PKM Polipangkep Ajar Pembudidaya Nila Manfaatkan Bakteri Lactobacillus di Pakan

Jum'at, 19 Sep 2025 19:52
PKM Polipangkep Ajar Pembudidaya Nila Manfaatkan Bakteri Lactobacillus di Pakan
Tim Pemberdayaan Kemitraan Politeknik Pertanian Pangkep mempraktikkan penggunaan bakteri Lactobacillus pada pakan buatan. Foto: Istimewa
Comment
Share
PANGKEP - Tim Pemberdayaan Kemitraan Politeknik Pertanian Pangkep (Polipangkep) dari Program Studi Teknologi Budi Daya Perikanan, melaksanakan kegiatan penerapan teknologi pelapisan pakan buatan dengan bakteri Lactobacillus sp. untuk mitra pembudidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) di Baruga Kantor Desa Coppo Tompong, Kecamatan Mandalle-Pangkep.

Kegiatan ini dipimpin oleh empat dosen, yakni Nur Rahmawaty Arma, S.Pi., M.Sc., Ph.D. sebagai ketua, serta Dr. Andriani, S.Pi., M.Si., Aldy Mulyadin, S.Pi., M.Si., dan Prof. Ir. Muhammad Ikbal Illijas, M.Sc., Ph.D. sebagai anggota, bersama mahasiswa Teknologi Budi Daya Perikanan.

Hadir pula Kepala Desa Coppo Tompong bersama jajaran perangkat desa, pengelola BUMDes, petani pembudidaya ikan dan udang, serta penyuluh perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Dalam kegiatan ini, para pembudidaya diajarkan bagaimana memanfaatkan bakteri Lactobacillus sp. untuk melapisi pakan buatan yang digunakan dalam budidaya ikan nila. Bakteri ini dipilih karena memiliki kemampuan menghasilkan enzim-enzim penting seperti amilase, protease, dan lipase.

Enzim tersebut berperan menguraikan molekul kompleks yang terkandung dalam pakan menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga proses pencernaan dan penyerapan nutrisi di saluran pencernaan ikan berlangsung lebih efektif. Dengan demikian, pakan yang telah dilapisi Lactobacillus sp. diharapkan mampu memacu pertumbuhan ikan nila serta meningkatkan kelangsungan hidupnya.

Proses pelapisan pakan buatan dilakukan dengan cara sederhana agar mudah diadopsi oleh pembudidaya. Pakan berbentuk pelet komersial dengan kandungan protein 39 persen ditimbang sebanyak satu kilogram, kemudian disebar merata dalam baki.

Sumber bakteri diperoleh dari produk EM4 yang dicampurkan dengan air tawar hingga total cairan berjumlah 100 mililiter. Cairan ini dikocok hingga merata, lalu disemprotkan pada pakan dalam baki. Pakan yang telah terlapisi bakteri tersebut kemudian difermentasi pada suhu ruangan selama 24 jam.

"Setelah masa fermentasi selesai, pakan siap diberikan kepada ikan nila dengan frekuensi pemberian dua kali sehari, pagi dan sore," bunyi siaran pers yang diterima SINDO Makassar, Jumat (19/9/2025).

Metode yang diperkenalkan ini mendapat antusiasme tinggi dari para pembudidaya, terutama karena langkah-langkahnya praktis dan dapat dilakukan dengan peralatan sederhana yang tersedia di tingkat petani.

Beberapa pembudidaya langsung mempraktikkan teknik tersebut dalam persiapan pakan ikan nila. Selain memberikan pelatihan teknis, tim juga membuka sesi konsultasi yang membahas berbagai persoalan yang dihadapi para pembudidaya dalam kegiatan budidaya sehari-hari.

"Dengan penerapan teknologi ini, pembudidaya ikan nila di Desa Coppo Tompong diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih optimal, baik dari sisi pertumbuhan maupun ketahanan ikan, sekaligus meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dalam kegiatan budidaya," sambung siaran pers itu.
(MAN)
Berita Terkait
Berita Terbaru