Angka Stunting di Sulbar Masih Tinggi, Wapres Minta Hilangkan Ego Sektoral
Kamis, 23 Feb 2023 20:02

Wakil Presiden RI, Maruf Amin, saat menghadiri Rapat Koordinasi percepatan penurunan Stunting di Sulbar di Ballroom Grand Maleo Hotel, Mamuju. Foto/Dok Pemprov Sulbar
MAMUJU - Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin, melakukan kunjungan kerja di Sulbar, Kamis (23/2/2023) hari ini. Titik pertama di SMK Rangas didampingi PJ Gubernur Sulbar Akmal Malik, Wapres Ma'ruf meninjau rekonstruksi gedung SMK Rangas dan menggelar pengembalian anak tidak sekolah, sekaligus menyerahkan perlengkapan pendidikan. Dilanjutkan Rapat Koordinasi percepatan penurunan Stunting di Sulbar di Ballroom Grand Maleo Hotel, Mamuju.
Wapres Ma'ruf memaparkan empat tahun terakhir Sulbar belum dapat keluar dari posisi dengan angka stunting tinggi di Indonesia. Bahkan, pada 2022 Sulbar di angka 35 persen. Itu pun mengalami kenaikan 1,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab itu, provinsi Sulbar menjadi salah satu provinsi yang mendapat perhatian dari pemerintah pusat, dalam upaya percepatan penurunan stunting.
"Masalah stunting ini masalah besar, masalah penting, salah satu sumber dari pada upaya kita membangun sumber daya manusia yang unggul dan itu tidak mungkin bisa tercapai kalau masih ada Stunting," ujar Wapres Ma'ruf.
Meski demikian, ia mengapresiasi atas laporan yang disampaikan Pemprov Sulbar dan Pemkab enam kabupaten se-Sulbar terkait program dan kendala penanganan stunting. Menurutnya kendala seperti koordinasi, kolaborasi dan sinergi yang belum berjalan dengan baik harus segera dihilangkan.
"Pertama kendala koordinasi, kolaborasi, sinergi, ini harus kita hilangkan. oleh karena itu hilangkan ego sektoral. Harus dihilangkan dan kemudian juga perbaiki koordinasi antar berbagai pihak," tegasnya.
Demikian dalam mengatasi persoalan yang menjadi pemicu stunting, yakni pernikahan anak. Harus melibatkan seluruh pihak melakukan pendekatan baik edukasi regulasi maupun pendekatan keagamaan.
"Harus diedukasi masyarakat tentang adanya UU, Kedua pendekatan keagamaan. Bukan soal boleh atau tidak boleh mengawinkan anak dibawah umur tapi maslahat atau tidak maslahat. Ini gerakan mencegah perkawinan anak harus massif," jelasnya.
Terkait dukungan anggaran, menurut Wapres Ma'ruf, dukungan melalui APBN, APBD Provinsi/kabupaten dan swasta sudah cukup. Hanya saja perlu memastikan agar intervensi yang dilakukan harus tepat sasaran
Pj Gubernur Sulbar, Akmal Malik, mengatakan Sulbar sendiri tercatat provinsi tertinggi nasional angka perkawinan anak. Persoalan lainnya, belum optimalnya pelayanan dan pendampingan kesehatan pada kelompok sasaran: calon pengantin, Pasangan Usia Subur (PUS) Ibu Hamil dan Menyusui, dan Balita dan Baduta.
Untuk itu, pemda melakukan penguatan pendataan pada kelompok sasaran dan memastikan kelompok sasaran menerima layanan kesehatan. Itu juga didukung dengan penguatan tim pendamping keluarga dan kader konvergensi lainnya.
Ketiga, skor pola pangan harapan Sulbar belum ideal. Keempat Akses sanitasi dan air bersih belum optimal. Terakhir belum maksimalnya kolaborasi serta fungsi monitoring dan evaluasi antar TPPS provinsi, kabupaten dan desa. Sehingga dilakukan penguatan kolaborasi serta monitoring dan evaluasi TPPS Provinsi, Kabupaten hingga desa, termasuk penguatan pendataan melalui data desa presisi (DDP).
Akmal membenarkan, besarnya dukungan pemerintah pusat melalui APBN sebesar 148 Miliar lebih, pada 2022. Sebesar Rp19,17 miliar diintervensi melalui lembaga kementerian di Sulbar, Sementar melalui Belanja Transfer sebesar Rp129,57 miliar dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik Rp6,85 miliar, DAK Non Fisik 118,58 miliar, dan Dana Desa 4,14 miliar. Hanya saja pengelolaan dana tersebut belum optimal.
"Lebih banyak digunakan rapat dan pelatihan, pembinaan. artinya apa. Rp112 miliar ini habis kegiatan rapat-rapat. Relatif tidak nampak. Inilah persoalan di Sulbar," tegas Akmal.
Dia menyebutkan, keluarga sasaran tersebar di enam kabupaten di Sulbar, yakni 14.080 (Mamuju), 10.282 keluarga (Majene), 19.040 keluarga (Polman), 6.934 keluarga (Pasangkayu), 10.799 keluarga (Mamasa), 4.327 keluarga (Mamuju Tengah). Namun, menjadi persoalan data sasaran tersebut belum dilengkapi titik koordinat.
"Makanya kami bekerjasama IPB menghadirkan DDP. dengan harapan alokasi anggaran yang dialokasikan pada 2023 tepat sasaran," ungkapnya.
Dalam rangka percepatan penurunan Stunting di Sulbar telah dialokasikan sebesar Rp38,5 Miliar melalui APBD 2024. Dengan rincian intervensi spesifik Rp16 Miliar dan Intervensi Sensitif Rp22,5 Miliar.
Anggaran tersebut dialokasikan untuk program antara lain; pengelolaan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pembinaan Keluarga berencana, pembinaan promosi dan konseling kesehatan reproduksi, pengelolaan pendidikan sekolah menengah atas, pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, peningkatan kompetensi dan kualifikasi sumber daya manusia kesehatan, pemberian makanan tambahan.
