BEM Polipangkep Hadirkan Inovasi Mesin Pengering Rumput Laut di Desa Kanaungan
Rabu, 26 Nov 2025 15:02
BEM Polipangkep menunjukkan cara pengoperasian mesin pengering rumput laut kepada warga Desa Kanaungan. Foto: Istimewa
PANGKEP - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Polipangkep) menghadirkan inovasi mesin pengering rumput laut “semi-otomatis” bagi kelompok nelayan di Dusun Buttue, Desa Kanaungan, Kecamatan Labbakkang. Program ini merupakan bagian dari BEM Berdampak 2025, yang digelar pada 12–13 November dan menyasar masyarakat pesisir, terpencil, serta rawan bencana.
Program BEM Berdampak 2025 didanai oleh Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Melalui kegiatan ini, tim mahasiswa bersama dosen pendamping memperkenalkan mesin pengering rumput laut hasil rakitan internal sekaligus melaksanakan pelatihan diversifikasi produk olahan rumput laut.
Kegiatan tersebut mendapat sambutan hangat dari kelompok nelayan Buttue. Meski lokasi desa hanya dapat dijangkau melalui perjalanan laut yang cukup menantang, tim BEM tetap hadir untuk menjawab persoalan klasik masyarakat nelayan: proses pengeringan rumput laut yang selama ini bergantung sepenuhnya pada panas matahari.
Ketua BEM Polipangkep, Sulaeman Haris, menyampaikan apresiasi kepada Kemdiktisaintek atas dukungan pendanaan dan kepada Polipangkep yang memberi fasilitas penuh bagi mahasiswa.
“Inovasi mesin pengering ini diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih efisien dan tahan terhadap kendala cuaca. Kualitas rumput laut sangat bergantung pada pascapanen. Dengan adanya mesin ini, waktu pengeringan bisa dipangkas dan mutu sesuai SNI lebih terjamin, termasuk saat musim hujan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan program ini lahir dari sinergi banyak pihak.
“Mahasiswa, dosen, institusi, dan pemerintah telah bersinergi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat nelayan di Pangkep,” tutupnya.
Dosen pendamping sekaligus penanggung jawab program, Nur Faidah Munir, S.Pi., M.Biotech., juga memberikan apresiasi atas dukungan pendanaan dan kolaborasi masyarakat Buttue.
“Program ini langkah awal kolaborasi jangka panjang antara Polipangkep dan masyarakat pesisir. Kami berharap manfaatnya nyata secara sosial maupun ekonomi dan tidak berhenti di sini. Pendampingan akan terus kami lakukan sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi,” tegasnya.
Selain memperkenalkan mesin pengering, tim BEM turut memberikan pelatihan diversifikasi produk rumput laut, seperti dodol, selai, dan olahan pangan lainnya. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan nilai tambah komoditas sekaligus membuka peluang pasar yang lebih luas.
Dosen Polipangkep, Lutfiah, menuturkan bahwa diversifikasi membuat kelompok nelayan tidak lagi bergantung pada penjualan bahan mentah. Produk turunan bernilai lebih tinggi mampu meningkatkan pendapatan keluarga nelayan secara signifikan.
Program ini melibatkan tim dosen pendamping yang terdiri dari Nur Faidah Munir, S.Si., M.Biotech. sebagai ketua, Dr. Muhammad Kadir, S.P., M.P, dan Dr. Zaimar MT sebagai anggota, serta 20 mahasiswa pengurus BEM Polipangkep yang diketuai Sulaeman Haris.
Program BEM Berdampak 2025 didanai oleh Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Melalui kegiatan ini, tim mahasiswa bersama dosen pendamping memperkenalkan mesin pengering rumput laut hasil rakitan internal sekaligus melaksanakan pelatihan diversifikasi produk olahan rumput laut.
Kegiatan tersebut mendapat sambutan hangat dari kelompok nelayan Buttue. Meski lokasi desa hanya dapat dijangkau melalui perjalanan laut yang cukup menantang, tim BEM tetap hadir untuk menjawab persoalan klasik masyarakat nelayan: proses pengeringan rumput laut yang selama ini bergantung sepenuhnya pada panas matahari.
Ketua BEM Polipangkep, Sulaeman Haris, menyampaikan apresiasi kepada Kemdiktisaintek atas dukungan pendanaan dan kepada Polipangkep yang memberi fasilitas penuh bagi mahasiswa.
“Inovasi mesin pengering ini diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih efisien dan tahan terhadap kendala cuaca. Kualitas rumput laut sangat bergantung pada pascapanen. Dengan adanya mesin ini, waktu pengeringan bisa dipangkas dan mutu sesuai SNI lebih terjamin, termasuk saat musim hujan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan program ini lahir dari sinergi banyak pihak.
