Dorong Urban Farming, Munafri Targetkan Kota Makassar Penopang Pangan Nasional

Kamis, 09 Okt 2025 17:51
Dorong Urban Farming, Munafri Targetkan Kota Makassar Penopang Pangan Nasional
Walkot Makassar, Munafri usai mengikuti Rapat Koordinasi Ketersediaan Pangan Nasional bersama Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (9/10/2025).
Comment
Share
JAKARTA - Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menargetkan Kota Makassar menjadi salah satu daerah penopang pangan nasional melalui pengembangan urban farming atau pertanian di lahan sempit perkotaan.

Langkah ini menjadi strategi penting dalam mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan, meskipun Makassar bukan wilayah dengan lahan pertanian luas.

Hal itu disampaikan Munafri usai mengikuti Rapat Koordinasi Ketersediaan Pangan Nasional bersama Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman dan sejumlah kepala daerah di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (9/10/2025).

“Kota Makassar memang tidak punya banyak lahan pertanian. Karena itu, kami menyampaikan kepada Pak Menteri agar Kementerian bisa memberikan dukungan terhadap pengembangan pertanian lahan sempit di perkotaan,” ujar Munafri.

Sebagai langkah awal, Pemkot Makassar berencana membangun tiga green house percontohan di beberapa titik strategis. Kehadiran green house tersebut diharapkan menjadi pemantik minat masyarakat perkotaan untuk terlibat dalam kegiatan pertanian modern.

“Kami butuh minimal tiga green house untuk menumbuhkan minat masyarakat agar mau bertani di lahan sempit dengan teknologi yang tepat,” jelasnya.

Munafri yang akrab disapa Appi menuturkan, potensi pengembangan pertanian perkotaan di Makassar cukup besar. Saat ini terdapat sekitar 5.000 lorong yang bisa dimanfaatkan sebagai basis kegiatan lorong pangan.

Program ini juga akan diintegrasikan dengan kebijakan Kementerian Pertanian tentang tanaman pekarangan bergizi, yang dinilai mampu menciptakan lapangan kerja baru sekaligus memperkuat ketahanan pangan lokal.

“Kami ingin mengadopsi program tanaman pekarangan bergizi dari Kementan. Selain membuka peluang kerja, ini juga memperkuat ketahanan pangan di tingkat kota,” ujar politisi Partai Golkar itu.

Selain urban farming, Munafri juga menyoroti lahan persawahan yang tersisa di Makassar. Sekitar 30 persen lahan sawah di kota ini masih berfungsi sebagai daerah irigasi tadah hujan.

“Kami berharap ada dukungan peralatan seperti mesin pengolah lahan dan traktor agar lahan pertanian yang tersisa bisa dimaksimalkan dan tidak beralih fungsi menjadi kawasan pembangunan,” tuturnya.

Wali Kota Makassar itu menyambut positif komitmen dukungan teknis dari Kementerian Pertanian. Pemkot Makassar akan segera menyiapkan usulan teknis rinci untuk diajukan ke kementerian.

“Alhamdulillah, Pak Menteri merespons dengan baik. Dalam waktu dekat kami akan berkoordinasi dengan Dirjen terkait untuk mematangkan seluruh program, termasuk dukungan anggaran dari Kementan,” ucapnya.

Lebih jauh, Munafri menjelaskan bahwa strategi penguatan ketahanan pangan di Makassar akan dilakukan secara terpadu. Pemkot berencana mengintegrasikan pengelolaan sampah dan pertanian urban untuk menciptakan ekonomi sirkular.

“Kami akan terapkan sistem terintegrasi pengelolaan sampah yang ujungnya mendukung pertanian lahan sempit. Sampah organik akan diolah menjadi pupuk untuk urban farming,” ungkapnya.

Dengan pendekatan tersebut, Munafri optimistis Makassar bisa menjadi contoh kota besar yang berhasil memadukan inovasi perkotaan dengan kemandirian pangan.

“Ini cara kami menjaga ketahanan pangan di tengah kota metropolitan. Makassar bisa menjadi contoh bahwa keterbatasan lahan bukan alasan untuk tidak berdaulat pangan,” pungkasnya.

Dalam pertemuan itu, Munafri didampingi Sekda Kota Makassar Andi Zulkifly Nanda, Ketua Tim Ahli Pemkot Andi Hudli Huduri, Kadis Perikanan dan Pertanian (DP2) Aulia Arsyad, serta Kepala Bapenda Asminullah.

Sementara itu, Aulia Arsyad menjelaskan bahwa Pemkot Makassar mengusulkan sejumlah bantuan untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat perkotaan.

“Kami mengajukan bantuan program Pekarangan Pangan Berkelanjutan (P2L) untuk lorong-lorong, pengembangan green house, serta alat dan mesin pertanian seperti combine harvester, traktor roda dua dan empat,” kata Aulia.

Ia menambahkan, bantuan itu akan difokuskan pada masyarakat lorong dan kelompok tani perkotaan agar mampu memproduksi kebutuhan pangan secara mandiri.

“Kami berharap dukungan dari Kementan bisa segera terealisasi, sehingga masyarakat kota dapat merasakan manfaat langsung dari pengembangan pertanian perkotaan yang berkelanjutan,” tutupnya.
(UMI)
Berita Terkait
Berita Terbaru