Harga Cabai Meroket, Petani di Maros Raup Untung Besar
Rabu, 07 Agu 2024 10:07

Petani cabai di Kabupaten Maros memanen hasil pertaniannya. Harga cabai yang naik, berdampak lurus ke pendapatan para petani. Foto: SINDO Makassar/Najmi S Limonu
MAROS - Para petani cabai di Kelurahan Borong, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros kini menikmati hasil keuntungan berlipat dari hasil panen.
Menurut salah seorang petani, Dg aroa, harga cabai yang kini mahal di pasaran juga berdampak positif bagi pendapatan mereka. Pasalnya nilai jual dari hasil panen kini mengalami peningkatan, bahkan 3 kali lipat dari harga biasanya.
Saat ini cabai rawit dengan varietas cakra putih yang dijual petani ke pengepul dihargai RpRp40.000/Kg, sebelumnya hanya di kisaran Rp15.000/Kg.
"Alhamdulillah sejak harganya mahal di pasaran, kita sudah bisa tersenyum bahagia karena hasil penjualan ke pengepul juga naik," ujar Daeng Roa.
Dia mengaku dalam sehari mampu menjual cabai rawit hingga 150 Kg, dengan dibantu 4 orang pekerja yang merupakan keluarganya.
"Selama musim petik buah ini, kita panen dan menjual tiap hari ke pengepul, dibantu beberapa pekerja yang juga tidak lain adalah keluarga," ujarnya.
Jika sore hari tiba, sejumlah pengepul akan datang membeli hasil panen dari para petani untuk selanjutnya dikirim ke luar daerah.
"Kalau musim panen seperti sekarang ini, hampir tiap hari datang pengepul untuk membeli hasil panen kita, selanjutnya mereka bawa ke pasar-pasar yang ada di luar daerah, seperti Makassar, Enrekang, Palopo, dan bahkan pernah dibawa ke Sulbar juga," sebut Daeng Roa.
Sementara itu petani lainnya menjelaskan, berkebun cabai tidaklah begitu sulit, cukup menyiapkan lahan dan menyediakan pupuk khusus.
"Untuk perawatannya kita membutuhkan waktu selama 3 bulan untuk memetik hasil seperti sekarang, tanaman cabai ini tidak rewel, dalam sebulan cukup 4 kali kita siram dengan air yang kita pompa dari sungai di ujung kebun," jelas Syahril.
Syahril menyebut jumlah keseluruhan luas lahan cabai milik petani di keluruhan borong ini mencapai 32 hektare.
"Luas keseluruhan kalau tidak salah 32 hektare, tapi kalau kebun orang tua yang saya tempati ini hanya 15 are, ya hasilnya juga lumayan untuk sekali panen," sebutnya.
Diketahui saat ini harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional wilayah Sulsel semakin pedas lantaran dipengaruhi minimnya pasokan dari distributor.
Kenaikan harga cabai disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain berkurangnya pasokan cabai dari petani akibat musim kemarau, meningkatnya permintaan cabai dari masyarakat, dan adanya spekulasi harga oleh oknum pedagang.
Meski menguntungkan bagi petani, kenaikan harga cabai juga berdampak pada masyarakat konsumen. Hal ini karena cabai merupakan salah satu bahan pokok yang dibutuhkan dalam sehari-hari.
Menurut salah seorang petani, Dg aroa, harga cabai yang kini mahal di pasaran juga berdampak positif bagi pendapatan mereka. Pasalnya nilai jual dari hasil panen kini mengalami peningkatan, bahkan 3 kali lipat dari harga biasanya.
Saat ini cabai rawit dengan varietas cakra putih yang dijual petani ke pengepul dihargai RpRp40.000/Kg, sebelumnya hanya di kisaran Rp15.000/Kg.
"Alhamdulillah sejak harganya mahal di pasaran, kita sudah bisa tersenyum bahagia karena hasil penjualan ke pengepul juga naik," ujar Daeng Roa.
Dia mengaku dalam sehari mampu menjual cabai rawit hingga 150 Kg, dengan dibantu 4 orang pekerja yang merupakan keluarganya.
"Selama musim petik buah ini, kita panen dan menjual tiap hari ke pengepul, dibantu beberapa pekerja yang juga tidak lain adalah keluarga," ujarnya.
Jika sore hari tiba, sejumlah pengepul akan datang membeli hasil panen dari para petani untuk selanjutnya dikirim ke luar daerah.
"Kalau musim panen seperti sekarang ini, hampir tiap hari datang pengepul untuk membeli hasil panen kita, selanjutnya mereka bawa ke pasar-pasar yang ada di luar daerah, seperti Makassar, Enrekang, Palopo, dan bahkan pernah dibawa ke Sulbar juga," sebut Daeng Roa.
Sementara itu petani lainnya menjelaskan, berkebun cabai tidaklah begitu sulit, cukup menyiapkan lahan dan menyediakan pupuk khusus.
"Untuk perawatannya kita membutuhkan waktu selama 3 bulan untuk memetik hasil seperti sekarang, tanaman cabai ini tidak rewel, dalam sebulan cukup 4 kali kita siram dengan air yang kita pompa dari sungai di ujung kebun," jelas Syahril.
Syahril menyebut jumlah keseluruhan luas lahan cabai milik petani di keluruhan borong ini mencapai 32 hektare.
"Luas keseluruhan kalau tidak salah 32 hektare, tapi kalau kebun orang tua yang saya tempati ini hanya 15 are, ya hasilnya juga lumayan untuk sekali panen," sebutnya.
Diketahui saat ini harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional wilayah Sulsel semakin pedas lantaran dipengaruhi minimnya pasokan dari distributor.
Kenaikan harga cabai disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain berkurangnya pasokan cabai dari petani akibat musim kemarau, meningkatnya permintaan cabai dari masyarakat, dan adanya spekulasi harga oleh oknum pedagang.
Meski menguntungkan bagi petani, kenaikan harga cabai juga berdampak pada masyarakat konsumen. Hal ini karena cabai merupakan salah satu bahan pokok yang dibutuhkan dalam sehari-hari.
(MAN)
Berita Terkait