“Mahasiswa, dosen, institusi, dan pemerintah telah bersinergi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat nelayan di Pangkep,” tutupnya.
Dosen pendamping sekaligus penanggung jawab program, Nur Faidah Munir, S.Pi., M.Biotech., juga memberikan apresiasi atas dukungan pendanaan dan kolaborasi masyarakat Buttue.
“Program ini langkah awal kolaborasi jangka panjang antara Polipangkep dan masyarakat pesisir. Kami berharap manfaatnya nyata secara sosial maupun ekonomi dan tidak berhenti di sini. Pendampingan akan terus kami lakukan sebagai wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi,” tegasnya.
Selain memperkenalkan mesin pengering, tim BEM turut memberikan pelatihan diversifikasi produk rumput laut, seperti dodol, selai, dan olahan pangan lainnya. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan nilai tambah komoditas sekaligus membuka peluang pasar yang lebih luas.
Dosen Polipangkep, Lutfiah, menuturkan bahwa diversifikasi membuat kelompok nelayan tidak lagi bergantung pada penjualan bahan mentah. Produk turunan bernilai lebih tinggi mampu meningkatkan pendapatan keluarga nelayan secara signifikan.
Program ini melibatkan tim dosen pendamping yang terdiri dari Nur Faidah Munir, S.Si., M.Biotech. sebagai ketua, Dr. Muhammad Kadir, S.P., M.P, dan Dr. Zaimar MT sebagai anggota, serta 20 mahasiswa pengurus BEM Polipangkep yang diketuai Sulaeman Haris.
(MAN)
Berita Terkait
News
Alami Kerusakan Mesin, KRI Hiu-634 Selamatkan Sembilan Nelayan di Selat Makassar
Kapal Perang TNI AL KRI Hiu-634 yang tengah melaksanakan Operasi Yudha Dharma-02, berhasil mengevakuasi sembilan nelayan dan penumpang perahu tradisional KM Jolloro yang mengalami kerusakan mesin serta dihantam gelombang tinggi
Senin, 24 Nov 2025 19:53
Sulsel
Mahasiswa Polipangkep Jadi Pemakalah di Konferensi Akuakultur Internasional
Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Polipangkep), Halima Al Zahra dari Program Studi Teknologi Budidaya Perikanan, berhasil menjadi pemakalah oral.
Rabu, 05 Nov 2025 18:55
Ekbis
Dukung Ekonomi Daerah, PLN Setrum Industri Rumput Laut 3.465 kVA di Pinrang
PLN menyalakan pelanggan baru dari sektor industri, yakni PT Biota Laut Ganggang (BLG), dengan daya 3.465 kiloVolt Ampere (kVA) di Desa Polewali, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Rabu, 29 Okt 2025 17:18
Sulsel
Gagas Fortifikasi Beras Protein, Mahasiswa Polipangkep Juara 1 KEIN 2025
Prestasi membanggakan kembali diraih mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan (Polipangkep).
Jum'at, 24 Okt 2025 16:53
Sulsel
Lewat Semnas, Polipangkep Perkuat Sinergi Inovasi dan Hilirisasi Industri
Polipangkep menggelar Seminar Nasional (Semnas) di Hotel Unhas Makassar, 22 Oktober 2025. Semnas tersebut digelar dalam rangka Dies Natalis ke-37 Polipangkep.
Kamis, 23 Okt 2025 08:21
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
DPRD Usul Pemilihan Ketua RT/RW se-Kota Makassar Ditunda
2
Heboh 'Negara di Dalam Negara' di Morowali, Tamsil Linrung Berikan Pernyataan Tegas
3
GRT Laporkan Wakil Ketua DPRD Jeneponto ke BK, Buntut Dugaan Perselingkuhan
4
Cegah Tumpang Tindih, DPRD Sulsel Minta Program Aksi Stop Stunting Dikolaborasikan dengan Pemda
5
MUTU Sulsel 2025 Bakal Bahas Rekomendasi Perundang-Undangan Umat
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1
DPRD Usul Pemilihan Ketua RT/RW se-Kota Makassar Ditunda
2
Heboh 'Negara di Dalam Negara' di Morowali, Tamsil Linrung Berikan Pernyataan Tegas
3
GRT Laporkan Wakil Ketua DPRD Jeneponto ke BK, Buntut Dugaan Perselingkuhan
4
Cegah Tumpang Tindih, DPRD Sulsel Minta Program Aksi Stop Stunting Dikolaborasikan dengan Pemda
5
MUTU Sulsel 2025 Bakal Bahas Rekomendasi Perundang-Undangan Umat