LP3M Unismuh Makassar Kolaborasi Partisipatif di Desa Bulu Cindea Pangkep

Tim Sindomakassar
Selasa, 06 Agu 2024 19:20
LP3M Unismuh Makassar Kolaborasi Partisipatif di Desa Bulu Cindea Pangkep
LP3M Unismuh Makassar bersama dua dosen tamu dari Palestina mengunjungi Desa Bulu Cindea, Pangkep. Mereka diterima langsung oleh Kepala Desa, Made Ali. Foto: Istimewa
Comment
Share
PANGKEP - Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LP3M) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar bersama dua dosen tamu dari Palestina yakni Ibrahim Radwan Ramadhan (Al-Quds Open University - Palestina) dan Nidal A.I Abusweireh (Islamic University of Gaza) mengunjungi Desa Bulu Cindea, Pangkep.

Mereka diterima langsung oleh Kepala Desa, Made Ali dalam rangka kegiatan pengabdian masyarakat melalui pendekatan partisipatif dan kolaboratif dalam pemberdayaan komunitas pariwisata.

Made Ali menyampaikan rasa terima kasihnya kepada LP3M yang diwakili oleh Kaprodi Magister Ilmu Administrasi Publik, Dr. Fatmawati yang telah berkenan hadir dan membawa tamu jauh dari Palestina yang saat ini masih berjuang di tengah konflik Palestina-Israel.

"Kegiatan Pariwisata di Desa Bulu Cindea telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan karena dilakukan dengan dukungan banyak pihak seperti kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Dukungan perangkat BPD, kelompok perempuan dan para pemuda," katanya.



Beberapa diantaranya dapat dilihat melalui kawasan Mancing Desa Bulu Cindea yang saat ini dijadikan tempat kegiatan, Kebun Desa, Pembibitan dan Kawasan Wisata Mangrove, Pembangunan Perpustakaan dan Balla IT serta pengadaan Kampung Pancasila, bebas Narkoba dan juga Kampung Gizi untuk pencegahan stunting bagi anak-anak di desa.

"Kami bersyukur ada begitu banyak dukungan masyarakat dalam melakukan pembenahan dan serta melakukan inovasi baru dalam membangun pariwisata di Desa Bulu Cindea. Termasuk kolaborasi dengan berbagai pihak dalam proses pelaksanaannya," ujar Made Ali.

Dia menyampaikan keprihatinannya dengan apa yang terjadi di Palestina hari ini. Made Ali berharap kehadiran 2 dosen Palestina ini bisa memberikan sedikit penghiburan dan menikmati keindahan pariwisata di Desa Bulu Cindea ini.

"Semoga dengan kehadiran Mr. Ibrahim dan Mr. Nidal dan juga rombongan LP3M ini bisa menikmati keindahan yang ada di Desa Bulu Cindea. Sambil kami ajak berkeliling ke beberapa spot lokasi yang telah kami bangun bersama masyarakat," jelasnya.



Sementara itu, Ibrahim Radwan Ramadhan menyampaikan rasa syukurnya bisa diterima dan disambut baik oleh perangkat Desa Bulu Cindea dan warganya. Ia merasa terhormat diberi kesempatan untuk berbagi cerita mengenai pariwisata dan kondisi di Palestina saat ini.

"Konflik Palestina-Israel saat ini bukan hanya terjadi pada tanggal 7 Oktober 2023 saja, namun penjajahan ini sudah berlangsung sejak tahun lalu, dimana tanah kami dirampas secara sepihak oleh Israel. Sudah sekitar 50 ribu warga Palestina yang menjadi korban dan sebagian jasadnya belum ditemukan karena tertimbun reruntuhan bangunan,” cerita Ibrahim.

Ibrahim menjelaskan, saat ini Palestina masih sangat membutuhkan donasi untuk membangun kembali fasilitas jalan dan bangunan yang telah dihancurkan oleh Tank-tank Israel. Ia bilang, masih banyak warga Palestina memilih tinggal di rumah dan tidak berfikir untuk meninggalkan tanah mereka.

Menurut Ibrahim, warga di sana mengingat pesan orangtua mereka untuk tetap tinggal di tanah Palestina yang merupakan tanah mereka. Bahkan mereka pasrah jika suatu hari nanti anak mereka tidak bisa pulang ke rumah jika sekolah dihantam rudal atau bom Israel.

Ibrahim memaparkan bagaimana sulitnya perizinan keluar masuk wilayah Palestina yang kesemuanya membutuhkan izin dari Israel. Dampak lainnya di dunia pendidikan dimana posisi mereka sebagai dosen juga gajinya tertahan oleh pihak Israel melalui bank-bank mereka.

"Kita semua tetap memilih untuk tinggal di Palestina meskipun situasi saat ini mengancam keselamatan keluarga kita. Setiap hari saya mengantar anak-anak ke sekolah, namun saya tetap pasrah jika suatu saat nanti anak-anak kita tidak bisa pulang dengan selamat, karena serangan rudal atau bom yang selalu mengintai di sekolah mereka," bebernya.



Lanjut Ibrahim, tantangan sebagai dosen karena konflik ini, akses keluar masuk Palestina memerlukan izin yang sangat rumit dari pihak Israel, termasuk mereka masih menahan gaji melalui bank-bank di Palestina yang berada dalam kendali mereka.

"Jika banyak yang berpikir kenapa kita tidak keluar saja dari Palestina, itu juga perkara yang tidak mudah. Karena kalaupun kita keluar, mereka tetap bisa memantau aktivitas kita. Jika itu dianggap membahayakan, maka mereka akan dengan mudah memenjarakan kita tanpa alasan yang jelas," tandasnya.

Sementara itu, Dr Fatmawati menambahkan kegiatan ini merupakan program kolaborasi yang diharapkan ke depannya bisa terus dilakukan. Tentunya melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan bersama pemerintah desa.

"Dan juga pihak kampus dari Palestina AlQuds open University dan juga Islamic University, entah itu melaksanakan kegiatan pelatihan sesuai kebutuhan kelompok-kelompok yang ada di desa dan juga pengembangan potensi desa lainnya," kuncinya.

Rombongan selanjutnya dipandu oleh Made Ali mengunjungi Kebun Desa, Perpustakaan dan Balla IT serta Wisata pembibitan mangrove.
(UMI)
Berita Terkait
Berita Terbaru