Selanjutnya, Data Desa Presisi, sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak dan perempuan, serta pelayanan kesehatan gizi masyarakat, penyediaan benih/ bibit tanaman pangan, bantuan sosial tunai kepada KPM, sosialisasi pencegahan stunting melalui media elektronik.
Wapres Ma'ruf memaparkan empat tahun terakhir Sulbar belum dapat keluar dari posisi dengan angka stunting tinggi di Indonesia. Bahkan, pada 2022 Sulbar di angka 35 persen. Itu pun mengalami kenaikan 1,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sebab itu, provinsi Sulbar menjadi salah satu provinsi yang mendapat perhatian dari pemerintah pusat, dalam upaya percepatan penurunan stunting.
"Masalah stunting ini masalah besar, masalah penting, salah satu sumber dari pada upaya kita membangun sumber daya manusia yang unggul dan itu tidak mungkin bisa tercapai kalau masih ada Stunting," ujar Wapres Ma'ruf.
Meski demikian, ia mengapresiasi atas laporan yang disampaikan Pemprov Sulbar dan Pemkab enam kabupaten se-Sulbar terkait program dan kendala penanganan stunting. Menurutnya kendala seperti koordinasi, kolaborasi dan sinergi yang belum berjalan dengan baik harus segera dihilangkan.
"Pertama kendala koordinasi, kolaborasi, sinergi, ini harus kita hilangkan. oleh karena itu hilangkan ego sektoral. Harus dihilangkan dan kemudian juga perbaiki koordinasi antar berbagai pihak," tegasnya.
Demikian dalam mengatasi persoalan yang menjadi pemicu stunting, yakni pernikahan anak. Harus melibatkan seluruh pihak melakukan pendekatan baik edukasi regulasi maupun pendekatan keagamaan.
"Harus diedukasi masyarakat tentang adanya UU, Kedua pendekatan keagamaan. Bukan soal boleh atau tidak boleh mengawinkan anak dibawah umur tapi maslahat atau tidak maslahat. Ini gerakan mencegah perkawinan anak harus massif," jelasnya.
Terkait dukungan anggaran, menurut Wapres Ma'ruf, dukungan melalui APBN, APBD Provinsi/kabupaten dan swasta sudah cukup. Hanya saja perlu memastikan agar intervensi yang dilakukan harus tepat sasaran
Pj Gubernur Sulbar, Akmal Malik, mengatakan Sulbar sendiri tercatat provinsi tertinggi nasional angka perkawinan anak. Persoalan lainnya, belum optimalnya pelayanan dan pendampingan kesehatan pada kelompok sasaran: calon pengantin, Pasangan Usia Subur (PUS) Ibu Hamil dan Menyusui, dan Balita dan Baduta.
Untuk itu, pemda melakukan penguatan pendataan pada kelompok sasaran dan memastikan kelompok sasaran menerima layanan kesehatan. Itu juga didukung dengan penguatan tim pendamping keluarga dan kader konvergensi lainnya.
Ketiga, skor pola pangan harapan Sulbar belum ideal. Keempat Akses sanitasi dan air bersih belum optimal. Terakhir belum maksimalnya kolaborasi serta fungsi monitoring dan evaluasi antar TPPS provinsi, kabupaten dan desa. Sehingga dilakukan penguatan kolaborasi serta monitoring dan evaluasi TPPS Provinsi, Kabupaten hingga desa, termasuk penguatan pendataan melalui data desa presisi (DDP).
Akmal membenarkan, besarnya dukungan pemerintah pusat melalui APBN sebesar 148 Miliar lebih, pada 2022. Sebesar Rp19,17 miliar diintervensi melalui lembaga kementerian di Sulbar, Sementar melalui Belanja Transfer sebesar Rp129,57 miliar dialokasikan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik Rp6,85 miliar, DAK Non Fisik 118,58 miliar, dan Dana Desa 4,14 miliar. Hanya saja pengelolaan dana tersebut belum optimal.
"Lebih banyak digunakan rapat dan pelatihan, pembinaan. artinya apa. Rp112 miliar ini habis kegiatan rapat-rapat. Relatif tidak nampak. Inilah persoalan di Sulbar," tegas Akmal.
Dia menyebutkan, keluarga sasaran tersebar di enam kabupaten di Sulbar, yakni 14.080 (Mamuju), 10.282 keluarga (Majene), 19.040 keluarga (Polman), 6.934 keluarga (Pasangkayu), 10.799 keluarga (Mamasa), 4.327 keluarga (Mamuju Tengah). Namun, menjadi persoalan data sasaran tersebut belum dilengkapi titik koordinat.
"Makanya kami bekerjasama IPB menghadirkan DDP. dengan harapan alokasi anggaran yang dialokasikan pada 2023 tepat sasaran," ungkapnya.
Dalam rangka percepatan penurunan Stunting di Sulbar telah dialokasikan sebesar Rp38,5 Miliar melalui APBD 2024. Dengan rincian intervensi spesifik Rp16 Miliar dan Intervensi Sensitif Rp22,5 Miliar.
Anggaran tersebut dialokasikan untuk program antara lain; pengelolaan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pembinaan Keluarga berencana, pembinaan promosi dan konseling kesehatan reproduksi, pengelolaan pendidikan sekolah menengah atas, pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, peningkatan kompetensi dan kualifikasi sumber daya manusia kesehatan, pemberian makanan tambahan.
Selanjutnya, Data Desa Presisi, sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak dan perempuan, serta pelayanan kesehatan gizi masyarakat, penyediaan benih/ bibit tanaman pangan, bantuan sosial tunai kepada KPM, sosialisasi pencegahan stunting melalui media elektronik.
(TRI)
Berita Terkait

