Cahaya Ramadan: Ziarah Kubur dan Transfer Pahala
Tim Sindomakassar
Kamis, 23 Mar 2023 11:45
Dr Suf Kasman LC MA. Foto: Dok pribadi
Dr Suf Kasman LC M.A
Akademisi
Jelang Bulan Suci Ramadan, ada satu kebiasaan unik nan lumrah dilakukan sebagian umat Islam Indonesia yaitu ziarah kubur.
Ziarah kubur salah satu sarana untuk mengingat adanya kematian.
Ziarah kubur sangat dianjurkan, kapan saja bisa dilaksanakan. Bila menjelang Ramadan baru punya waktu senggang, lakukanlah sunnah mu'akkad ini dengan kesadaran diri sendiri tuk ziarah kubur. Hal itu jauh lebih baik daripada gemar membid'ahkan orang lain, tapi tidak juga mengerjakan ekspedisi religi sama sekali.
Rasulullah SAW berziarah kubur (hampir) setiap malam di pemakaman Baqi (usai shalat lail). Beliau lakukan seorang diri alias ALALE NA tanpa seseorang pun ikut menemaninya.
Andai ada orang mencoba praktikkan prototipe Nabi SAW ini, sendiri juga pergi ziarah kubur larut malam di pekuburan Macanda atau Poncing Tana E, MESA’NI NALELLUNG PARAKANG…!
Apakah ziarah harus ke kuburan, dan apakah manusia yang wafat mutlak dikubur? Perkara ini perlu ulasan di lain waktu.
Betapa indah nan luhur nilai-nilai ajaran agama Islam. Bukan hanya dianjurkan hablum minallâh dan hablum minannâs, tapi ber-hablum ke mayit pun dititahkan.
Inilah yang dipraktikkan pengikut setia As-Sunnah datang ke ‘Taman Makam Leluhur’-nya, dengan tujuan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Arwah orang tua dan kerabat serta saudara seiman membutuhkan kucuran doa-doa terbaik agar 'amwâtâ' tenang abadi di sisi-Nya.
Ada sebagian orang mentransfer (menghibahkan) pahala berupa bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an & sedekah untuk mayit. Lantas, bolehkah peziarah mengirimkan bonus pahala kepada si mayit?
Menuai pro kontra, terjadi khilafiyah di kalangan ulama klasik dan kontemporer. Circle perang urat saraf ini muncul sejak dulu, boleh jadi berlanjut hingga akhir zaman.
Ada delegasi ‘pelayat’ meyakini bahwa “Transfer kebajikan untuk mayit mutlak sampai". Yang lainnya menjawab, “Hibah kebajikan itu ‘mardud alias tertolak", disertai argumen panjang kali lebar, MASAKKA' NA MALAMPE'.
Mengapa terjadi pro dan kontra berlarut-larut mengenai polemik 'sampai atau tidaknya' donasi pahala untuk mayit?
Penyebabnya hingga kini belum pernah ada mayit datang ke bumi mengabarkan bahwa “suvenir amal yang dikirimkan itu sampai atau tidak”. Ini ji biangnya.
Ada yang aneh pada silang pendapat ini, masing-masing kabilah ngotot mempertahankan argumennya, sampai tetesan keringat kelenjar apokrin memompa luapan emosi. Jantung langsung berkontraksi, gigi bunyi gemeretak pertanda ikut sentimen negatif terhadap lawan debatnya.
Lucunya, argumentasi dipertahankan mati-matian! Padahal bukan murni ijtihad-nya, tapi nukilan-nukilan ji yang dicantol-cantol.
Penulis selalu berkeyakinan bahwa mayit sangat membutuhkan pasokan kebaikan & kontribusi amal dari penghuni janabijana dunia.
Saudaraku
Ketahuilah, orang yang sudah tutup usia berkalang tanah, kini sedang panen, namun tidak menanam lagi. Berbeda dengan kita yang masih hidup di bentala bumi, sementara masih menanam kebaikan. Belum panen, masa penuaian belum dimulai.
Kini, si mayit berada di sebuah alam amat mengerikan nan menakutkan. Gelap-gulita tanpa disinari pendar-pendar cahaya & lampu sorot indoor. Hitam pekat menyelimuti delapan penjuru mata angin.
Di taman pemakaman, si mayit tinggal tanpa teman, tanpa harta dan tanpa segala-galanya. Hanya amal ibadah selama di dunia yang ikut menemani dan mendampingi. Itulah lawyersnya.
