilihan lokasi intervensi proyek FOLUR, harus ada kawasan hutan (termasuk yang dikonservasi atau terdegradasi), merupakan watershed/DAS sumber daya air wilayah hilir padi/sawah di hilir, terdapat lahan kritis.
"Ada jasa lingkungan yang perlu dipertahankan, kehati, flora dan fauna yang dikonservasi atau dilindungi," sebutnya. Data sementara di 5 kecamatan lokus menunjukan, Kelompok Tani Kakao di Luwu sebanyak 38 Poktan dengan jumlah 968 petani dan 760,04 hektar lahan.
Untuk Kelompok Tani Padi sebanyak 33 Poktan, 874 petani dengan luas lahan 618,25 hektar, Kelompok Wanita Tani sebanyak 14 Poktan, 392 petani dan 127,63 hektar lahan, Kelompok Tani Hutan/ LPHD ada 10 Poktan.
(UMI)
Berita Terkait
News
Dhevy Bijak Soroti Perusahaan Tambang Usai Bencana Alam di Luwu
Anggota Komisi IV DPR RI, Muhammad Dhevy Bijak menyoroti banyaknya perusahaan tambang yang kurang peduli akan masyarakat sekitar pada Kunjungan Kerja Spesifik dalam rangka pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana alam sebagai dampak kegiatan pertambangan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Kamis, 06 Jun 2024 14:21
News
Kabupaten Luwu Disebut jadi Indeks Risiko Bencana Tertinggi di Sulsel
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas), Ilham Alimuddin mengungkapkan Kabupaten Luwu menempati posisi pertama pada Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) di Provinsi Sulawesi Selatan.
Minggu, 02 Jun 2024 12:01
Sulsel
Pj Bupati Muh Saleh Antar Luwu 9 Kali WTP
PJ Bupati Luwu, Muhammad Saleh, berhasil mengantar Kabupaten Luwu, meraih opini WTP dari BPK RI.
Senin, 27 Mei 2024 22:48
Sulsel
Pemkab Sinjai Kembali Kirim Bantuan Kemanusian untuk Korban Bencana di Luwu
Pemerintah Kabupaten Sinjai Kembali mengirim bantuan kemanusiaan untuk korban bencana tanah longsor dan banjir di Kabupaten Luwu beberapa waktu yang lalu.
Senin, 27 Mei 2024 14:45
Sulsel
Pj Bupati Muh Saleh Paparkan 3 Kata Kunci Visi Luwu Cemerlang
Penjabat (PJ) Bupati Luwu, Muhammad Saleh, membuka Musrenbang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045, di Aula Bappelitbangda, Belopa, Selasa, (21/5/2024).
Selasa, 21 Mei 2024 21:46
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Perindo Mantap Usung Syahar dan Ombas di Pilkada Sulsel 2024
2
Rudal Bareng Nasdem Makassar Duduk Bersama Cari Solusi Persoalan Warga
3
Demokrat Sulsel Serahkan 18 Surat Tugas Cakada untuk Pilkada 2024
4
2 Remaja Diamankan Kasus Narkotika di Luwu Timur
5
Pasangan AR-Rahman Segera Deklarasi di Pilkada Wajo 2024
6
8 Cakada Tak Dapat, Ady & Natsir Terima Surat Tugas Demokrat di Pilkada Selayar
7
Triwulan I 2024, PT Vale Raup Pendapatan USD229,9 Juta