Sulsel
PLN Bantu Petani Barru Hemat Biaya Operasional Hingga 55 Persen
Di Kabupaten Barru, program EA terbukti berhasil meningkatkan produksi pertanian dan mengurangi biaya operasional hingga 55% berkat penggunaan listrik PLN.
Selasa, 01 Jul 2025 14:10

Sulsel
Bupati Bantaeng Uji Nurdin Tinjau Perbaikan Saluran Irigasi Usai Roboh Akibat Banjir
Bupati Bantaeng, M. Fathul Fauzy Nurdin meninjau perbaikan saluran irigasi yang telah rampung di Desa Mamampang, di Kecamatan Eremerasa, Kamis, 26 Juni 2025.
Kamis, 26 Jun 2025 19:44

News
Mentan Amran Pastikan Penyatuan HKTI Perkuat Akselerasi Sektor Pertanian
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa penyatuan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) akan memperkuat akselerasi pembangunan sektor pertanian nasional.
Kamis, 26 Jun 2025 13:10

Sulsel
Petani Balocci Lirik Potensi Wisata Kopi Lewat Pelatihan LAZ Hadji Kalla
Pelatihan ini berlangsung di Aula Kantor Kelurahan Balleangin, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, pada Kamis (15/5/2025).
Selasa, 20 Mei 2025 17:41

Makassar City
Legislator Andi Tenri Uji Sebut Petani di Barombong Sulit Dapatkan Pupuk
Anggota DPRD Kota Makassar, Andi Tenri Uji Idris meminta pemerintah memperhatikan kondisi petani di Barombong. Temuan di lokasi, petani di sana masih kesulitan memperoleh pupuk.
Senin, 19 Mei 2025 20:21
Berita Terbaru
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Ucapan AIA Terbukti, Hasil Putusan MK Menangkan Usungan Gerindra di PSU Palopo
2

MK Nilai Calon Wawali Jujur, Naili-Ome Menangkan PSU Pilwalkot Palopo
3

Kasus Pungli PTSL Leang-Leang Naik Penyidikan, 600 Penerima Program Dipanggil
4

Gunakan Helikopter, Bupati Maros Bersama TNI-POLRI Pantau Cuaca
5

Dimulai Besok, Ini Randown Kegiatan Beautiful Malino 2025 Selama Lima Hari
Artikel Terpopuler
Topik Terpopuler
1

Ucapan AIA Terbukti, Hasil Putusan MK Menangkan Usungan Gerindra di PSU Palopo
2

MK Nilai Calon Wawali Jujur, Naili-Ome Menangkan PSU Pilwalkot Palopo
3

Kasus Pungli PTSL Leang-Leang Naik Penyidikan, 600 Penerima Program Dipanggil
4

Gunakan Helikopter, Bupati Maros Bersama TNI-POLRI Pantau Cuaca
5

Dimulai Besok, Ini Randown Kegiatan Beautiful Malino 2025 Selama Lima Hari