Kelak, di sinilah pula masa depan kita. Gatranya dua kali satu meter persegi; sempit tanpa ventilasi, membongkah sunyi di antara tanah hitam rekah membujur.
Jutaan serangga menggerek & menggorok raga, belatung-belatung pun tak ketinggalan ikut mengoyak-ngoyak anazir jasad, serta lalu-lintas satwa bawah tanah setiap saat mencengkeram seluruh lahiriah ornamen tubuh.
Sungguh, gembira si mayit saat diziarahi puak-puak zuriah-nya. Ziarah dan lawatan anak cucu ke taman pusaranya merupakan hiburan terindah bagi mayit di alam barzakh.
Akademisi
Jelang Bulan Suci Ramadan, ada satu kebiasaan unik nan lumrah dilakukan sebagian umat Islam Indonesia yaitu ziarah kubur.
Ziarah kubur salah satu sarana untuk mengingat adanya kematian.
Ziarah kubur sangat dianjurkan, kapan saja bisa dilaksanakan. Bila menjelang Ramadan baru punya waktu senggang, lakukanlah sunnah mu'akkad ini dengan kesadaran diri sendiri tuk ziarah kubur. Hal itu jauh lebih baik daripada gemar membid'ahkan orang lain, tapi tidak juga mengerjakan ekspedisi religi sama sekali.
Rasulullah SAW berziarah kubur (hampir) setiap malam di pemakaman Baqi (usai shalat lail). Beliau lakukan seorang diri alias ALALE NA tanpa seseorang pun ikut menemaninya.
Andai ada orang mencoba praktikkan prototipe Nabi SAW ini, sendiri juga pergi ziarah kubur larut malam di pekuburan Macanda atau Poncing Tana E, MESA’NI NALELLUNG PARAKANG…!
Apakah ziarah harus ke kuburan, dan apakah manusia yang wafat mutlak dikubur? Perkara ini perlu ulasan di lain waktu.
Betapa indah nan luhur nilai-nilai ajaran agama Islam. Bukan hanya dianjurkan hablum minallâh dan hablum minannâs, tapi ber-hablum ke mayit pun dititahkan.
Inilah yang dipraktikkan pengikut setia As-Sunnah datang ke ‘Taman Makam Leluhur’-nya, dengan tujuan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Arwah orang tua dan kerabat serta saudara seiman membutuhkan kucuran doa-doa terbaik agar 'amwâtâ' tenang abadi di sisi-Nya.
Ada sebagian orang mentransfer (menghibahkan) pahala berupa bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an & sedekah untuk mayit. Lantas, bolehkah peziarah mengirimkan bonus pahala kepada si mayit?
Menuai pro kontra, terjadi khilafiyah di kalangan ulama klasik dan kontemporer. Circle perang urat saraf ini muncul sejak dulu, boleh jadi berlanjut hingga akhir zaman.
Ada delegasi ‘pelayat’ meyakini bahwa “Transfer kebajikan untuk mayit mutlak sampai". Yang lainnya menjawab, “Hibah kebajikan itu ‘mardud alias tertolak", disertai argumen panjang kali lebar, MASAKKA' NA MALAMPE'.
Mengapa terjadi pro dan kontra berlarut-larut mengenai polemik 'sampai atau tidaknya' donasi pahala untuk mayit?
Penyebabnya hingga kini belum pernah ada mayit datang ke bumi mengabarkan bahwa “suvenir amal yang dikirimkan itu sampai atau tidak”. Ini ji biangnya.
Ada yang aneh pada silang pendapat ini, masing-masing kabilah ngotot mempertahankan argumennya, sampai tetesan keringat kelenjar apokrin memompa luapan emosi. Jantung langsung berkontraksi, gigi bunyi gemeretak pertanda ikut sentimen negatif terhadap lawan debatnya.
Lucunya, argumentasi dipertahankan mati-matian! Padahal bukan murni ijtihad-nya, tapi nukilan-nukilan ji yang dicantol-cantol.
Penulis selalu berkeyakinan bahwa mayit sangat membutuhkan pasokan kebaikan & kontribusi amal dari penghuni janabijana dunia.
