DPRD Sulsel Soroti Pengadaan Ternak yang Kerap Alami Keterlambatan Pengiriman
Rabu, 09 Apr 2025 15:06

Komisi B DPRD Sulsel menggelar rapat pembahasan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur akhir tahun anggaran 2024 serta evaluasi triwulan I tahun anggaran 2025 pada Rabu (09/04/2025).
MAKASSAR - Komisi B DPRD Sulsel menggelar rapat pembahasan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur akhir tahun anggaran 2024 serta evaluasi triwulan I tahun anggaran 2025 pada Rabu (09/04/2025).
Dalam rapat ini, turut hadir beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, termasuk Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel.
Dalam rapat tersebut, Ketua Komisi B DPRD Sulsel, Andi Azizah Irma Wahyudiyati, mempertanyakan kebijakan pengadaan ternak yang dinilai memiliki sejumlah kendala.
Salah satu isu yang diangkat adalah jarak pengadaan sapi yang disebutkan berasal dari Papua, sehingga menyebabkan keterlambatan pengiriman.
“Kenapa kalau sapi itu jauh sekali kita ambil, ada yang dari Papua kalau tidak salah waktu itu, sehingga ada keterlambatan pengiriman,” kata Irma.
Ia juga menyoroti keluhan dari masyarakat Toraja terkait kerbau yang menjadi komoditas penting. Irma menyebut, ada beberapa kerbau dari pihak ketiga yang tidak bisa masuk ke Sulsel.
"Bahkan, ada kerbau yang sudah sampai tetapi disuruh kembali ke daerah asal karena alasan potensi penyakit. Namun, ada juga yang lolos. Ini yang menjadi pertanyaan: kenapa si A lolos dan si B tidak? Apakah ada solusi? Jika memang harus karantina, berapa lama waktu yang diperlukan?,” tanyanya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, drh. Nurlina Saking menjelaskan bahwa jalur distribusi ternak, seperti sapi, hanya dibuka dari wilayah NTT, NTB, dan Maluku.
“Sumatera kami tutup karena ada wabah penyakit kulit berbenjol (lumpy skin disease/LSD). Sumatera secara keseluruhan berstatus merah dan kuning, sementara Sulsel masih hijau,” jelas Nurlina.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi para pengusaha ternak yang membeli sapi di Sumatera.
Menurutnya, aplikasi online Kementerian Pertanian untuk pengajuan izin distribusi sudah terkunci akibat status wabah di wilayah tersebut.
“Beberapa pengusaha mencoba jalur distribusi dari Sumatera ke Surabaya, lalu ke Sulawesi, tetapi tetap tertutup. Begitu pula jalur Sumatera ke Kalimantan, lalu ke Sulawesi, juga tidak memungkinkan,” tambahnya.
Nurlina mengingatkan bahwa Sulsel masih menghadapi berbagai wabah ternak.
"Sejak 2022, kita sudah berhadapan dengan penyakit mulut dan kuku yang tingkat penyebarannya sangat cepat. Belum lagi wabah Jembrana yang khusus menyerang sapi Bali, sedangkan Sulsel merupakan provinsi dengan populasi sapi Bali terbesar,” ungkapnya.
Rapat tersebut menghasilkan beberapa masukan terkait perlunya perbaikan jalur distribusi dan pengawasan kesehatan hewan agar komoditas ternak tidak hanya aman dikonsumsi tetapi juga terdistribusi tepat waktu.
Dalam rapat ini, turut hadir beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, termasuk Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel.
Dalam rapat tersebut, Ketua Komisi B DPRD Sulsel, Andi Azizah Irma Wahyudiyati, mempertanyakan kebijakan pengadaan ternak yang dinilai memiliki sejumlah kendala.
Salah satu isu yang diangkat adalah jarak pengadaan sapi yang disebutkan berasal dari Papua, sehingga menyebabkan keterlambatan pengiriman.
“Kenapa kalau sapi itu jauh sekali kita ambil, ada yang dari Papua kalau tidak salah waktu itu, sehingga ada keterlambatan pengiriman,” kata Irma.
Ia juga menyoroti keluhan dari masyarakat Toraja terkait kerbau yang menjadi komoditas penting. Irma menyebut, ada beberapa kerbau dari pihak ketiga yang tidak bisa masuk ke Sulsel.
"Bahkan, ada kerbau yang sudah sampai tetapi disuruh kembali ke daerah asal karena alasan potensi penyakit. Namun, ada juga yang lolos. Ini yang menjadi pertanyaan: kenapa si A lolos dan si B tidak? Apakah ada solusi? Jika memang harus karantina, berapa lama waktu yang diperlukan?,” tanyanya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel, drh. Nurlina Saking menjelaskan bahwa jalur distribusi ternak, seperti sapi, hanya dibuka dari wilayah NTT, NTB, dan Maluku.
“Sumatera kami tutup karena ada wabah penyakit kulit berbenjol (lumpy skin disease/LSD). Sumatera secara keseluruhan berstatus merah dan kuning, sementara Sulsel masih hijau,” jelas Nurlina.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi para pengusaha ternak yang membeli sapi di Sumatera.
Menurutnya, aplikasi online Kementerian Pertanian untuk pengajuan izin distribusi sudah terkunci akibat status wabah di wilayah tersebut.
“Beberapa pengusaha mencoba jalur distribusi dari Sumatera ke Surabaya, lalu ke Sulawesi, tetapi tetap tertutup. Begitu pula jalur Sumatera ke Kalimantan, lalu ke Sulawesi, juga tidak memungkinkan,” tambahnya.
Nurlina mengingatkan bahwa Sulsel masih menghadapi berbagai wabah ternak.
"Sejak 2022, kita sudah berhadapan dengan penyakit mulut dan kuku yang tingkat penyebarannya sangat cepat. Belum lagi wabah Jembrana yang khusus menyerang sapi Bali, sedangkan Sulsel merupakan provinsi dengan populasi sapi Bali terbesar,” ungkapnya.
Rapat tersebut menghasilkan beberapa masukan terkait perlunya perbaikan jalur distribusi dan pengawasan kesehatan hewan agar komoditas ternak tidak hanya aman dikonsumsi tetapi juga terdistribusi tepat waktu.
(UMI)
Berita Terkait

