Founder Sekolah Zivana Luncurkan Buku: Kupas Tuntas Pendidikan Inklusif Berbasis Montessori

Jum'at, 25 Apr 2025 13:59
Founder Sekolah Zivana Luncurkan Buku: Kupas Tuntas Pendidikan Inklusif Berbasis Montessori
Founder Sekolah Zivana Montessori, Adilah Wina Fitria, saat peluncuran buku solo perdananya di Hotel Ibis Style Makassar Sam Ratulangi, Jumat (25/4/2025). Foto/Istimewa
Comment
Share
MAKASSAR - Founder Sekolah Zivana Montessori, Adilah Wina Fitria, resmi meluncurkan buku solo perdananya di Hotel Ibis Style Makassar Sam Ratulangi, Jumat (25/4/2025). Launching buku berjudul 'Mewujudkan Pendidikan Inklusif untuk Anak Usia Dini dengan Pendekatan Montessori' itu dihadiri orang tua murid Sekolah Zivana Montessori dan para guru TK/PAUD.

Hadir pula sejumlah pakar pendidikan seperti Prof Arismunandar dan Herlina. Tampak pula Ketua TP PKK Makassar, Melinda Aksa. Mereka bahkan ikut terlibat dalam acara gelar wicara, yang menjadi rangkaian launching buku.

Adilah bercerita ihwal pembuatan buku yang tidak sebatas berkutat pada teori. Sama halnya dengan kehadiran Sekolah Zivana Montessori sekitar lima tahun lalu, buku ini lahir atas pengalaman pribadinya dalam mendidik dan membesarkan anak berkebutuhan khusus selama 15 tahun terakhir.

Adila tahu betul tantangan mendidik dan membesarkan anak berkebutuhan khusus. Dirinya harus pontang-panting mencari sekolah, sebelum akhirnya mendirikan sekolah inklusif. Nah, sekolah dan buku yang hari ini diluncurkan diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak orang.

"Semoga bermanfaat bagi semua. Tidak hanya untuk guru dan orang tua, tapi juga mahasiswa dan lainnya," kata dia.

Adilah menyebut sebenarnya ide membuat buku telah lama. Dirinya bahkan telah ikut berpartisipasi dalam dua buku antologi. Namun, untuk buku solo memang masih sebatas draft atau naskah mentah. Nanti setelah mengikuti kelas menulis selama dua bulan, akhirnya buku itu dapat dituntaskan.

"Kelas menulis itu memang capaiannya menghasilkan buku, akhirnya saya mengikuti kelas itu dan hadirlah buku ini," katanya.

Ide sekaligus tujuan hadirnya buku setebal 200 halaman ini adalah, bagaimana mengajak semua masyarakat, baik guru maupun orang tua untuk memperjuangkan pendidikan inklusi, pendidikan yang berpihak ke semua anak. Olehnya itu, buku ini mengupas tuntas teori mulai sejarah hingga studi kasus pendidikan inklusif berbasis Montesorri.

Lebih lanjut, Adilah menjelaskan buku ini mengulas mengenai sejarah pendidikan inklusif di seluruh dunia, termasuk periode mulai dicanangkan. Ada juga tentang cara melihat perkembangan anak sebagai rujukan, termasuk pentingnya observasi lebih lanjut untuk mengetahui anak berkebutuhan khusus atau tidak.

"Kemudian juga isinya metode Montessori, ini merupakan kurikulum inklusif yang kami terapkan di Zivana. Kami melihat ini sejalan pendidikan inklusi, yakni pendidikan yang menghargai setiap anak," jelas dia.

Tidak kalah penting, Adilah menyebut dalam buku ini terdapat studi kasus penerapan pendekatan Montessori di Sekolah Zivana. Termasuk pencapaian dan cerita mengenai praktik baik di sekolah tersebut dalam mendidik anak berkebutuhan khusus.

Ketua Dewan Pendidikan Sulsel, Prof Arismunandar, mengapresiasi buku yang ditulis oleh Adilah. Buku ini dinilai sangat komprehensif karena mengulas tiga konsep berbeda, meski fokusnya pada Montesorri. Namun, di dalamnya juga ada tentang sekolah inklusif, PAUD, dan Montessori.

Ia lantas menyinggung soal Makassar yang telah mendeklarasikan sebagai Kota Pendidikan Inklusi. Artinya semua jenjang pendidikan mulai PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi harus menerima anak berkebutuhan khusus.

"Tidak alasan sekolah kita menolak anak-anak berkebutuhan khusus," ujar mantan Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) itu.

Problemnya, dia menyebut sekolah khususnya negeri ternyata belum siap. Mulai dari SDM yakni menyiapkan guru pendamping khusus hingga sarana dan prasarana yang menunjang, seperti toilet dan jalur khusus.

"Perlu juga disiapkan kurikulum yang mengakomodasi perbedaan individu, termasuk kurikulum anak berkebutuhan khusus pada sekolah inklusi," paparnya.

Sementara itu, Ketua TP PKK Kota Makassar, Melinda Aksa, menyampaikan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus penting. Musabanya, harus diakui tidak semua orang tua mampu untuk membiayai kelas khusus atau kelas terapi.

"Makanya ada 5 PAUD negeri dan tahun ini rencana akan dioperasikan bagaimana kesiapannya. Paling utama persiapan guru-guru," tuturnya.

Melinda juga menyebut pemerintah akan selalu hadir, termasuk untuk memberikan aturan dan rambu dalam menerima anak berkebutuhan khusus. "Pemerintah juga harus mencari tahu apa penyebab, ya kenapa banyak anak berkebutuhan khusus," pungkasnya.
(TRI)
Berita Terkait
Berita Terbaru