Saudaraku
Ketahuilah, orang yang sudah tutup usia berkalang tanah, kini sedang panen, namun tidak menanam lagi. Berbeda dengan kita yang masih hidup di bentala bumi, sementara masih menanam kebaikan. Belum panen, masa penuaian belum dimulai.
Kini, si mayit berada di sebuah alam amat mengerikan nan menakutkan. Gelap-gulita tanpa disinari pendar-pendar cahaya & lampu sorot indoor. Hitam pekat menyelimuti delapan penjuru mata angin.
Di taman pemakaman, si mayit tinggal tanpa teman, tanpa harta dan tanpa segala-galanya. Hanya amal ibadah selama di dunia yang ikut menemani dan mendampingi. Itulah lawyersnya.
Kelak, di sinilah pula masa depan kita. Gatranya dua kali satu meter persegi; sempit tanpa ventilasi, membongkah sunyi di antara tanah hitam rekah membujur.
Jutaan serangga menggerek & menggorok raga, belatung-belatung pun tak ketinggalan ikut mengoyak-ngoyak anazir jasad, serta lalu-lintas satwa bawah tanah setiap saat mencengkeram seluruh lahiriah ornamen tubuh.
Sungguh, gembira si mayit saat diziarahi puak-puak zuriah-nya. Ziarah dan lawatan anak cucu ke taman pusaranya merupakan hiburan terindah bagi mayit di alam barzakh.
(MAN)
Berita Terkait
News
Cahaya Ramadan: Sarjana Ramadan 1445 H
SAAT ini kita memasuki hari-hari terakhir pada minggu terakhir bulan Ramadan 1445H. Penulis tertarik untuk menganalogikan bulan Ramadan ini seperti Perguruan Tinggi (PT) yang di dalamnya ada Mata kuliah, ada Dosen, Mahasiswa, dan proses belajar mengajar.
Rabu, 03 Apr 2024 14:47
News
Cahaya Ramadan: Context Awareness dan Shaum
Dalam suatu senja pertama Ramadan, Nasrudin Hoja (seorang Sufi asal Akshehir, Turki) akan segera melewati puasa perdananya dengan lancar.
Minggu, 31 Mar 2024 13:37
News
Cahaya Ramadan: Ramadan dan Tantangan Kemanusiaan
Namun, di samping semangat kemanusiaan yang dipupuk selama bulan suci ini, ada fenomena yang juga menarik perhatian kita: fenomena pengemis.
Sabtu, 30 Mar 2024 11:02
News
Cahya Ramadan: Manfaat Berpuasa Terhadap Kesehatan Mental
PADA saat ini jutaan umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim yang telah memenuhi syarat untuk berpuasa.
Jum'at, 29 Mar 2024 09:43
News
Cahaya Ramadan: Jejaring dan Mobil Mogok
APAKAH betul saya sudah kaya secara jejaring, modal sosial yang saya eluk-elukkan? Izinkan saya bercerita sedikit, semoga anda sabar membacanya. Kejadiannya tiga hari lalu.
Kamis, 28 Mar 2024 13:32
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Survei Pamungkas Pilwalkot Makassar Jelang Pencoblosan: MULIA 41,9%, INIMI 25,1%, SEHATI 21,1%
2
Warga Jeneponto Ditabrak Mobil, Tim Sarif-Qalby Siap Tanggung Biaya Pengobatan
3
Tanggapi Hasil Survei LSI, Pegiat Data Ragukan Sehati Bisa Salip Mulia Jelang Pencoblosan
4
Sarif-Qalby Gelar Kampanye Akbar, 93 Ribu Massa Tumpah Ruah di Lapangan Pastur
5
Bawaslu Soppeng Ingatkan KPU dan Paslon untuk Patuhi Aturan Masa Tenang Pilkada
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
Survei Pamungkas Pilwalkot Makassar Jelang Pencoblosan: MULIA 41,9%, INIMI 25,1%, SEHATI 21,1%
2
Warga Jeneponto Ditabrak Mobil, Tim Sarif-Qalby Siap Tanggung Biaya Pengobatan
3
Tanggapi Hasil Survei LSI, Pegiat Data Ragukan Sehati Bisa Salip Mulia Jelang Pencoblosan
4
Sarif-Qalby Gelar Kampanye Akbar, 93 Ribu Massa Tumpah Ruah di Lapangan Pastur
5
Bawaslu Soppeng Ingatkan KPU dan Paslon untuk Patuhi Aturan Masa Tenang Pilkada