News
Cegah Stunting, Pertamina Latih Emak-emak Masak Makanan Sehat untuk Balita
Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal (IT) Kendari menggelar Pelatihan Memasak Makanan Sehat untuk Balita melalui Program Gizi Mata Seimbang (GMS).
Selasa, 17 Jun 2025 08:41

News
RSUD Haji Makassar Skrining 200 Balita untuk Cegah Stunting
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui UPT RSUD Haji Makassar berperan aktif dalam Gerakan Nasional Percepatan Penurunan Stunting, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Makassar.
Kamis, 12 Jun 2025 19:31

Sulsel
Beri Bantuan, PKK Gowa Fokus Penanganan Stunting di Somba Opu
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Gowa, Andi Tenri Indah Darmawangsyah bersama jajarannya kembali memberikan bantuan kepada keluarga dengan anak stunting.
Sabtu, 07 Jun 2025 05:35

Sulsel
Tekan Angka Stunting, Pemkab Maros Alokasikan Rp18 Miliar
Pemerintah Kabupaten Maros menggelontorkan anggaran sebesar Rp18 miliar pada tahun 2025 untuk mempercepat penurunan angka stunting. Anggaran ini disebar ke sejumlah OPD.
Selasa, 03 Jun 2025 17:12

Sulsel
Prevalensi Stunting Gowa Tahun 2024 Turun Menjadi 17 Persen
Pemerintah Kabupaten Gowa kembali menunjukkan bentuk komitmennya dalam penanganan stunting. Terbukti dari turunnya prevalensi stunting Kabupaten Gowa menjadi 17 persen tahun 2024.
Rabu, 28 Mei 2025 18:44
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Rembuk Tani Wajo: Solusi Kolaboratif untuk Peningkatan Panen
2

Beautiful Malino Ditarget Masuk KEN Kementerian Pariwisata
3

Pemerintah Bantaeng Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana 14 Hari
4

Asyura di Dapur: Mengaduk Peca', Mengganti Pecah Belah
5

Kabar Bahagia, Ribuan Meter Jalan di Tombolopao Bakal Diaspal
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Rembuk Tani Wajo: Solusi Kolaboratif untuk Peningkatan Panen
2

Beautiful Malino Ditarget Masuk KEN Kementerian Pariwisata
3

Pemerintah Bantaeng Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana 14 Hari
4

Asyura di Dapur: Mengaduk Peca', Mengganti Pecah Belah
5

Kabar Bahagia, Ribuan Meter Jalan di Tombolopao Bakal Diaspal