Sulsel
29 Anggota DPRD Sulsel Gulirkan Hak Angket, Misi Penyelamatan Aset Rp2,4 T di CPI
Sebanyak enam fraksi di DPRD Sulsel secara resmi mengajukan hak angket untuk mengusut aset Pemprov di kawasan Centre Point of Indonesia (CPI) Makassar.
Kamis, 03 Jul 2025 21:44

Sulsel
RP Sebut Internal Golkar Adem Jelang Musda, Tapi Orang Luar yang Heboh
Golkar Barru belum mengambil sikap di musyawarah daerah (Musda) DPD I Sulsel. Padahal mayoritas DPD II kabupaten/kota lainnya sudah condong mendukung Munafri Arifuddin (Appi).
Senin, 30 Jun 2025 19:32

Sulsel
DPRD Sulsel Bakal Gelar RDP Soal Ribut-ribut Rencana Tambang Emas di Sinjai
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Selatan, Fauzi Andi Wawo menerima perwakilan demonstran yang menyuarakan penolakan terhadap rencana pertambangan di Kabupaten Sinjai.
Rabu, 25 Jun 2025 22:30

Sulsel
Pengelola Tambang Bangsa Damai Siap Beroperasi dan Laksanakan Rekomendasi DPRD Sulsel
CV Bangsa Damai selaku pengelola tambang batu di Tikala, Toraja Utara, mengapresiasi Komisi D DPRD Sulsel yang telah menerbitkan rekomendasi terkait aktivitas pertambangan tersebut.
Rabu, 25 Jun 2025 10:15

Sulsel
Dewan Apresiasi Tambang Galian C di Tikala Torut karena Punya Izin Lengkap
Komisi D DPRD Sulsel menggelar rapat dengar pendapat (RDP) lanjutan terkait tambang galian C di Gedung Tower DPRD Sulsel pada Selasa (24/06/2025). Proyek ini milik CV Bangsa Damai yang beroperasi di Tikala, Toraja Utara (Torut).
Selasa, 24 Jun 2025 16:29
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

29 Anggota DPRD Sulsel Gulirkan Hak Angket, Misi Penyelamatan Aset Rp2,4 T di CPI
2

DWP Gowa Akan Perkuat Peran Perempuan dalam Pembangunan Daerah
3

Hasil NH Temui Bahlil, Jadwal Musda Golkar Sulsel Dijadwalkan Agustus 2025
4

Aksi Anggota Polres Jeneponto Evakuasi Ibu Hamil Viral di Media Sosial
5

Kisruh Hotel Mangkrak di Tanjung Bunga, PT Bintang Indoland Terancam Digugat
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

29 Anggota DPRD Sulsel Gulirkan Hak Angket, Misi Penyelamatan Aset Rp2,4 T di CPI
2

DWP Gowa Akan Perkuat Peran Perempuan dalam Pembangunan Daerah
3

Hasil NH Temui Bahlil, Jadwal Musda Golkar Sulsel Dijadwalkan Agustus 2025
4

Aksi Anggota Polres Jeneponto Evakuasi Ibu Hamil Viral di Media Sosial
5

Kisruh Hotel Mangkrak di Tanjung Bunga, PT Bintang Indoland Terancam Digugat