Dari Ikan hingga Rempah, Karantina Sulsel Dorong Ekspor hingga ke 63 Negara

Rabu, 05 Nov 2025 20:17
Dari Ikan hingga Rempah, Karantina Sulsel Dorong Ekspor hingga ke 63 Negara
Kepala Karantina Sulsel, Sitti Chadidjah, memaparkan kinerja instansinya dalam mendukung ekspor Sulsel sepanjang tahun 2025 di hadapan awak media. Foto/Istimewa
Comment
Share
MAKASSAR - Ekspor komoditas Sulawesi Selatan sepanjang 2025 menunjukkan kinerja yang impresif, dengan pengiriman menjangkau 63 negara dan total nilai mencapai triliunan rupiah. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran strategis Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BBKHIT) Sulsel alias Karantina Sulsel.

Karantina Sulsel diketahui hadir tidak hanya mengawal terkait keamanan hayati, mutu, dan kepatuhan standar internasional. Mereka juga mendorong dengan hadir sebagai fasilitator bagi pelaku usaha sehingga dapat go global.

Kepala Karantina Sulsel, Sitti Chadidjah, mengungkapkan peran ganda sebagai pengawas dan fasilitator dijalankan pihaknya demi mendukung program pemerintah untuk mendongkrak ekspor. Muaranya, kembali pada kesejahteraan masyarakat.

"Ekspor mendukung petani, nelayan, dan petambak. Lalu ada jasa transportasi atau logistik. Nah, kami hadir memastikan komoditas yang dikirim itu aman," ungkap Chadidjah, kepada awak media.

Dari 63 negara tujuan, sepuluh di antaranya menjadi pasar utama, yaitu China, Korea Selatan, Vietnam, Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, Spanyol, Prancis, Rusia, dan Jerman, menandai pergeseran positif ke ekspor bernilai tambah tinggi, terutama produk perikanan dan pertanian olahan. Komoditas ekspor Sulsel sendiri memang sangat beragam, mulai dari ikan hingga rempah.

Pada semester I 2025, ekspor ikan non-hidup meningkat 22,7% menjadi 11.606 ton senilai Rp 2,2 triliun, sedangkan ikan hidup melonjak 252,3%, menjadi 3,53 juta ekor dengan nilai Rp 329 miliar. Produk unggulan termasuk Udang Vannamei, Gurita, Kerapu, dan Tuna, sementara ikan hidup didominasi Kepiting Bakau, Kerapu, dan Udang Ronggeng.

Sektor tumbuhan juga mengalami lonjakan signifikan naik 77,9% menjadi 158.462 ton senilai Rp 2,4 triliun. Produk andalan seperti Rumput Laut, Kelapa Bulat, Kakao, Porang, Kacang Mede, Cengkeh, dan Kopi semakin memperkuat posisi Sulsel sebagai sentra ekspor nasional. Rumput Laut misalnya, sebagian besar diekspor ke China dengan volume 70.747 ton senilai Rp 1,1 triliun.

Selain angka ekonomi, Chadidjah menekankan peran karantina dalam menjaga keseimbangan antara perlindungan sumber daya hayati dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. “Karantina adalah garda terdepan perlindungan sumber daya hayati sekaligus motor penggerak ekonomi. Setiap produk dijaga agar sehat, aman, dan berkelanjutan,” katanya.

Hingga Oktober 2025, BBKHIT Sulsel menerbitkan 11.987 sertifikat ekspor, termasuk 887 sertifikat untuk komoditas ikan, dengan total volume 2.694 ton non-hidup dan 328.559 ekor ikan hidup.

Adapun komitmen karantina terhadap digitalisasi dan traceability memastikan seluruh dokumen ekspor terekam dan pembayaran masuk langsung ke negara tanpa pungli.

Ketua Tim Kerja Bidang Karantina Kelompok Hewan, Indra Dewa, menambahkan bahwa keberhasilan ekspor tidak lepas dari dukungan SDM maupun sarana prasarana di lapangan. Dalam bekerja, pihaknya juga terus meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru